• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Akhlak Nabi Saw Kepada Pelayan yang Beragama Yahudi

Nabi Saw, sampai di akhir hayat beliau, masih bertetangga secara baik dengan seorang Yahudi, yang saling berhutang satu sama lain untuk kebutuhan keluarga

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
12/08/2022
in Hikmah, Rekomendasi
0
Akhlak Nabi

Akhlak Nabi

439
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Allah Swt telah membuat kesaksian bahwa Nabi Muhammad Saw adalah pribadi yang berakhlak tinggi, dipercaya menjaga amanah (al-amin), suka berbuat baik, dan mudah menolong orang. “Sungguh, engkau berada pada akhlak yang agung”, kata al-Qur’an (QS. Al-Qalam, 68: 4). Di antara keagungan ini adalah akhlak Nabi Saw kepada pelayan yang beragama Yahudi.

Kisah ini terungkap dalam berbagai kitab hadits, termasuk kitab hadits yang paling shahih di mata umat Islam, yaitu Sahih Bukkhari. Dalam kitab Sahih ini, yang bernomer 1371 (Cairo: al-Maknaz al-Islami, 2000), Anas bin Malik ra bercerita bahwa Nabi Saw memiliki pelayan yang beragama Yahudi. Suatu saat, pelayan ini jatuh sakit. Lalu, Nabi Saw menjenguknya.

Ketika menjenguk, Nabi Saw mendekat ke kepala dan mengelusnya, sambil berkata: “Maukah kamu masuk Islam?”. Lalu sang pelayan melempar pandangan ke ayahnya yang juga beragama Yahudi. “Kalau kamu lihat itu baik, silahkan ikuti Ayah dari al-Qasim ini (Nabi Muhammad Saw)”, jawab sang ayah. Karena keluhuran akhlak Nabi Saw, selama ia melayani di rumah Nabi Saw, sang pelayan itu bersedia menjadi muslim.

Kemuliaan Akhlak Nabi

Tentu saja, hal ini tidak terlepas dari kemuliaan akhlak Nabi Saw kepada pelayan yang beragama Yahudi tersebut. Selama kisah-kisah pelayanan di rumah Rasulullah Saw, sebagaimana juga diceritakan oleh Anas bin Malik ra, Nabi Muhammad Saw adalah orang yang baik, lembut, dan selalu tenang. Nabi Saw tidak pernah memukul, sekalipun, kepada siapapun, baik pelayan maupun istri Nabi Muhammad Saw.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ خَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَشْرَ سِنِينَ لاَ وَاللَّهِ مَا سَبَّنِى سَبَّةً قَطُّ وَلاَ قَالَ لِى أُفٍّ قَطُّ وَلاَ قَالَ لِى لِشَىْءٍ فَعَلْتُهُ لِمَ فَعَلْتَهُ وَلاَ لِشَىْءٍ لَمْ أَفْعَلْهُ أَلاَّ فَعَلْتَهُ

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Dari Anas bin Malik ra berkata: saya melayani Rasulullah Saw selama sepuluh tahun dan tidak pernah merendahku sama sekali, tidak juga pernah mengeluh tentang diri saya, tidak juga mengatakan tentang sesuatu yang aku kerjakan: “Kenapa kamu kerjakan ini”, atau terhadap sesuatu yang tidak aku kerjakan: “Kenapa kamu tidak mengerjakanya”. (Musnad Ahmad, no. 13234).

Substansi dari teks hadits ini, dengan redaksi yang berbeda, juga terungkap dalam berbagai kitab hadits lain. Seperti Sahih Bukhari (no. 6107), Sahih Muslim (no. 6151), Sunan Abu Dawud (no. 4776), dan banyak kitab hadits yang lain.

Nabi tidak Pernah Memukul Perempuan

Sementara teks mengenai Nabi Saw yang tidak pernah memukul perempuan maupun pelayan juga sangat populer melalui riwayat Sayyidah Aisyah ra.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا

Dari Aisyah ra berkata: Rasulullah Saw tidak pernah memukul sekalipun dengan tanganya, baik terhadap perempuan maupun terhadap pelayan (Sahih Muslim, no. 6195).

Dengan dua redaksi teks hadits ini, kita juga bisa menyimpulkan bahwa akhlak Nabi Saw kepada pelayan yang beragam Yahudi juga sama. Nabi Saw tidak pernah merendahkanya, mengeluhkan dirinya, menyalahkan pekerjaanya, atau akhlak buruk lain yang biasa dilakukan seseorang kepada pelayannya. Ketika sakit, sebagaimana dalam hadits tersebut di awal, Nabi Saw menjenguk ke rumahnya dan ikut menenangkannya.

Nabi Saw juga, sampai di akhir hayat beliau, masih bertetangga secara baik dengan seorang Yahudi, yang saling berhutang satu sama lain untuk kebutuhan keluarga beliau (Sunan Nasa’i, no. 4668). Demikianlah akhlak baik Nabi Muhammad Saw dengan keluarga, pelayan, dan tetangga. Sekalipun pelayan dan tetangga itu beragama berbeda, Nabi Saw tetap berakhlak baik terhadap mereka. Tidakkah kita seharusnya meneladani akhlaq baginda Nabi Muhammad Saw?

Atas semua teladan akhlak baik ini, mari kita selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw: Shallallahu ‘alaihi wa sallam. []

Tags: Akhlak NabiislamkeadilanKesalinganPerdamaianRelasisejarahSunah Nabitoleransi
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id dan Ketua LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version