• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bijak Menyikapi Trust Issue dalam Pernikahan Beda Suku

Siapa saja yang sedang menjalani hubungan dengan beda suku, jangan parno dengan trust issue yang beredar tentang identitas suku dari pasanganmu

Khairun Niam Khairun Niam
06/06/2024
in Personal
0
Pernikahan Beda Suku

Pernikahan Beda Suku

988
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Keragaman yang ada di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa dapat kita hindarkan. Sebagai sebuah negara yang memiliki banyak suku, tentu saja dalam kehidupan sehari-hari kita selalu bertemu dan berkomunikasi bersama orang-orang dengan suku yang berbeda.

Karena biasanya setiap daerah terkadang tidak hanya dihuni oleh satu suku saja, melainkan dua, tiga, bahkan lebih. Bahkan, tidak jarang dari pertemuan dan komunikasi yang intens tersebut berakhir dengan ikatan suci yaitu pernikahan.

Fenomena pernikahan beda suku yang terjadi di Indonesia bukanlah hal yang baru-baru ini terjadi, melainkan sebelum ini sudah banyak sekali yang mempraktikkannya. Contohnya adalah tetangga penulis yang bersuku madura kemudian menikah dengan orang Jawa, Madura dan Melayu, Jawa-Sunda, Melayu-Jawa, Madura-Sunda dan masih banyak lagi.

dari fenomena sosial di sekitar penulis itulah muncul berbagai trust issue terkait pernikahan beda suku. Bahkan penulis sendiri pernah mendapat nasehat untuk tidak menikah dengan suku tertentu.

Oh iya, sebelum membahas lebih lanjut, perlu penulis ingatkan di sini bahwa dalam tulisan ini penulis tidak bermaksud untuk menyudutkan etnis tertentu, melainkan tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi, dan fenomena yang terjadi di sekitar penulis.

Baca Juga:

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

Bias Kultural dalam Duka: Laki-laki Tak Boleh Sepi, Perempuan Harus Mengisi

Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah

Trust Issue dan Stigma Negatif antar Suku

Mengutip dari mediaindonesia.com trust issue merupakan istilah yang kita gunakan untuk menggambarkan kesulitan dalam mempercayai orang lain. Kaitannya dengan hal ini  adalah sebagaimana yang penulis katakan sebelumnya bahwa pernikahan beda suku di Indonesia sudah sangat sering terjadi.

Artinya truss issue tersebut muncul dari fenomena dan konflik dalam rumah tangga. Akibatnya, bagi yang sudah menjalani hubungan beda suku merasa takut untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa stereotip setiap suku memang berbeda-beda. Mengutip dari Annisa fitriani dalam artikelnya terkait pernikahan beda suku. Stereotip suku Jawa dalam berkomunikasi tergambarkan sebagai orang yang halus, menerima apa adanya dan mudah memberikan maaf tetapi suka berbicara di belakang.

Suku Minang cenderung lebih asertif atau ceplas-ceplos. Madura yang terkenal keras, dan Sunda yang kita kenal materialistis dan pemalas. Anehnya yang berkembang di masyarakat bukan hal-hal yang positif melainkan stereotip yang negatif.

Namun memang, trust issue yang berkembang di masyarakat terkait konflik yang terjadi pada pernikahan beda suku tidak berangkat dari ruang kosong, melainkan berangkat dari fenomena sosial yang telah terjadi.

Fenomena sosial itulah yang melekat di masyarakat sehingga menimbulkan asumsi negatif terhadap suku tertentu. Padahal jika kita sadari konflik dalam rumah tangga tidak hanya dialami oleh mereka yang menikah beda suku, melainkan juga setiap rumah tangga pada umumnya.

Singkatnya trust issue  yang berkembang di masyarakat terkait suku tertentu tidak bisa kita jadikan patokan untuk menjudge karakter seseorang. karena setiap orang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda. Contohnya adalah teman penulis dari suku sunda. Jika perempuan sunda kita kenal matrealistis dan pemalas, maka jauh berbeda dengan teman penulis yang satu ini yang tampil apa adanya dan tidak hedon.

Meminimalisir Konflik dengan Relasi Kesalingan

Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkawinan berbeda suku memang rentan dengan persoalan, hal ini penyebabnya karena banyakanya perbedaan. Mengutip dari umm.ac.id salah satu penyebab perceraian di Indonesia adalah karena pernikahan antar suku.

Perceraian tersebut terjadi penyebabnya karena mengalami hambatan kesalahpahaman berdasarkan pola pikir, perbedaan persepsi, bahasa dan komunikasi nonverbal karena perbedaan budaya. Bagi siapa saja yang ingin menikah dengan suku yang berbeda perlu melakukan dua hal ini, yaitu:

Pertama, Memahami karakter pasangan. Asumsi yang masyarakat bangun  terkait suku tertentu memang cenderung negatif. Biasanya hal ini karena kesalahan seseorang yang mengakibatkan munculnya asumsi bahwa semua orang dari suku tersebut mempunyai sifat dan perilaku yang sama.

Tetapi hal tersebut tidak bisa kita pukul rata kepada setiap individu mempunyai karakter dan sifat yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dengan mengenal dan memahami karakter serta sifat pasangan dapat mematahkan asumsi negatif yang berkembang dimasyarakat.

Kedua, Membangun komunikasi yang baik. Dalam pernikahan sejatinya tidak hanya tentang penyatuan dua individu, tetapi juga penyatuan dua keluarga. Shock Culture pasti terasa ketika awal-awal pernikahan karena harus berhadapan dengan banyak perbedaan nilai, keyakinan, tradisi ataupun gaya hidup.

Untuk menghindari konflik, maka kita membutuhkan komunikasi yang intens dari setiap pasangan. Jangan sampai ketidaknyamanan yang kita rasakan tersimpan begitu saja, karena dapat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga.

Ketiga, bekerja sama. Dalam hal ini biasanya perempuan seringkali menjadi korban patriarki, di mana perempuan hanya bertugas untuk di rumah saja. Etnis manapun penulis kira masih banyak yang berpikiran bahwa perempuan hanya bertugas mengurus rumah, merawat anak dan melayani suami.

Tidak hanya berbeda etnis, bagi yang menikah sesama etnis pun harus bekerja sama dalam berbagai hal. Baik untuk menopang finansial atau untuk membangun keharmonisan rumah tangga.

Sebagai penutup penulis ingin berpesan bahwa siapa saja yang sedang menjalani hubungan dengan suku yang berbeda, jangan parno dengan trust issue yang beredar tentang suku dari pasanganmu. Hal yang perlu kita lakukan sebelum memutuskan untuk menikah adalah mengenali karakter pasangan terlebih dahulu.

Setelah menikah bangunlah relasi kesalingan untuk menghindari konflik menjadi lebih besar, hingga berakhir perceraian. Wallahua’lam. []

 

Tags: beda sukupernikahanRelasi Kesalinganrumah tanggaTrust Issue
Khairun Niam

Khairun Niam

Santri yang sedang belajar menulis

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID