• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Belajar Menjadi Pribadi yang Tidak Mudah Marah

Orang yang hebat bukanlah orang yang mampu tampil dengan kekuatan fisik atau sejenisnya (yang mumpuni). Orang yang hebat adalah orang yang bisa menahan amarahnya

Ega Ardiansyah Ega Ardiansyah
26/04/2023
in Personal
0
Pribadi yang Tidak Mudah Marah

Pribadi yang Tidak Mudah Marah

678
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pernah bertemu atau berinteraksi dengan orang yang mudah marah? Yang tersinggung sedikit langsung emosi, ngambek dan seterusnya. Jika pernah, apa yang teman-teman rasakan ketika bertemu dan berinteraksi dengan mereka? Nyaman kah? Atau sebaliknya? Jawab pertanyaan ini dengan jujur!

Saya pribadi sering. Dan yang saya rasakan tentu tidak nyaman. Tidak ingin berlama-lama ketika berinteraksi, berkomunikasi dan lainnya. Pokoknya malas. Bagaimana tidak, kita ajak bercanda susah. Ketika candaan kita sedikit nakal atau menyentil, langsung naik pitam. Langsung menggerutu tidak jelas. Betul-betul menjengkelkan.

Lalu, bagaimana bisa ada orang yang demikian? Jika dipikir oleh akal manusia, saya kurang mengerti. Bisa jadi sikapnya yang mudah marah penyebabnya karena pengaruh dari lingkungan sekitar. Entah keluarga, kerabat dan kawan karib, atau bisa jadi juga karena watak bawaan dari lahir. Tetapi itu tidak penting. Saya tidak akan terlalu jauh membahas soal itu.

Dalam tulisan ini, saya akan lebih jauh membahas perihal cara supaya kita tidak menjadi orang yang mudah marah. Kata lain, menjadi pribadi yang tidak mudah marah. Menurut saya ini lebih penting.

Memang ada caranya? Tentu saja. Setiap orang memiliki potensi yang sama untuk menjadi seorang yang sabar atau bisa mengendalikan amarah dengan baik. Betul, amarah tidak bisa kita hilangkan. Ini adalah emosi bawaan setiap manusia. Amarah hanya bisa kita kendalikan sehingga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tidak keliru (tidak salah tempat/salah kaprah).

Baca Juga:

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Cara Menjadi Pribadi yang Tidak Mudah Marah

Cara-cara menjadi pribadi yang tidak mudah marah itu antara lain, pertama, ingat, mudah marah adalah sikap yang tidak sehat. Ketika marah, hormon dan detak jantung kita akan berdegup dengan kencang (kurang stabil). Inilah yang jika terlalu sering marah akhirnya bisa membuat tubuh kita menjadi tidak sehat. Adapun penyakitnya, yang biasanya dihubung-hubungkan adalah serangan jantung, darah tinggi dan sejenisnya.

Kedua, kita juga harus ingat, sikap mudah marah ini bisa membuat teman atau orang-orang yang berinteraksi dengan kita menjadi tidak nyaman. Bisa jadi, ketika kita selalu demikian saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka, hal itu akan membuat mereka menjauh. Tidak mau berkawan dengan kita, dan lain-lain.

Ketiga, dalam Islam (atau bahkan setiap agama lainnya), sikap mudah marah juga kurang Allah sukai. Satu dalil di Al-Qur’an menyebut, sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang yang sabar. Maka, kita juga harus ingat dengan ayat ini. Kita harus menjadikan usaha untuk belajar menjadi seorang yang tidak mudah marah sebagai ikhtiar menjalankan perintah agama.

Lebih detail, selain harus mengingat ketiga hal di atas. Ikhtiar konkret lain yang bisa kita lakukan juga ada beberapa. Kita bisa melatih kesabaran dan mengendalikan emosi/amarah kita dengan merutinkan puasa (sunah), berzikir, dan berdoa untuk diberikan kesabaran oleh Allah dalam menjalani kehidupan.

Ini Keutamaan Menahan Amarah

Insya Allah, dengan begitu kita pasti bisa menjadi seorang yang tak mudah lagi tersulut emosi. Tidak mudah kebakaran jenggot atau naik pitam. Kita mampu menjadi seorang manusia penyabar, yang bijak menempatkan amarah atau emosi diri dalam suatu keadaan.

Menutup tulisan ini, saya teringat akan sebuah hadis yang menerangkan soal keutamaan menahan amarah. Dikatakan dalam hadis itu, bahwa orang yang hebat bukanlah orang yang mampu tampil dengan kekuatan fisik atau sejenisnya (yang mumpuni). Orang yang hebat adalah orang yang bisa menahan amarahnya.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Saw bersabda: “Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Mudah-mudahan, Allah meridhai kita menjadi seorang muslim atau muslimah penyabar. Yang mampu menahan diri ketika marah, serta tidak mudah emosi ketika dihadapkan pada sebuah persoalan sepele yang sedikit menyinggung perasaan kita (khususnya yang tidak berkaitan dengan hal-hal pokok individu seperti prinsip beragama, dan lain-lain). []

 

Tags: emosimanusiaMarahMenahan AmarahpsikologiSabarSelf Love
Ega Ardiansyah

Ega Ardiansyah

Ega Adriansyah, pemuda dan penulis asal Desa Kubangdeleg. Kini sedang menimba ilmu di jurusan Ekonomi Syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam
  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID