• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Bisa Nggak Sih, LDR Menerapkan Prinsip Kesalingan?

Pada intinya prinsip kesalingan dapat kita terapkan meskipun LDR dengan pasangan, saling memahami dan menghargai, tidak merasa paling menderita dan paling kesulitan saat menghadapi LDR, tanyakan juga bagaiamana perasaan pasangan saat LDR, tetaplah berbagi rasa karena perasaan saling mendukung dan membutuhkan itulah yang akan menguatkan pasangan ketika LDR.

Nur Fitriani Nur Fitriani
10/12/2020
in Keluarga, Kolom
0
prinsip kesalingan dalam LDR

prinsip kesalingan dalam LDR

268
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pasangan yang baru menikah selalu mendapat iringan do’a “semoga bahagia”, baik dari teman maupun kerabat, yaa karena pernikahan tidak hanya sekedar kebahagian, tapi lebih pada perjuangan, jadi sepertinya ada kata-kata dalam doa tersebut yang disembunyikan, mungkin versi lengkapnya seperti ini “semoga bahagia melewati segala perjuangan yaa”. Bagaimana dengan pasangan LDR? Bisakah prinsip kesalingan dalam LDR tercapai?

Setelah menikah, pasangan akan memutuskan untuk hidup bersama orangtua, rumah sendiri, ngontrak, ngekos, bahkan LDR (Long Distance Relationship) atau hubungan jarak jauh. Udah nikah kok malah LDR? Banyak alasan pasangan memutuskan ‘terpaksa’ LDR, biasanya tuntutan pekerjaan atau pendidikan. Pekerjaan sebelum menikah yang berbeda kota atau pendidikan sebelum menikah yang harus diselesaikan, memang awal menikah tidak mudah bukan? LDR memaksa untuk masing-masing hidup sendiri, masak sendiri, cuci baju sendiri hingga makan sendiri, hehe.. hampir tidak ada bedanya dengan sebelum menikah, perbedaan hanya pada status.

Lalu bisakah pasangan LDR menerapkan prinsip kesalingan dalam rumah tangga? Sebagaimana yang dicontohkan dalam banyak forum maupun buku, bahwa contoh prinsip kesalingan dalam rumah tangga dengan cara membagi pekerjaan domestik untuk dilakukan bersama, menghargai setiap pasangan untuk upgrade diri maupun memberikan izin pasangan untuk keluar bersama teman-teman, saling berbagi tugas mengasuh dan mengasihi anak.

Sedangkan pasangan LDR kan tidak hidup dalam satu atap, urusan domestik menjadi tanggung jawab masing-masing, tapi jika istri hamil atau mempunyai anak, maka tanggung jawab tersebut tidak bisa dibagi, melainkan ditanggung sendiri. Padahal kebutuhan istri ketika masa reproduksi (hamil, melahirkan dan menyusui) tidak hanya fisik  (makan dan minum) tapi juga psikologis, dimana psikologis sang ibu perlu didukung agar tidak mengalami babyblues.

Pada dasarnya prinsip kesalingan adalah kerjasama laki-laki dan perempuan, hubungan yang setara, menghargai satu sama lain, begitulah penjelasan dari buku Qiraah Mubadalah karya Faqihuddin Abdul Kodir. Dalam kasus LDR pun pasangan mampu melaksanakan prinsip kesalingan, terlebih jika keduanya telah memahami bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk dihargai kemanusiaannya.

Baca Juga:

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Surat yang Kukirim pada Malam

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Penerapan prinsip kesalingan pasangan yang tinggal satu atap dengan pasangan LDR tentu berbeda, berikut ada beberapa cara yang bisa digunakan jika kamu dan pasangan sedang LDR. Tantangan utama saat LDR adalah komunikasi, jika komunikasi terjaga maka hubungan juga baik, tapi sekali salah paham terjadi butuh kesabaran untuk menjelaskannya. Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan saat berkomunikasi dengan pasangan agar hubungan harmonis dan tetap menerapkan prinsip kesalingan;

  1. Saling menanyakan kabar dan keadaan

Terlihat sepele memang, tapi hal ini penting untuk ditanyakan setiap hari sebagai bentuk perhatian dan mengetahui apakah pasanganmu baik-baik saja ataukah dia tidak dalam kondisi baik

  1. Saling mendengar masalah yang dihadapi pasangan

Kamu memang mempunyai masalah sendiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari, begitupun dengan pasangan, cobalah untuk jangan sungkan bercerita dengan pasangan tentang masalah yang kamu hadapi, meminta solusi dan dukungan. Sebaliknya dengarkan cerita masalah dari pasanganmu, meskipun tidak bisa membantu tapi bisa memberikan dukungan, kalau pasangan diam saja dan tidak mau cerita? Tanyakan keadaannya, berikan dukungan dan semangat.

  1. Saling menyemangati

Hidup sendiri-sendiri saat sudah menikah, terlebih mempunyai anak tidak mudah, tidak hanya istri yang kerepotan mengasuh anak seorang diri, suami tentu juga kepikiran tentang keadaan istri dan anak-anaknya yang tinggal jauh. Saling menyemangati untuk menjalani hari-hari juga penting, hal ini bisa dilakukan saat pagi hari dengan video call, dengan memperlihatkan kesibukan pagi hari saat kita mempersiapkan untuk memulai aktivitas akan memberikan semangat kepada pasangan.

  1. Membicarakan rencana dan kendala di masa depan

Waktu bersantai bisa digunakan untuk membicarakan masa depan bersama pasangan, membicarakan kendala-kendala selama ini saat menghadapi LDR dan rencana ke depannya apakah tetap LDR atau tidak.

  1. Quality time

Hal ini yang paling ditunggu, saat pasangan pulang atau bertemu, pastikan kita jauh dari gawai dan mempunyai waktu untuk pasangan, agendakan liburan bersama keluarga kecilmu untuk waktu berkualitas.

Pada intinya prinsip kesalingan dapat kita terapkan meskipun LDR dengan pasangan, saling memahami dan menghargai, tidak merasa paling menderita dan paling kesulitan saat menghadapi LDR, tanyakan juga bagaiamana perasaan pasangan saat LDR, tetaplah berbagi rasa karena perasaan saling mendukung dan membutuhkan itulah yang akan menguatkan pasangan ketika LDR. []

Tags: faqih abdul kodirFiqih KeluargakeluargaKesalinganperkawinanQira'ah MubadalahRelasi Suami dan Istri
Nur Fitriani

Nur Fitriani

Nur Fitriani merupakan magister UIN Malang. Gadis asal Pasuruan ini memiliki mimpi yang sangat sederhana, ingin bermanfaat untuk orang banyak, dan ingin ikut andil dalam perubahan yang berkeadilan jangka panjang. Saat ini dirinya menjadi anggota komunitas menulis Puan Menulis.

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID