Mubadalah.id – Ayat-ayat al-Qur’an (QS. an-Nisa ayat 1, al-A’raf ayat 86, dan QS. ar-Ra’d ayat 38) yang dikemukan oleh sementara kalangan Islam untuk menolak keberadaan KB dikritisi kembali oleh Riffat Hassan. Ada beberapa catatan yang diberikan oleh Riffat tentang hal ini sebagai berikut:
Pertama, ayat-ayat al-Qur’an yang melarang pembunuhan terhadap anak-anak kecil ditujukan kepada anak-anak yang sudah lahir. Bukan untuk mereka yang belum lahir. Berdasarkan alas an ini tidak relevan apabila menyatakan bahwa ajaran al-Qur’an yang demikian tidak memperbolehkan KB.
Kedua, yang dimaksud dengan pembunuhan dalam ayat-ayat di atas tidak selalu dipahami sebagai pembunuhan yang sebenarnya. Akan tetapi merupakan simbol penanganan untuk anak-anak kecil yang sedang sakit. Dengan mengutip Ghulam Ahmad Parwez, Riffat menyatakan bahwa makna qatala tidak hanya membunuh dengan senjata atau pukulan, akan tetapi juga merendahkan dan menurunkan derajat pendidikan dari yang semestinya.
Ketiga, meskipun al-Qur’an berulang-ulang menyebut Tuhan sebagai pencipta dan penjamin keberlangsungan seluruh makhluk. Hal ini tidak berarti bahwa Tuhan membebaskan individu atau masyarakat dari tanggung jawab untuk keberlangsungan hidup mereka.
Catatan Riffat yang Mendukung KB
Adapun terhadap kalangan Islam yang mendukung KB, Riffat memberikan catatan sebagai berikut:
Pertama, ketiadaan perang bukan berarti mengharuskan adanya kedamaian sebagaimana juga tidak adanya sakit tidak otomatis menandakan kesehatan. Pada kenyataannya al-Qur’an memang tidak menyatakan apa-apa melawan ide KB, namun ini bukan berarti menyokong adanya KB.
Kedua, masyarakat muslim sekarang sering mendengar bahwa al-Qur’an merupakan kitab yang memuat segala hal dalam kehidupan mereka. Mereka sangat berharap untuk menemukan pernyataan langsung dari ayat al-Quran yang menyinggung soal-soal yang sangat penting bagi mereka.
Ketika mereka tidak menemukannya, mereka berkata bahwa al-Qur’an ternyata tidak menyatakan apa-apa tentang sebuah isu atau persoalan.
Sikap diam al-Qur’an terhadap segala isu yang muncul dalam dunia modern, menurut Riffat telah menciptakan kevakuman teologis dan etik yang oleh berbagai kalangan diisi dengan cara yang berbeda-beda.
Selanjutnya menurut guru besar Studi Islam di Universitas Haviseville ini, apa yang kita butuhkan sekarang adalah melakukan kritik terhadap cara pikir bahwa al-Qur’an merupakan buku yang lengkap tentang kehidupan.
Al-Qur’an bukan ensiklopedia yang menyediakan informasi tentang semua problem, isu dan situasi yang dihadapi manusia. Al-Qur’an juga bukan buku hukum sebagaimana disinyalir oleh Muhammad Iqbal.
Selanjutnya Riffat menandaskan bahwa meskipun al-Qur’an tidak secara langsung membicarakan persoalan KB, namun persoalan-persoalan seperti ini. Termasuk persoalan-persoalan kontemporer lainnya, bisa kita letakkan dalam sinaran kerangka etis Islam.
Prinsip HAM
Misalnya, bagaimana al-Qur’an bicara tentang hal-hal prinsip yang disebut dengan hak-hak manusia yang fundamental seperti pertama, hak untuk dihormati sebagai manusia. Kedua, hak untuk diperlakukan adil dan setara.
Ketiga, hak untuk bebas dari tradisionalisme, otoritarianisme, tribalisme, klasisme, sistem kasta, seksisme dan sistem perbudakan. Keempat, hak untuk menjaga diri dari penganiayaan. Kelima, hak untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Keenam, hak untuk bekerja atau memiliki kekayaan. Ketujuh, hak mendapatkan tempat tinggal yang aman. Kedelapan, hak untuk meninggalkan tempat tinggal karena di bawah tekanan. Kesembilan, hak untuk mengembangkan perasaan keindahan dan menikmati ciptaan Tuhan. Kesepuluh, hak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas nampak sekali bahwa al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hak-hak di atas harus diperkenalkan dan dijadikan alat perlindungan bagi umat manusia.
Karena kita saksikan mayoritas penduduk muslim hidup dalam situasi politik, ekonomi, budaya dengan tingkat populasi yang sangat tinggi, maka di sini kita butuhkan sebuah perencanaan keluarga. Di sinilah KB menjadi sangat kita butuhkan. Dan beberapa kerangka etis di atas bisa menjadi landasan bagi pelaksanaan program KB. []