Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan KH. Nasaruddin Umar tentang ayat penciptaan reproduksi penciptaan manusia, maka banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan reproduksi manusia, yaitu melalui sperma yang bertemu ovum, lalu menempel di dinding rahim.
Kemudian berproses menjadi segumpal daging, dan menjelma menjadi tulang yang terbungkus daging, lalu terbentuklah tubuh bayi manusia utuh.
Yaitu, dalam QS. al-Qiyaamah (75): 37: QS. al-Insaan (76): 2: QS. as-Sajdah (32): 8: dan QS. al-Mu’minuun (23): 14.
Dalam semua ayat, secara jelas dan tegas, sebagaimana juga dikatakan oleh para ulama tafsir, menyatakan bahwa manusia laki-laki dan perempuan tercipta melalui proses biologis yang sama. Yaitu pertemuan sperma dan ovum.
Ayat yang paling luas membahas proses biologis dari penciptaan manusia adalah sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia (pada awalnya) dari saripati tanah . Kemudian Kami jadikan ia (melalui) cairan ‘nutfah’ (ovum yang sudah dibuahi sperma)
yang melekat di dalam rahim yang kokoh.
Kemudian ‘nutfah’ itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. al-Mu’minuun (23): 12-14)
Kemanusiaan Laki-laki dan Perempuan
Dari ketiga kelompok ayat tersebut, bisa ditegaskan bahwa asal-usul kemanusiaan laki-laki dan perempuan adalah sama.
Sebab, semua ayat itu berbicara mengenai model-model penciptaan manusia secara umum, tidak mengkhususkan pada laki-laki semata, dan tidak menafikan perempuan.
Baik model penciptaan dari unsur air, tanah, maupun model yang sekarang kasat mata, yaitu penciptaan melalui reproduksi biologis.
Dari pernyataan-pernyataan eksplisit ayat-ayat tersebut, juga bisa kita tegaskan bahwa perempuan sama sekali tidak tercipta, atau bersumber, dari laki-laki. Tidak ada satu pun ayat yang eksplisit yang menyatakan hal demikian.
Bahkan, ayat yang implisit pun tidak ada sama sekali. Karena itu, dari sisi penciptaan, laki-laki bukanlah sumber bagi (atau juga lebih utama dari) perempuan.
Sebagaimana, ayat-ayat di atas ada banyak sekali, maknanya tegas, jelas, dan gamblang. Ayat-ayat ini dengan makna-maknanya yang muhkam (kokoh) dan qath’iy (jelas) seharusnya menjadi dasar pagi seluruh ayat mengenai penciptaan manusia.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Qiraah Mubadalah.