• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Apakah Tugas Manusia Sebagai Khalifah di Bumi

Dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, Allah tidak membiarkan manusia begitu saja tanpa membekali dan menganugerahi mereka apa-apa

Siti Fatimah Siti Fatimah
29/10/2022
in Personal
0
Apakah Tugas Manusia Sebagai Khalifah di Bumi

Apakah Tugas Manusia Sebagai Khalifah di Bumi

805
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Penciptaan manusia pada hakikatnya dilakukan oleh Allah Swt bukan tanpa tujuan. Allah Swt sebagai Tuhan yang Maha Agung dan menciptakan segala sesuatu telah menjelaskan hal ini dalam firman-Nya Surah Al-Baqarah ayat 30, bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk menjadikan mereka khalifah di muka bumi. Lantas apakah tugas manusia sebagai khalifah di bumi?

Adapun surah Al-Baqarah ayat 30 lain yang menjelaskan tentang tujuan manusia diciptakan adalah Surah Adz-Dzariyat ayat 56, bahwa tujuan manusia diciptakan tak lain agar beribadah kepada Allah Swt.

Dikisahkan ketika Allah hendak menciptakan khalifah di muka bumi, malaikat sempat bertanya kepada Allah Swt tentang makna tujuan penciptaan khalifah. Bahkan malaikat juga menduga dampak yang akan terjadi jika Allah benar-benar menciptakan khalifah di bumi, mereka mengatakan:

“Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?”

Seorang pakar tafsir Indonesia, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab memberikan dua penjelasan atas pertanyaan dan dugaan malaikat tersebut. Pertama, bisa jadi dugaan itu lahir dari asumsi mereka sendiri, karena yang ditugaskan menjadi khalifah di muka bumi, bukan dari kalangan malaikat yang selalu bertasbih dan patuh terhadap segala perintah Allah. Tapi makhluk yang berbeda dengan mereka sehingga bisa saja makhluk tersebut malah membuat kerusakan.

Baca Juga:

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Prinsip Penghormatan dan Kasih Sayang Jadi Fondasi untuk Berelasi Antar Manusia

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Kedua, bisa juga hal itu lahir dari pengalaman mereka saat melihat perilaku makhluk sebelum manusia diciptakan. Di mana makhluk tersebut membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Setelah memberikan pertanyaan itu, Allah menjawabnya secara singkat dalam firman-Nya yang berbunyi, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Berbicara soal khalifah, kata khalifah berasal dari kata khalafa yang dalam konteks ini dimaknai sebagai pengelola dan penegak hukum Allah Swt di muka bumi. Tentu yang disebut sebagai khalifah adalah manusia, mulai Nabi Adam hingga seluruh anak keturunannya, baik laki-laki maupun perempuan. Manusia inilah yang diberi mandat dan tugas oleh Allah Swt untuk mengurus dan melaksanakan kebaikan di muka bumi seluas-luasnya.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, Allah tidak membiarkan manusia begitu saja tanpa membekali dan menganugerahi mereka apa-apa. Quraish Shihab menganalogikan hal ini seperti sebuah mobil di mana didalamnya sudah dilengkapi berbagai perangkat seperti rem, air bag, navigasi dan sebagainya yang bertujuan agar pengemudinya bisa nyaman dalam perjalanan dan selamat sampai tujuan.

Begitu pun manusia, sejak awal diciptakan Allah sudah menganugerahi mereka potensi-potensi yang jika mereka manfaatkan dan kembangkan dengan baik, mereka akan terhindar dari bahaya, tersesat bahkan melakukan hal yang menyimpang selama perjalanan mencapai tujuan. Potensi-potensi tersebut dijelaskan oleh Quraish Shihab, antara lain:

Pertama, Allah menganugerahkan manusia potensi berilmu. Saat manusia pertama kali keluar dari rahim ibunya, mereka berada dalam keadaan tidak tahu apa-apa, kemudian Allah memberi mereka penglihatan, pendengaran, akal dan hati agar manusia bisa mendapatkan pengetahuan (QS An-Nahl: 78).

Selain itu Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa manusia dianugerahkan Allah sebuah potensi di mana potensi tersebut tidak dimiliki oleh malaikat. Potensi itu adalah berinisiatif. Manusia diberi akal, kemudian diberi inisiatif oleh Allah agar mereka bisa melahirkan kemajuan dan peradaban sebagai khalifah di muka bumi. Sesuatu yang tidak dimiliki malaikat sebab malaikat adalah makhluk yang taat sepenuhnya terhadap perintah Allah Swt.

Kedua, Allah menghiasi manusia dengan syahwat. Yang dimaksud dengan syahwat disini antara lain adalah lawan seks, anak-anak, harta benda, emas, ladang, sawah dan lain sebagainya. Allah menghiasi dalam diri manusia syahwat agar mereka nyaman dan dapat membangun peradaban. Namun, perlu digarisbawahi bahwa syahwat tersebut harus dikelola dengan baik dan harus sesuai dengan syari’at agama. Jika tidak, maka itu berasal dari setan.

Ketiga, Allah menganugerahkan manusia amarah. Potensi amarah ini harus dikelola dan ditempatkan oleh manusia sebaik-baiknya. Jika kita melampiaskan amarah pada tempatnya dengan kadar dan waktu yang sesuai, maka kita disebut manusia yang berani. Namun ketika kita tidak meletakkan pada tempat dan waktu yang sesuai dan berlebihan, maka itulah yang dinamakan kecerobohan.

Keempat, Allah menganugerahkan manusia adil. Sikap adil inilah potensi terbesar yang dianugerahkan kepada manusia dan harus dikembangkan oleh manusia. Adil diartikan sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil bukan berarti sama, tapi adil adalah sebuah keseimbangan.

Itulah potensi-potensi dalam diri manusia yang dijelaskan oleh Prof. Dr. Quraish Shihab dalam podcast dan bukunya. Semoga kita semua dapat menjadi individu yang dapat memanfaatkan dan mengelola potensi-potensi tersebut dengan baik sebagai khalifah di muka bumi ini. Amin.

Demikian penjelasan terkait pertanyaan apakah tugas manusia sebagai khalifah di bumi. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Ulama Perempuan Indonesia Menjawab Kritik Perempuan Khilafah]

 

 

Tags: akalbumiilmukhalifahMakhlukmanusiaNafsuPenciptaan Manusia
Siti Fatimah

Siti Fatimah

Alumni prodi Ilmu Hadis yang suka menulis dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan gender, relasi dan parenting. Bisa disapa melalui Ig: @ftmhadnan

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID