• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Ulama Perempuan Indonesia Menjawab Kritik Perempuan Khilafah

Bagi penulis, kehadiran ulama perempuan Indonesia, menjadi salah satu pencapaian luar biasa atas suara perempuan yang berasal dari kalangan agamawan

Muallifah Muallifah
27/05/2022
in Publik
0
Ulama Perempuan Indonesia

Ulama Perempuan Indonesia

210
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kongres Ulama Perempuan Indonesia, atau yang dikenal dengan sebutan KUPI, menjadi salah satu forum penting dalam menjawab tantangan permasalahan perempuan pada masa kini. kehadiran ulama perempuan, dalam setiap wacana keilmuan, khususnya pengetahuan agama, menjadi fatwa yang ditunggu.

Apalagi pada bulan 25-27 November yang akan datang, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) akan digelar di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Bangsri (Jepara). Sejak tahun 2017 silam, para ulama perempuan dengan sadar utuh memperkuat narasi yang ingin disampaikan ke publik dengan pengetahuan agama yang dimiliki.

Tentu, penulis tidak meragukan secara keilmuan dan kiprah yang sudah dilakukan oleh para ulama perempuan Indonesia yang tergabung dalam forum tersebut. Apresiasi itu pula diberikan oleh para aktivis khilafah (Red; perempuan khilafah) dalam sebuah tulisan yang berjudul “Mewaspadai Tuntutan Kesetaraan Gender dalam Ikrar Ulama Perempuan Indonesia” yang ditulis oleh; Dedeh Wachidah Ahmad, dilansir melalui muslimahnews.net.

Di satu sisi, mereka mengapresiasi kehadiran ulama perempuan Indonesia. akan tetapi, disis lain, perempuan khilafah mengugat kehadiran ulama perempuan Indonesia karena ada ide kesetaraan gender yang didengungkan dalam nafas perjuangannya. Bagi mereka, kelompok ini sangat bermasalah terhadap eksistensi Islam dan mencemarkan nama baik Islam. Apakah benar demikian? Mari kita simak!

Kesetaraan gender tidak perlu ditolak, pemikiran perempuan butuh keberpihakan

Baca Juga:

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Bagi penulis, kehadiran ulama perempuan Indonesia, menjadi salah satu pencapaian luar biasa atas suara perempuan yang berasal dari kalangan agamawan. Sebab sejauh ini, eksistensi perempuan dalam ranah keagamaan, khususnya di pondok pesantren, tidak hadir ke publik meski jasanya sangat luar biasa.

Para bunyai di pondok pesantren, misalnya. Mereka menjadi guru bagi para santri putri untuk memberikan bimbingan seputar masalah perempuan, seperti: haidh, nifas ataupun melahirkan. Tidak hanya itu, kehadiran para ulama perempuan Indonesia, khususnya di desa, sangat membantu dalam kegiatan musyawarah perempuan. hal ini karena, secara pengetahuan agama, ulama perempuan dianggap lebih mampu untuk menjadi mediator dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Selain itu, dalam melihat konteks sejarah Indonesia, para pejuang perempuan yang berasal dari kalangan bunyai, kontribusinya sangat besar, mulai dari Nyai Walidah, Nyai Khairiyyah Hasyim, Rohana Kudus, Rasuna Said, Nyai Djuaesih, dll. Kiprah ulama perempuan yang bergerak di pelbagai bidang, mulai dari pendidikan, ekonomi hingga sosial, perlu kita apresiasi kehadirannya untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan.

Meskipun mereka sudah menunjukkan eksistensinya melalui perjuangan panjang. Bukan berarti selesailah perjuangan. Sebab banyak sekali tugas-tugas besar untuk menciptakan ruang aman bagi perempuan, khususnya ruang untuk mengkampanyekan kesetaraan gender.

Kita perlu mengkritik dan menggugat atas narasi yang disampaikan oleh para perempuan khilafah yang menolak kesetaraan gender. Bagaimanapun, eksistensi dari ulama perempuan Indonesia dengan fatwa, kegiatan dan seluruh nafas perjuangan yang disampaikan, kesetaraan gender merupakan bagian dari perjuangan yang tidak bisa dilepaskan.

Mengapa penulis menyampaikan bahwa kesetaraan gender tidak menyimpang dari Islam, dan perjuangan Ulama Perempuan Indonesia tidak menyimpang?  Setidaknya, penulis memiliki beberapa alasan sebagai berikut. Dan, ini jawaban atas kritik perempuan khilafah terhadap kehadiran ulama perempuan Indonesia.

Pertama, narasi bahwa Islam sangat memuliakan perempuan sejalan dengan kesetaraan gender yang didengungkan oleh para ulama perempuan. Kemuliaan perempuan tidak dimaknai bahwa perempuan harus tinggal di rumah, diam dan mengabdi pada suami. Kemampuan sama, yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan harus dimaksimalkan, baik laki-laki ataupun perempuan. Sehingga, kehadiran perempuan sangat penting, dan diakui perannya dimanapun ia berada.

Kedua, para perempuan khilafah sangat anti dengan kapitalisme, atau apa yang apapun yang berasal dari Barat. Bagi mereka, kesetaraan gender merupakan ide yang berasal dari Barat.  Seperti yang kita pahami bahwa, para aktivis khilafah sangat fobia dengan kesetaraan gender. Pada keseimpulannya, ide apapun, khususnya kesetaraan gender, pasti akan ditolak oleh para aktivis khilafah.

Pada hakikatnya, perempuan khilafah melalui narasinya, hanya butuh afirmasi suara tentang penegakan khilafah. Mereka butuh keberpihakan publik agar kampanye penegakan khilafah semakin banyak didengar. Tanpa sadar, mereka mematikan tuntutan etik menjadi perempuan, yakni mendukung perempuan yang selama ini mengalami ketertindasan, dan permasalahan perempuan. Wallahu a’lam. []

 

Tags: Fatwa KUPIIndonesiaIslam NusantaraJaringan KUPIulama perempuan
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Perempuan dan Pembangunan

Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

12 Juli 2025
Isu Disabilitas

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

12 Juli 2025
Negara Inklusi

Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Isu Disabilitas

    Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID