Mubadalah.id – Fahmina, KUPI bersama kepala desa (Kades) Panggungharjo Krapyak memberikan pendampingan pengelolaan sampah di 4 pesantren yang tersebar di berbagai daerah.
Pendampingan pengelolaan sampah di 4 pesantren tersebut di antaranya, Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy Cirebon, Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Pondok Pesantren Bangsri Jepara, dan Pondok Pesantren Kempek Cirebon.
Pendampingan pengelolaan sampah ramah lingkungan di pesantren ini diawali dengan kegiatan sosialisasi soal sampah kepada para santri, pengurus, dan pengasuh pondok pesantren.
Koordinator pendamping pengelolaan sampah dari Fahmina, Abdulloh menyampaikan bahwa melalui sosialisasi soal sampah, kami ingin mengenalkan kepada santri, pengurus serta pengasuh mengenai pengertian sampah dan beberapa jenis sampah yang dapat memberikan nilai manfaat.
Abdulloh menyebutkan, yang disebut sampah itu adalah sesuatu barang yang sudah tercampur. Sedangkan kalau bisa dipilah itu merupakan bahan baku. Misalnya seperti plastik, kardus dan botol-botol kaca.
Dari bahan baku itu, menurut Abdulloh bisa teman-teman santri pilih dan olah. Hingga akhirnya akan bernilai ekonomi.
Sedangkan sampah jenis organik, bisa teman-teman santri manfaatkan untuk menjadi bahan pupuk untuk media tanaman.
“Kami ingin menciptakan budaya santri yang sadar akan sampah. Kesadaran ini bisa para santri mulai dari kamar, lingkungan asrama bahkan pesantren. Sehingga tidak ada lagi sampah di pesantren tersebut,” kata Abdulloh, Senin, 5 Juni 2023.
Oleh sebab itu, pondok pesantren bagi Abdulloh merupakan wadah yang paling penting untuk melakukan perubahan terutama soal memiliki kesadaran soal sampah.
Karena dari pesantren dapat menciptakan budaya yang sadar bahaya sampah. Juga termasuk mendidik para santri agar bisa mengelola sampah menjadi nilai berguna bahkan memberikan manfaat.
“Melalui program ini, kami ingin membentuk karakter para santri untuk memilah sampah sejak dari hulu, hingga hilirnya tidak ada lagi sampah,” tegasnya.
Bahkan sebagai salah satu contoh pesantren yang dapat menjadi rujukan adalah pesantren di Guluk-guluk Madura.
Tirakat Plastik
Di pesantren tersebut selain menjadi tempat mengaji, para santri juga harus belajar tirakat plastik. Yaitu tidak menggunakan barang-barang yang berbahan plastik.
Sehingga pesantren ini, kata Abdulloh, berhasil untuk menciptakan zero plastik.
“Ini yang ingin saya praktikkan dalam pesantren lainnya. Yaitu memiliki kesadaran soal sampah,” tukasnya.
Dalam upaya pendampingan ini, Abdulloh meminta kepada Kades Panggungharjo Krapyak, Wahyudi Anggoro Hadi untuk terlibat dalam pengelolaan sampah.
Untuk diketahui, Wahyudi merupakan salah Kades inpiratif yang telah berhasil melakukan pengelolaan sampah di desanya.
Wahyudi berhasil memberikan penyadaran kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah. Termasuk saat melakulan pemilahan sampah menjadi bahan baku. []