• Login
  • Register
Kamis, 17 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Apakah Hanya Ibu yang Menjadi Sekolah Pertama bagi Anak?

Nur Fitriani Nur Fitriani
16/07/2020
in Keluarga
0
Ilustrasi Oleh Nurul Bahrul Ulum

Ilustrasi Oleh Nurul Bahrul Ulum

25
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Al-ummu madrasah ula, ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Ungkapan itu sudah sering kita dengar bukan? Yaps ungkapan ibu sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya adalah ungkapan yang sangat populer di masyarakat. Semakin populer maka semakin banyak pula tafsiran yang bermacam-macam.

Ungkapan ini menggambarkan jika perempuan mempunyai hubungan erat dengan seorang anak, karena proses pertumbuhan biologis sang anak tidak lepas dari perempuan, mulai dari pembentukan janin hingga anak mampu berjalan dan berbicara. Oleh karena itu perempuan harus didukung untuk memperoleh ilmu pengetahuan, memperluas dan mempermudah akses perempuan dalam informasi, kesehatan, ekonomi hingga pendidikan.

Tapi masih ada pula sudut pandang yang menjadikan ungkapan al-umm madrasah ula sebagai alasan untuk mendomestikasi perempuan, menurut sudut pandang ini ungkapan tersebut berarti tugas pengasuhan anak adalah sepenuhnya tanggung jawab perempuan (istri), tugas merawat dan menyiapkan kebutuhan anak adalah tanggung jawab penuh perempuan.

Sehingga pada akhirnya menganggap tugas merawat, mengasuh dan membesarkan anak adalah sepenuhnya perempuan, jika anak sakit ataupun melakukan kesalahan maka perempuan (ibu) dianggap tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Jika ungkapan tersebut ditafsirkan menggunakan metode tafsir mubaadalah, maka akan beda lagi pemaknaanya. Istilah al-umm dalam prespektif mubadalah tidak dimaknai sebagai ibu saja, tetapi juga bermakna orang tua atau keluarga. Jadi ungkapan “al ummu madrasah ula” dalam prespektif mubadalah berarti orang tua adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anak.

Baca Juga:

Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

Secara substansi berarti siapapun yang dekat dengan anak tersebut, maka dia lah yang menjadi sekolah pertama bagi anak, karena pada prinsipnya pengasuhan anak adalah tanggung jawab kedua orang tua beserta keluarga.

Tidak bisa hanya dibebankan kepada perempuan (ibu) karena anak tersebut berkembang di lingkungan dengan beragam karakter orang lain, sehingga keluarga dekat (orangtua) bekerjasama untuk menanamkan nilai keadilan pada anak sejak kecil.

Rasulullah juga mencontohkan sikap mengasuh dan menerapkan pendidikan karakter pada anak-anak dalam hadis berikut;

Abu Qatadah r.a berkata, “Nabi Muhammad SAW suatu saat keluar dan datang kepada kami, sambil mengemban sang cucu, Umamah binti al-Ash r.a. Baginda shalat (dengan tetap mengembannya). Ketika ruku’ (dan sujud), diturunkan, dan ketika berdiri diemban kembali. (Shahih Bukhari No. 6062).

Abu Buraidah bercerita, “Suatu saat, Rasulullah SAW sedang berkhutbah di hadapan kami, lalu datang Hasan dan Husein berbaju merah berjalan dan terjatuh. Nabi Muhammad SAW turun dari mimbar, menggendong dan membawa mereka di pangkuan baginda” (Sunan al-Tirmidzi, no. 4143).

Kedua hadis tersebut memperlihatkan bahwa Nabi Muhammad SAW juga ikut dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, hal ini menegaskan jika tugas pengasuhan bukan hanya menjadi tanggung jawab perempuan, melainkan tanggung jawab keluarga.

Orangtua sangat berpengaruh dalam perkembangan anak, karena sejatinya anak terlahir suci dan bagaimana nilai-nilai ditanamkan sejak dini tergantung pada orangtuanya, seperti yang direkam dalam hadis Shahih Bukhori No. 1373.

Abu Hurairah r.a menuturkan dari Nabi Muhammad SAW yang bersabda, “Tidak ada seorang anak dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah (suci dan bersih). Kedua orangtuanyalah yang membuatnya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” []

Nur Fitriani

Nur Fitriani

Nur Fitriani merupakan magister UIN Malang. Gadis asal Pasuruan ini memiliki mimpi yang sangat sederhana, ingin bermanfaat untuk orang banyak, dan ingin ikut andil dalam perubahan yang berkeadilan jangka panjang. Saat ini dirinya menjadi anggota komunitas menulis Puan Menulis.

Terkait Posts

Menikah

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

15 Juli 2025
Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Representasi Difabel

    Dari Layar Kaca ke Layar Sentuh: Representasi Difabel dalam Pergeseran Teknologi Media

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit
  • Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?
  • Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan
  • Trafficking adalah Wajah Baru dari Perbudakan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID