• Login
  • Register
Kamis, 17 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

Anak-anak perlu dibekali sejak dini dengan nilai-nilai toleransi, empati, dan penghargaan terhadap sesama. Melalui keteladanan, cerita, dan pengalaman langsung, kita bisa menanamkan benih moderasi dalam hati mereka.

Miranti Miranti
30/05/2025
in Publik
0
Gus Dur

Gus Dur

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – KH. Abdurrahman Wahid, atau yang lebih akrab disapa Gus Dur, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Ia dikenal sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia, namun kiprahnya jauh melampaui jabatan politik semata.

Gus Dur adalah seorang ulama, budayawan, serta pejuang hak asasi manusia yang gigih memperjuangkan nilai-nilai pluralisme, demokrasi, dan kebebasan beragama. Sebagai mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), ia menunjukkan komitmen luar biasa terhadap inklusivitas dan toleransi.

Salah satu warisan pemikiran penting dari Gus Dur adalah gagasannya tentang moderasi beragama. Dalam pandangannya, moderasi tidak berarti melemahkan keyakinan. Melainkan menegaskan bahwa beragama yang sehat adalah yang menghormati perbedaan.

Moderasi beragama berarti menjauhi sikap ekstrem dan intoleran, namun selalu mengedepankan nilai-nilai keadilan, kasih sayang, dan kedamaian.

Sikap ini tidak hanya ia ucapkan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata. Ia mencabut larangan terhadap budaya Tionghoa dan mengizinkan perayaan Imlek secara terbuka, membela hak-hak kelompok minoritas seperti Ahmadiyah, Kristen, Syiah, serta komunitas adat dan penganut kepercayaan lokal yang mengalami diskriminasi.

Baca Juga:

Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

Gus Dur juga mengangkat tokoh-tokoh non-Muslim dalam pemerintahan. Salah satu ucapannya yang terkenal adalah “tidak penting apa agamamu, suku atau asalmu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan bertanya apa agamamu.”

Bagi Gus Dur, kemanusiaan selalu lebih penting daripada sekadar identitas. Ia aktif berdialog dengan tokoh lintas agama, menunjukkan bahwa perbedaan adalah sesuatu yang harus dihargai, bukan dijauhi apalagi ditakuti.

Bahkan beliau tidak hanya berbicara soal toleransi, tapi juga menjalani hidup dengan semangat itu menjadikan keberagaman sebagai jembatan, bukan tembok pemisah.

Mengajarkan Moderasi Beragama kepada Anak Sejak Dini

Gagasan besar Gus Dur tentang toleransi dan moderasi beragama penting untuk diteruskan kepada generasi muda, bahkan sejak usia dini sekalipun. Berikut tiga metode dan kegiatan yang bisa kita terapkan kepada mereka:

Pertama, memberi teladan lewat sikap orang tua dan guru. Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dibandingkan dari apa yang mereka dengar.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberi contoh sikap saling menghormati dan adil terhadap orang yang berbeda agama. Misalnya, menyapa tetangga berbeda keyakinan, atau mengajak anak mendoakan temannya yang sedang tertimpa musibah, tanpa melihat agamanya.

Sikap-sikap sederhana ini memberi pelajaran bermakna bahwa perbedaan bukan penghalang untuk peduli. Komunikasi yang terbuka dan ramah juga penting agar anak merasa nyaman bertanya dan berdiskusi soal keberagaman.

Kedua, mendongeng dan membaca buku cerita bernuansa toleransi. Anak-anak menyukai cerita, dan ini bisa kita manfaatkan sebagai sarana edukasi. Orang tua dan guru bisa menggunakan buku cerita yang memperkenalkan tokoh dari berbagai latar belakang agama dan budaya.

Cerita-cerita seperti ini membantu anak memahami bahwa perbedaan itu wajar dan indah. Melalui cerita, anak juga belajar empati dan nilai-nilai seperti keadilan, penghargaan terhadap sesama, serta bahwa semua orang layak diperlakukan dengan hormat, apapun agamanya.

Ketiga, mengunjungi tempat ibadah beragam agama. Pengalaman langsung seringkali lebih berkesan. Mengajak anak mengunjungi masjid, gereja, pura, vihara, atau klenteng dapat menjadi cara efektif memperkenalkan keberagaman.

Dalam suasana yang damai dan terarah, anak dapat memahami bahwa setiap agama memiliki cara ibadah yang berbeda, namun pada dasarnya mengajarkan nilai kebaikan dan kedamaian. Kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, empati, dan sikap terbuka dalam diri anak terhadap perbedaan.

Warisan Intelektual

Pemikiran dan teladan Gus Dur tentang moderasi beragama bukan hanya warisan intelektual, tetapi juga pedoman hidup yang relevan untuk masa kini dan masa depan.

Di tengah dunia yang penuh dengan perbedaan, anak-anak perlu dibekali sejak dini dengan nilai-nilai toleransi, empati, dan penghargaan terhadap sesama. Melalui keteladanan, cerita, dan pengalaman langsung, kita bisa menanamkan benih moderasi dalam hati mereka.

Jika nilai-nilai ini tumbuh dengan baik, maka akan lahir generasi penerus yang mampu menjaga keberagaman sebagai kekuatan, bukan ancaman. Sebagaimana Gus Dur pernah tunjukkan “perbedaan bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dirayakan dalam semangat kemanusiaan.” []

Tags: aladinigus durmenanamkanModerasi Beragamapentingnyasejak
Miranti

Miranti

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Wonosantri Abadi

Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

17 Juli 2025
Zakat Profesi

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

16 Juli 2025
Representasi Difabel

Dari Layar Kaca ke Layar Sentuh: Representasi Difabel dalam Pergeseran Teknologi Media

16 Juli 2025
Sound Horeg

Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

16 Juli 2025
Kekerasan Berbasis Gender Online

Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO); Pentingnya Keberpihakan Pada Korban

15 Juli 2025
Krisis Ekologi

Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

14 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Zakat Profesi

    Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?
  • Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi
  • Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan
  • Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?
  • Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID