• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Edukasi Nilai Adil Gender dalam Serial Film Tayo The Little Bus

Edukasi nilai adil gender bisa dilakukan melalui media apa saja. Salah satunya adalah media audio visual televisi

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
25/01/2024
in Film
0
tayo the little bus

tayo the little bus

3.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Salah satu serial film yang banyak diminati anak-anak hingga orang dewasa adalah kartun. Beberapa hari lalu, saya tertarik dengan serial film Tayo The Little Bus. Film kartun tersebut banyak memberikan edukasi adil gender kepada penonton, khususnya bagi anak-anak yang masih dalam tahap meniru.

Edukasi nilai adil gender bisa dilakukan melalui media apa saja. Salah satunya adalah media audio visual televisi. Terlebih, pesatnya kemajuan teknologi memudahkan adanya sinkronisasi antara televisi dengan aplikasi youtube di smartphone. Sehingga serial film yang tayang di televisi bisa juga ditonton dalam kanal youtube secara bersamaan.

Sekilas tentang Film Tayo The Little Bus

Film Tayo The Little Bus berasal dari Negara Korea Selatan. Permulaannya muncul pada tahun 2010. Kemudian Disney Junior (Asia) ikut mensiarkannya mulai tahun 2012. Dan sekarang, film kartun tersebut sudah tayang di jagad perfilman Indonesia.

Tayo sebagai peran utama adalah bus kecil yang bersedia belajar tentang peraturan lalu lintas di kota besar. Di tengah kondisi kendaraan yang sangat heterogen, mereka semua menunjukkan kekompakkan, sikap gotong royong, hingga tolong menolong satu sama lain.

Nilai-nilai kebaikan yang tercermin dalam serial kartun tersebut meliputi tanggung jawab, kedisiplinan, saling memaafkan, dan lain sebagainya.

Baca Juga:

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

Selain itu, film Tayo The Little Bus banyak mengajarkan tentang peraturan lalu lintas dasar yang banyak terabaikan oleh masyarakat. Misalnya mematuhi rambu dan lampu lalu lintas, berhenti di belakang garis (zebra cross), tidak mengebut, memberi jalan pada kendaraan urgent seperti ambulans dan pemadam kebakaran, serta yang lainnya.

Nilai Adil Gender dalam Serial Film Tayo The Little Bus

Satu lagi hal yang sangat menarik dari serial film Tayo The Little Bus adalah peran atau tokoh yang ada di dalamnya. Hana, si gadis energik yang baik hati. Ia adalah seorang montir yang bertanggung jawab atas segala perbaikan kendaraan. Selain itu, ia juga sigap dalam menjaga bus kecil Tayo berserta sahabatnya dalam garasi.

Hingga saat ini, masyarakat kita masih melihat montir sebagai profesi yang berkaitan dengan kerja-kerja maskulin sehingga hanya laki-laki yang pantas melakukannya. Beda cerita dalam film tersebut, Hana yang sangat piawai dalam pekerjaannya mampu mengedukasi para penonton bahwa perempuan juga mampu melakukan kerja-kerja maskulin.

Serial kartun tersebut mampu mendobrak nilai-nilai patriarki yang sudah kadung melekat di alam bawah sadar kita semua. Profesi apapun tidak memiliki jenis kelamin, artinya siapa saja yang mampu dan memiliki kapasitas sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, maka ia berhak dalam profesi tersebut.

Tidak hanya Hana, hampir seluruh jenis kendaraan terdiri dari penokohan laki-laki dan perempuan. Ada satu lagi pemandangan yang bernuansa adil gender yaitu saat para bus kecil bertugas mengantarkan para penumpang dengan segala aktivitasnya. Siapa saja di antaranya? Mereka adalah orang-orang yang bekerja, anak-anak yang berangkat sekolah, hingga lansia yang hanya ingin bersantai menikmati indahnya jalanan kota.

Mereka semua terdiri dari laki-laki maupun perempuan. Bahkan di dalam bus, mereka menunjukkan sikap yang adil gender yaitu dengan mendahulukan lansia dan anak-anak dalam aspek keamanan sekaligus kenyamanan berkendara. Pemandangan metropolitan yang indah bukan? Jauh dari kerusuhan namun dekat dengan keadilan dan kedamaian.

Belajar dari Serial Film Tayo The Little Bus

Selain Tayo The Little Bus, masih banyak lagi serial kartun yang asli milik Indonesia. Seperti Kiko, Adit dan Sopo Jarwo, Petualangan Si Unyil, Keluarga Somat, dan lain sebagainya. Kartun Indonesia harus mampu memberikan nilai-nilai positif dan adil gender kepada penonton, khususnya anak-anak.

Sebagai media edukatif, serial film kartun harus jauh dari hal-hal negatif seperti bullying dan kekerasan lainnya. Usia anak adalah masa di mana ia menjadi peniru ulung. Oleh karena itu, serial kartun sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang dan karakter anak. Maka sudah sepantasnya masyarakat kita sangat menunggu serial kartun yang edukatif dan inovatif. []

 

Tags: GenderkeadilanKesetaraanparentingReview Filmtayo the little bus
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Squid Game

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

3 Juli 2025
Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

26 Juni 2025
Film Animasi

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

22 Juni 2025
Film Azzamine

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

20 Juni 2025
Tastefully Yours

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

19 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID