• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Bulan Kasih Sayang; Mengenal Toxic Relationship

Yuk, dibulan kasih sayang ini kita bangun relasi yang sehat dengan pasangan, teman, orang tua dan siapa saja yang ada disekitar kita. Semoga itu menjadi kunci kebahagiaan saat bersinggungan dengan orang lain

Laila Fajrin Rauf Laila Fajrin Rauf
19/02/2022
in Featured, Personal
0
toxic relationship

toxic relationship

205
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Kepada siapapun yang memilih menjalin hubungan berpacaran. Mari bangun relasi penuh kesalingan. Jangan hadirkan kekerasan, pelecehan atau perundungan. Sebab, pasangan yang baik adalah mereka yang saling membimbing bukan menggiring, yang saling percaya bukan curiga, yang saling merangkul bukan memukul”

Mubadalah.id – Bulan Februari sering dikenal dengan bulan kasih sayang. Banyak anak muda maupun orang dewasa yang merayakan hari valentine tepat ditanggal 14 Februari. Mereka menggunakan moment ini untuk menunjukkan kasih sayang kepada pasangannya. Tentu saja ini menjadi kenangan yang membahagiakan. Siapa yang tidak ingin menjalin hubungan yang menyenangkan dengan pasangannya?

Tetapi, sadarkah kita? Terkadang, saat kita menjalin hubungan dengan orang lain, kita juga menaruh ekspektasi atau harapan kepadanya. Setiap orang memiliki alasan kenapa mau memulai sebuah hubungan dengan orang lain. Ada yang karena menemukan kenyamanan, kebahagiaan, accompany dan lain sebagainya.

Harapan ini akan berbuah kenyamanan jika tumbuh dalam relasi yang sehat. Sebuah hubungan dimana orang-orang yang terlibat didalamnya dapat saling memelihara, saling menerima, saling memberi dukungan, saling menguatkan dan saling memberikan ruang untuk bertumbuh bagi satu dengan lainnya. Kenapa penuh dengan kata saling? Sebab hubungan  tidak bisa dilakukan oleh satu orang tetapi dua orang sehingga ada timbal balik. Tidak merasa sendirian, tetapi dalam kesalingan.

Nah, jika kita memulai hubungan dengan ekspektasi awal yang asyik dan menyenangkan tetapi setelah menjalaninya merasa lelah, gundah dan tidak senang maka bisa jadi sedang merasakan toxic relationship.

Toxic relationship sering disebut sebagai sebuah hubungan dimana orang-orang yang terlibat didalamnya banyak merasakan perasaan negatif dibandingkan dengan perasaan yang positif. Dalam artikelnya, Psycology Today menjelaskan 5 ciri-ciri toxic relationship, yaitu merasa lelah dan tidak puas dengan hubungan yang dijalani, memiliki perilaku yang dilandasi oleh rasa takut atau rasa bersalah, merasa bahwa perasaan dan kebutuhan kita diabaikan dalam hubungan, merasa takut akan membuat pasangan menjadi marah serta merasa dimanfaatkan, dieksploitasi atau tidak dihargai oleh pasangan.

Baca Juga:

Tahun Baru Islam, Saatnya Hijrah dari Kekerasan Menuju Kasih Sayang

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

Prinsip Penghormatan dan Kasih Sayang Jadi Fondasi untuk Berelasi Antar Manusia

Tentu saja, jika kita menjalin hubungan dan mengalami perasaan-perasaan tersebut pasti tidak akan nyaman. Saat awal menjalin hubungan kita berharap dapat memulainya dengan perilaku positif, nyaman, damai dan tidak ada insecurity. Lalu, kenapa bisa jadi toxic?

Pertama, bisa karena kurangnya rasa empati antar pasangan. Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, berpikir dari sudut pandang orang lain. Jadi semacam put yourself on other shoes. Ketika melakukan aktivitas dengan pasangan salah satu pihak tidak peduli bagaimana perasaan pasangannya.

Kedua, terdapat unfinised personal issue. Seseorang yang terlibat dalam hubungan memiliki personal issue yang belum terselesaikan dan berharap partner-nya menjadi penyelamat dari unfinished bisnis yang itu adalah persoalan pribadi bukan persoalan pasangan. Kita perlu untuk menyadari kondisi diri kita sendiri.

