• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Dear Ayah, Jangan Lukai Ibu

Ayah, jika boleh aku mengatakan sejujurnya, saat laki-laki belum mampu mengolah sebuah emosional cukup matang, maka jangan menikahi perempuan

Khoiriyasih Khoiriyasih
06/11/2022
in Keluarga
0
Jangan Lukai Ibu

Jangan Lukai Ibu

590
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Bapak, kenapa memarahi ibu? aku tidak kuat mendengarnya.”

“Kenapa ibu menangis?”

“Bapak, kenapa memukul ibu?”

Mubadalah.id – Ucapan itu terus berkecamuk dalam batin seorang anak yang menyaksikan ibunya dipukul oleh ayahnya. Rasanya seperti ingin teriak, jangan lukai ibu. Anak yang belum memahami konflik orang tua secara lebih kompleks, berusaha mencerna dengan kritis dan seksama. Namun ia, belum memiliki kemampuan yang cukup untuk melawan. Ia terus menahan rasa penasaran dengan apa yang terjadi. Mau melerai bingung, tidak melerai ketakutan.

Saya termasuk anak yang tidak tahan dengan nada kasar dimanapun berada. Bahkan ketika di rumah, bapak ibu tahu jika saya memiliki karakter yang belum siap mendengar bentakan atau kalimat bernada keras, layaknya dimarahi. Saat publik tengah ramai dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), saya mencoba berefleksi bagaimana jika saya berposisi sebagai anak yang melihat secara langsung berada di tengah KDRT.

Saya pernah menangis karena tidak mampu membayangkan seorang anak menyaksikan ibunya menjadi korban KDRT, dipukul, ditampar, dan dibentak ayahnya sendiri. Belum lagi, anak-anak yang belum cukup dewasa. Mereka berada di pusaran KDRT saat membutuhkan pelukan hangat kedua orang tuanya. Ini menjadi refleksi sekaligus kesedihan saya yang mendalam.

Fungsi Keluarga

Keluarga memiliki peran fundamental dalam kehidupan anak. Penanaman nilai-nilai moral secara praktis akan berproses dan ditentukan oleh keluarga. Keluarga juga identik sebagai tempat yang dapat memberikan kasih sayang secara efektif dan maksimal.

Di tengah keluarga, seorang anak mendapat pengalaman langsung yang kelak kita gunakan sebagai bekal hidup selanjutnya. Oleh karena itu, peran dan tugas keluarga memberikan pengaruh besar dalam mendiidik anak-anaknya. Membangun budi pekerti yang luhur agar anak mampu melindungi diri dan menempatkan diri dalam lingkungan masyarakat.

Baca Juga:

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Kasih Sayang Seorang Ibu

Anak menjadi bagian keluarga yang turut merasakan siklus dalam rumah tangga, termasuk KDRT. Persoalan KDRT dapat terjadi kapanpun dan di mana saja.  Bukan soal remeh, KDRT dapat memicu berbagai gangguan pada anak. Bayangkan, kedamaian dan ketenangan yang kita harapkan anak berubah menjadi sesuatu yang mencekam.

Bagi anak-anak yang menjadi saksi peristiwa kekerasan dalam lingkup keluarga, memori otaknya merekam trauma berupa gangguan fisik, mental dan emosional. Pengalaman melihat kekerasan dalam rumah tangga pada anak dapat menimbulkan berbagai persoalan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Dalam jangka pendek seperti ancaman terhadap keselamatan hidup anak, merusak struktur keluarga, serta munculnya berbagai gangguan mental. Sedangkan dalam jangka panjang memunculkan potensi anak terlibat dalam kasus kekerasan di masa depan, baik sebagai pelaku maupun korbannya.

Dampak KDRT terhadap Anak

Pengalaman anak menyaksikan dan mengalami KDRT adalah suatu peristiwa traumatis karena kekerasan tersebut dilakukan oleh orang-orang terdekat. Keluarga yang semestinya menjadi tempat yang aman dan nyaman, justru menampilkan dan memberikan siklus yang tidak sehat.

Saya setuju dengan pendapat Mutia Siregar dkk. dalam penelitiannya berjudul “Dampak Trauma KDRT terhadap Perkembangan Psikis Anak” tahun 2021, yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang, KDRT akan menunjukkan pengaruhnya pada masa dewasa, yaitu ketidakmampuan mengembangkan kemampuan coping yang efektif.

Kebanyakan anak-anak ini akan menjadi orang-orang dewasa yang rentan terhadap depresi dan menunjukkan gejala-gejala traumatis. KDRT yang suami lakukan pada istri juga memungkinkan anak akan menjadi salah satu manusia yang rentan mengalami kekerasan secara psikis.

Dear Ayah, Jangan Lukai Ibu

Setelah melihat beberapa kasus KDRT yang memungkinkan anak menjadi bagian terdampak paling vital, saya ingin memberikan surat untuk ayah di manapun berada.

“Dear Ayah, jangan lukai ibu. Apa yang saya lihat akan mempengaruhi perasaan dan mental saya. Ketika ayah melukai ibu, saya juga turut terluka. Saya tidak memiliki kemampuan untuk berteriak karena saya memiliki ketakutan yang ayah abaikan. Ketika ayah melakukan kekerasan, saya menjadi bagian manusia yang terdampak secara psikologis. Ketika memang tidak bisa menjaga ibu, kadang saya memilih hidup tanya ada ayah.

Sebab dalam rumah ini, saya berharap adanya ketenangan, bukan keramaian yang mengusik dan melukai kehidupan. Ibu bukan perempuan yang posisinya ada di bawah ayah. Ibu adalah orang yang melahirkan saya dan manusia yang berhak kita perlakukan secara layak. Jika ayah melakukan kekerasan fisik pada ibu, maka ayah juga melakukan kekerasan pada saya.

Ketahuilah ayah, saya tidak memiliki kekuatan untuk menjadi penengah, di sisi lain saya juga memendam rasa marah dan ketakutan. Ayah, jika boleh aku mengatakan sejujurnya, saat laki-laki belum mampu mengolah sebuah emosional cukup matang, maka jangan menikahi perempuan. Dari situ, tidak akan lahir anak seperti saya, yang terluka karena perilaku ayahnya sendiri.” []

Tags: ayahIbuKDRTkeluargarumah tangga
Khoiriyasih

Khoiriyasih

Alumni Akademi Mubadalah Muda tahun 2023. Suka membaca dan menulis.

Terkait Posts

Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Isu Disabilitas

    Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID