• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bolehkah Perempuan Haid Berdiam di Masjid?

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
25/06/2019
in Personal
0
perempuan haid berdiam di masjid

Hukum Perempuan Haid Berdiam di Masjid

190
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dalam tulisan ini, saya ingin menyampaikan tentang keresahan saya ketika dalam masa haid atau menstruasi. Mungkin hal ini juga dirasakan oleh teman-teman perempuan yang lain. Dulu waktu masih sekolah Tsanawiyyah, kalau bulan Ramadhan sering kesal karena tidak bisa ikut kajian pesantren kilat di mesjid, karena memang dalam fiqh disebutkan perempuan haid berdiam diri di masjid haram hukumnya.

Bahkan perempuan yang sedang haid dalam beberapa pengertian disamakan dengan seseorang yang sedang mengeluarkan urin saat buang air kecil. Hanya saja terdapat perbedaan, yaitu darah haid keluar secara terus menerus walaupun dalam kondisi tidak sadar sekalipun.

Nah, dalam keadaan darah haid ini keluar, maka dalam kondisi itu pula perempuan dikatakan tidak dalam kondisi suci. Sebagaimana seseorang yang sedang mengeluarkan hadast kecil, maka ia pun dalam kondisi tidak suci. Sehingga tidak diperkenankan melaksanakan ibadah seperti shalat atau mengotori tempat beribadah seperti masjid.

Saya jadi teringat, pada ceritanya sahabat saya tentang ketidaksucian perempuan yang  sedang haid. Pengalamannya yang mungkin kadang menyakitkan adalah ia sering dibully ketika dalam masa haid. Misalnya, ketika kebetulan meminjam sisir temannya maka ia menerima ejekan seperti “sisirnya jadi ikut kotor eh, karena kamu lagi haid”.

Ya ampun sampai benda sekecil itu pun ikut kotor karena dipakai oleh perempuan yang sedang haid. Selain itu, hak-hak  perempuan yang sedang menstubasi pun dibatasi, seperti tidak boleh bersentuhan dengan orang yang sedang beribadah, mengikuti kegiatan di dalam masjid dan hal-hal lainnya.

Baca Juga:

Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

PMS: Siklus Bulanan yang Membuat Perempuan Kebingungan

Lailatul Qadar dan Perempuan Haid dalam Kitab Hasyiyah al-Qalyubi

Penghormatan Islam kepada Perempuan Haid dan Nifas

Namun, pertanyaannya apakah benar perempuan yang mesntrubasi itu, perempuan yang tidak suci sehingga aktifitas-aktifitasnya dibatasi?

Jika kita melihat dari hadis Shahih Bukاari no.715 yang mengatakan”Haidmu bukan di tanganmu”. Ini adalah  pernyataan Nabi  Saw, kepada Aisyah ra, ketika diminta mengambil pakaian dari masjid, lalu beralasan “aku sedang haid”.

Kyai Faqih Abdul  Qodir berpendapat, kalimat tersebut lahir untuk mengikis segala mitos kenajisan tubuh perempuan akibat menstrubasi. Jadi, yang najis itu darah yang keluar dari vagina, sebagaimana darah yang keluar dari anggota tubuh yang lain. hanya darah saja. Bukan tubuh perempuan.

Dalam hal ini, Islam sama sekali tidak menajiskan tubuh siapapun termasuk tubuh perempuan. justru dengan keluarnya darah haid, Allah sedang mempertimbangkan kondisi khusus tubuh perempuan yang memiliki rahim, yang nantinya akan menstruasi dan menepouse.

Sehingga anggapan perempuan menjadi mahkluk yang tidak suci ketika sedang menstrubasi itu jelas tidak benar.

Sedangkan pengecualian-pengecualian terhadap perempuan yang sedang haid seperti tidak boleh sholat, berdiam diri di masjid, membaca al-qur’an dan yang lainnya itu termasuk keringanan yang diberikan oleh Allah khusus untuk perempuan.

Kalau meminjam kata-kata nya pak Faqih haid itu sebagai bentuk dispensasi bukan diskriminasi, apalagi penistaan tubuh perempuan.

Lalu bagaimana jika kita sebagai perempuan ingin ikut belajar di masjid, sedangkan ia dalam keadaan menstrubasi?

Beberapa ulama mengalami perbedaan pendapat tentang boleh atau tidaknya perempuan haid masuk dan berdiam diri di masjid. Beberapa menyatakan tidak boleh atas dasar  sebuah hadis yang artinya” dari Aisyah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ku halalkan masjid bagi orang yang junub dan haid”

Namun beberapa pula mengatakan bahwa tidak masalah, selagi tidak melakukan shalat dan berpotensi mengeluarkan najis kotoran haid yang bisa mengotori kesucian tempat ibadah. Jika kita lihat pada kebiasaan perempuan saat ini, ketika masa haid, lebih banyak yang memilih untuk menggunakan pembalut.

Sehingga ketika beraktifitas di dalam masjid, kekhawatiran darah haidnya dapat mengotori tempat ibadah tersebut bisa diatasi.

Tetapi jika tetap ragu, maka solusinya adalah dalam membangun masjid bisa dengan cara meniatkan bangunan tersebut sebagiannya ialah madrasah. Sehingga bangunan tersebut bisa dipakai oleh laki-laki dan perempuan yang  sedang menstrubasi dan yang tidak. Seperti halnya di pesantren Miftahul Falah, Cikajang, Kab.Garut.

Ketika saya berkesempatan mewawancarai pimpinan PonPes Mifa, tentang alasan didirikannya masjid yang ramah terhadap perempuan yang sedang haid.

Kang Cecep Muslih sebagi pimpinan meyebutkan bahwa “ Waktu pembuatan masjid Daarul Ulum Miftahul Falah,  kami niatkan setengahnya madrasah, setengahnya lagi masjid. Karena berdasarkan pendapat ulama bahwa masjid itu tergantung niat awal pembuatannya. Mengapa kami niatkan begitu? karena kami peduli terhadap perempuan haid.

Jadi semua santriwati baik yang tidak haid, maupun yang haid bisa mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan di bangunan tersebut. Walaupun secara sebutan, perempuan haid tempatnya di madrasah. Tetapi, kepentingan utamanya ialah semua santri baik putri maupun putra dapat mengikuti kajian tanpa mengecualikan salah satunya.

Memang di beberapa pesantren, seperti yang kita ketahui bersama bahwa kajian yang dilakukan di masjid tidak bisa diikuti oleh perempuan yang sedang haid. Kecuali mereka duduknya di emperan masjid saja.

Namun, dengan cara pandang yang diterapkan di Ponpes Mifa tersebut, menurutku bisa jadi solusi. Agar tidak ada pemisahan dalam soal kebaikan antara laki-laki dan perempuan.

Sehingga keduanya bisa tetap menjalankan perintah Allah, tanpa ada beban bahwa sebagian perempuan tidak bisa mengikuti aktifitas di masjid karena dengan alasan sedang menstruasi.[]

Tags: Fikih PerempuanHaidPerempuan Haid
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ayat sebagai

    Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID