• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Dinamika Gender Generasi Z: Benarkah Anak-anak Muda Semakin Konservatif?

Pendidikan kesetaraan gender berkontribusi positif pada kesadaran baru anak perempuan. Namun tidak berlaku terhadap anak laki-laki. Lalu, mengapa bisa terjadi?

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
23/02/2024
in Publik, Rekomendasi
0
Generasi Z

Generasi Z

611
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Awal Februari lalu, para akademisi dari King’s College London’s Policy Institute and Global Institute for Women’s Leadership mempublikasikan temuan mengenai bagaimana pandangan generasi Z terhadap feminisme dan keadilan gender.

Hasilnya ternyata cukup mencengangkan. Hasil riset mereka memperlihatkan bahwa ternyata semakin banyak perempuan yang semakin paham mengenai hak-hak mereka. Namun mayoritas responden laki-laki menilai bahwa feminisme dan keadilan gender melemahkan mereka.

Secara umum, 30% generasi Z (16 sampai dengan 29 tahun) memandang bahwa kini kian sulit menjadi laki-laki dibandingkan perempuan.  Masih dari data yang sama, 16% laki-laki menyatakan bahwa feminisme berdampak negatif terhadap tatanan kehidupan masyarakat dibandingkan kompatriotnya yang perempuan.

Potret tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan kesetaraan gender berkontribusi positif pada kesadaran baru anak-anak perempuan. Namun tidak berlaku sama terhadap anak laki-laki. Lalu, mengapa itu bisa terjadi?

Caitlin Moran dalam bukunya berjudul “What about Men?” (2023) berargumen bahwa salah satu faktornya adalah terbatasnya pendekatan baru mengenai pengasuhan anak laki-laki. Bila dibandingkan pola pengasuhan perempuan yang mudah kita temukan dalam buku cetak maupun media sosial. Yakni ajaran ramah gender tentang bagaimana mendidik anak laki-laki dengan prinsip kesetaraan masih cukup langka.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Persoalan Gender dalam Fikih Kesaksian

Bahkan ketika ibu sudah mengalokasikan banyak waktunya dalam mengasuh anak laki-laki, seringkali role model dari sang ayah yang menjadi panutan sang anak justru tak memiliki peran cukup kuat. Alhasil, para ibu kemudian menerapkan pola asuh lama yang cenderung memanjakan laki-laki dengan tidak diajarkan tugas domestik sejak dini dan menekan emosinya dengan dalih “anak laki-laki tidak boleh menangis.” “Cuma gara-gara itu kamu sedih?”, dan sebagainya.

Rendahnya Kesadaran Gender Anak Laki-laki

Padahal peran ayah dan ibu harus seimbang dalam pengasuhan anak laki-laki maupun perempuan. Namun, pada kasus anak laki-laki seringkali waktu bermain dengan anak tidak menjadi prioritas khusus sang ayah. Banyak ayah yang beralasan bahwa mereka sibuk bekerja dan fokus mencari uang sehingga mereka menyerahkan sepenuhnya pengasuhan anak kepada sang ibu.

Tidak cuma masalah waktu yang minim untuk meningkatkan relasi. Ternyata dalam beberapa kasus ada ayah yang kurang sensitif terhadap kebutuhan anak dan tidak cukup sabar menghadapi buah hati. Sayangnya, sejumlah ayah kemudian justru membentak bahkan bersikap menjaga jarak yang mengakibatkan anak tidak nyaman untuk bercerita.

Sikap seperti inilah yang kian berkontribusi pada rendahnya kesadaran gender pada anak laki-laki. Mereka mencontoh pendekatan pengasuhan lama yang membuat mereka melihat bahwa praktik kesetaraan gender tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Di Indonesia, sejauh ini belum ada survei khusus mengenai topik yang sama. Tapi, bila melihat tren konten media sosial yang ada, sepertinya pola yang sama juga muncul. Di lini masa Twitter saja, kini kita mudah menjumpai kelompok anak muda perempuan yang menyerukan isu-isu perempuan.

Mereka dengan lantang dan berani mengkritisi kebijakan publik, konten selebriti atau kasus lain yang melanggar hak-hak perempuan. Sayangnya di saat yang sama, kian menjamur juga akun anak muda laki-laki yang merasa bahwa mereka perlu ‘meluruskan dan menyelamatkan’ gelombang kesadaran gender di kalangan kaum hawa.

Gen Z Menentang Advokasi Isu-isu Perempuan

Kelompok generasi Z yang menentang advokasi isu-isu perempuan ini percaya bahwa konsep kesetaraan gender bertentangan dengan ajaran agama. Mereka masih melihat bahwa hal tersebut adalah produk barat yang tidak sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh Bangsa Indonesia.

Sebagian lain mempercayai bahwa perjuangan untuk kesetaraan gender tidak kita perlukan lagi di Indonesia, karena perempuan sudah memperoleh hak-haknya. Seperti hak untuk menempuh pendidikan dan hak untuk bekerja. Sehingga mereka menilai bahwa apa yang kelompok feminis perjuangkan sudah usang dan tidak perlu kita gaungkan lagi karena tujuannya sudah tercapai.

Namun, pandangan-pandangan tadi sering kali tidak memperhitungkan realitas bahwa meskipun kemajuan perempuan di Indonesia telah tercapai dalam beberapa bidang, masih banyak kasus yang memperlihatkan ketidaksetaraan gender yang perlu kita atasi. Termasuk akses kesehatan, peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan, dan lainnya.

Oleh karena itu, penting bagi semua anggota masyarakat, termasuk laki-laki dan perempuan, untuk terus mendukung perjuangan untuk kesetaraan gender. Yakni bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin atau gender mereka. Sehingga tren kesadaran gender yang timpang antara anak muda perempuan dan laki-laki tidak berlanjut. []

Tags: GenderGenerasi ZkeadilankesadaranKesetaraanmedia sosial
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version