Ketiga, sebab belum memiliki pemahaman pada diri sendiri. Sehingga cenderung nempel pada orang lain untuk mengurangi rasa cemas. Salah satu penelitian yang diterbitkan oleh Jurnal Empati menunjukkan bahwa banyak korban Kekerasaan Dalam Pacaran (KDP) yang kekeh bertahan dengan pasangannya asalkan dia tetap memiliki pasangan. Katanya; “Tidak apa-apa, atas nama cinta aku siap terluka”. Cinta itu membahagiakan, menumbuhkan dan membawa kebaikan.

Jika memang menyadari bahwa sedang terjebak pada hubungan yang kurang sehat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, coba ajak diri sendiri untuk ngobrol. Renungkan, sadari dan akui apa yang sedang dirasakan. Kenapa ini jadi penting? Karena terkadang saat menghadapi masalah kita cenderung fokus pada perasaan negatif. Akhirnya menjadi panik. Sehingga kita tidak menyadari perasaan lain yang sebenarnya juga kita rasakan.

Ini bisa menjadi kunci untuk mengenali diri sendiri. Kedua, cobalah untuk re-define your love. Sebenarnya rasa cinta dan hubungan seperti apa yang sedang dijalani. Apakah sudah baik, sudah sesuai dengan yang diinginkan atau belum? Apa manfaat menjalin hubungan dengan pasangan? Apa dampak positif dan negatifnya? Sehingga kita tidak hanya berasumsi tetapi benar-benar sadar bahwa sedang menjalani hubungan yang benar dan nyaman.

Ketiga, jangan lupa untuk merawat diri dengan meluangkan waktu. Melakukan aktivitas apa saja yang kita mau. Nonton film bersama teman-teman, misalnya. Keempat, komunikasikan pada pasangan tentang apa yang sebenarnya dirasakan, difikirkan dan ajak pasangan untuk merumuskan kembali hubungan dari awal. Jadi, semacam membangun budaya diskusi untuk mencari jalan tengah dengan pasangan.

Terakhir, kita juga perlu untuk mengambil keputusan yang diperlukan. Nah, setelah kita mengkomunikasikan dengan pasangan. Kita juga perlu untuk bersiap-siap dengan respon pasangan. Sebab, respon yang akan muncul bisa positif dan negatif. Setelah mengetahui respon pasangan maka kita perlu mengambil keputusan. Ketahuilah bahwa kita juga berhak bahagia dan berkembang atas diri sendiri. Jika hubungan lebih banyak menyakiti, kita punya hak untuk mengakhirinya. Tentu setelah dikomunikasikan dengan pasangan.

Toxic relationship ini memang terkesan negatif. Ketika ada masalah dalam sebuah hubungan, kita tidak sedang mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Sebab hubungan itu juga seperti manusia biasa yang bisa berbuat kesalahan. Maka dari itu point-nya bukan pada kesalahannya tapi pada bagaimana dua orang berkompromi dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bisakah kita dan pasangan melakukan hal itu? Maukah berproses bersama dalam relasi kesalingan dan kemaslahatan?

Coba kita renungkan kembali. Kalau bersama pasangan justru menyakitkan maka jangan dipaksa. Kasihan diri kita. Sebenarnya bisa jadi kita sedang menyakiti satu dan lainnya karena memaksa saling bersama. Coba beri jarak barang sejenak supaya sakitnya mereda.

Kemudian jangan lupa juga untuk menguatkan diri. Kalau jodoh memang tak akan lari kemana. Tapi kita bisa memilih dengan siapa kita mau berproses dengan bahagia. Yuk, dibulan kasih sayang ini kita bangun relasi yang sehat dengan pasangan, teman, orang tua dan siapa saja yang ada disekitar kita. Semoga itu menjadi kunci kebahagiaan saat bersinggungan dengan orang lain. []

Tags: kasih sayangToxic RelationshipValentine
Laila Fajrin Rauf

Laila Fajrin Rauf

Founder Komunitas Gerakan Kolektif Perempuan Feministic Indonesia. Aktif di Jaringan GUSDURian dan Duta Damai Yogyakarta. Bisa dihubungi via email ke lailafajrin17@gmail.com atau instagram @ubai_rauf

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID