• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Agensi Perempuan dalam Lagu Tarling Dayuni

Imbi Muhammad Imbi Muhammad
22/05/2020
in Pernak-pernik
0
(sumber foto youtube.com)

(sumber foto youtube.com)

515
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Seiring bertambahnya umur, saya memiliki kecenderungan untuk menyukai (kembali) lagu-lagu daerah khususnya tarling, baik yang klasik maupun modern. Ejekan kampungan, katro atau ndeso tidak lagi menjadi beban, berbeda dengan ketika masih remaja dulu.

Ada lagu cerbonan yg menarik perhatian saya, judulnya Dayuni, yang merupakan abreviasi dari rangda ayu jarang dikeloni, dalam bahasa Indonesia ini berarti Janda cantik yg jarang dipeluk. Tidak usah membayangkan liriknya yang puitis atau nyastrawi, berikut lirik utuh dari lagu ini, sederhana dan mudah dicerna;

“Kula emong wes bli sanggup
Urip karo sampeyan
Wateke doyan demenan
Ooo, ,, Daripada di lelara
Mending sun milih pisah
Pegatan pegatan bae

Daripada Dilelara

Ngomonge Sih Setia
Tapi Nyatane Dusta
Kula Sih Bagen Rangda
Sing Penting Bahagia

Baca Juga:

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Mengebiri Tubuh Perempuan

Timbang Karo Sampean
Sing Slalu Gawe Lara
Bagen Dadi Dayuni
Dadi Dayuni
Rangda Ayu Jarang Dikeloni”

Secara umum ini lagu berkisah tentang seorang istri yang ingin memerdekan dirinya dari belenggu suami yang suka selingkuh, dan khianat. Ia tidak lagi malu dengan anggapan masyarakat atas label janda yang akan disandangnya kelak.

Zaman sudah berubah, aib tidak melulu disematkan oleh istri yang meminta cerai (dalam fiqh disebut khulu’) tapi juga kepada mereka suami-suami yang selalu menantikan kiriman dari istri TKW mereka di akhir bulan. Saya menyangka lagu-lagu tarling yang menggugat ketertindasan kondisi rumah tangga dan dialami istri adalah gambaran realita sosio-kultur masyarakat pantura dimana konsep mawaddah wa rahmah (istri di jeddah suami di rumah) banyak terjadi.

Jabatan rangda sudah bisa mereka rayakan dengan rasa bangga, seperti singkatan Dayuni itu. Banyak lagu-lagu yang berkisah seputar kehidupan para istri yang harus menjadi tulang punggung keluarga di luar negeri, seperti; kiriman entok, buaya dikadali, dermayu hongkong dan sebagainya, seakan-akan ini adalah parole dalam semesta langue kehidupan rumah tangga di era yang nan kapitalistik seperti sekarang ini.

Terdapat satu penggalan lirik lagu buaya dikadali, yang secara vulgar melawan kesemena-menaan laki-laki yang suka pacaran, begini teksnya “yen laki demenan kula bisa selingkuhan, dudu bae ngelawan pengen niru sampean”, secara resiprokal si perempuan hanya sebatas meniru perbuatan yg dilakukan oleh laki-laki, entah sebagai balas dendam atau menuntut keadilan dari komitmen yang dilanggar dalam perkawinan.

Perempuan sudah memiliki kesadaran atas ketertindasan dari hegemoni budaya patriarki, walaupun terkadang kesadaran itu meminjam tangan laki-laki, tidak mengapa demikian. Ia menjelma menjadi agen atas tubuhnya sendiri, pilihan hidup, karir yang dipilihnya, dan juga otoritas penuh.

Perlu kita apresiasi, biduan-biduan tarling ini adalah penyumbang suara-suara subaltern yang terbungkam oleh lagu patah hati yang dinyanyikan mengharu biru dan penuh nuansa ketertindasan dan ketidakberdayaan perempuan. Para biduan itu menolak menjadi “the second sex” dan menghadirkan diri di ruang publik, sebuah gerakan yang memaknai diri perempuan oleh perempuan itu sendiri.

Sekadar tips bagi yang suka nonton tarling, jika anda disebut oleh si biduan maka hendaklah memberikan infaq aka saweran, karena bagaimanapun juga nyawer adalah rukun nonton acara tarling.

Tiba-tiba ada yg menyahut dari atas panggung,
“kang Imbi, bos Korea, sing duwe koleksi drakor pitulikur”, oh iya hampir kelupaan untuk menyawer, tapi saya bingung dimana harus saya kasihkan, baju biduannya gak punya kantong. []

Imbi Muhammad

Imbi Muhammad

Terkait Posts

Seksualitas

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

9 Juli 2025
Tubuh Perempuan

Mengebiri Tubuh Perempuan

9 Juli 2025
Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID