Mubadalah.id – Family by Choice adalah drama Korea yang menceritakan sebuah lika-liku keluarga. Drama ini merupakan adaptasi dari Drama Tiongkok berjudul “Go Ahead”. Family by Choice menarik karena setiap episodenya memberikan pesan tentang membangun arti sebuah keluarga dalam menjalani kehidupan.
Apabila tulisan sebelumnya di Mubadalah.id mengangkat sisi bahwa setiap keluarga memiliki luka. Tulisan ini justru sebaliknya, dengan mengambil sisi terkait sebuah hubungan keluarga bisa harmonis tanpa ada ikatan darah.
Kisah drama ini cukup relate dengan kehidupan di sekitar kita. Alurnya yang menarik mampu menyita emosional terutama bagi penonton yang memiliki kisah serupa. Menceritakan tentang dinamika seorang anak yang harus tinggal bersama keluarga asuhnya. Sepanjang drama berkisah tentang persahabatan, persaudaraan, ekspektasi sosial hingga gunjingan masyarakat terkait hubungan anak dan orang tua yang tanpa ikatan darah.
Family by Choice menceritakan tiga orang anak, yakni: Yoon Ju Won, Kim San Ha, dan Kang Hae Jun. Ketiganya memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda dengan dinamika di keluarganya masing-masing. Namun mereka memilih untuk hidup bersama dan membangun keluarga bahagia, dengan membangun support system di antara mereka.
Dalam drama tersebut, kita diajak memahami sisi seorang anak yang tumbuh dalam keluarga asuh yang bukan keluarga kandung. Anak akan berusaha tumbuh dengan baik dan berprestasi. Tuntutan masyarakat sekitar bahwa hal tersebut adalah suatu keharusan, mengingat status anak angkat harus tahu balas budi pada orang tua yang mengasuhnya.
Ketakutan sebagai Anak Angkat
Rasa takut dan khawatir bahwa sewaktu-waktu menjadi anak terlantar sebagaimana yang sudah dilakukan oleh orang tua kandungnya, sering kali selalu menghantui pada anak yang hidup di keluarga yang mengasuhnya. Dia juga tidak akan leluasa menceritakan apa yang dia alami di sekolah. Perundungan dengan kalimat negatif atas statusnya di tengah masyarakat karena posisinya sebagai anak angkat.
Kang Hae Jun suatu kali memiliki ide untuk menikah dengan saudara angkatnya supaya dia bisa terdaftar dalam kartu keluarganya. Hal-hal kecil tersebut luput dari pemikiran kita, bahwa anak angkat, bagaimanapun keluarga menyayanginya, dia tetap tumbuh memiliki rasa ketakutan dan kekhawatiran sepanjang hidupnya. Meski memiliki akhir yang bahagia, ibunya menikah dengan ayah angkatnya, namun peristiwa tersebut jarang terjadi di dunia nyata.
Di drama ini, Yoon Ju Won, Kang Hae Jun, dan Kim San Ha, berhasil membangun ikatan keluarga yang harmonis meski bukan dari keluarga sedarah. Mereka tumbuh dengan penuh cinta dan pengertian dari dua orang ayah yang berstatus double barden. Yakni sebagai ayah pencari nafkah dan menjadi ayah rumah tangga dengan segala urusan domestik di dalamnya.
Mereka membuktikan kepada lingkungannya, bahwa latar belakang dari keluarga yang tidak ideal bisa membangun hubungan yang harmonis. Ketiganya berhasil sukses melewati kesulitan di masa kecilnya dengan saling membela satu sama lain, berbagi kesedihan dan kegembiraan.
Deep talk selalu mereka lakukan usai makan malam bersama. Apabila salah satunya memiliki kesulitan di kehidupannya, maka yang lainnya memberi dukungan dan saling memberikan saran.
Beberapa Artis yang Mengadopsi Anak
Kisah anak angkat ini yang mengingatkan pada peristiwa viral saat ini. Adalah sosok artis Raffi Ahmad yang mengadopsi seorang bayi perempuan. Publik sangat penasaran, mengapa keputusan itu terjadi manakala anak kedua pasangan Raffi dan Nagita, bernama Rayyanza masih berusia 3 tahun. Bayi perempuan sudah bersama mereka sejak berusia dua hari, dan saat ini sudah tumbuh berusia beberapa bulan, dengan nama panggilan Lily.
Yang menarik perhatian, sebagian masyarakat berkata dengan kalimat kejam pada seorang anak yang tumbuh di tengah keluarga asuh. Menganggap menjadi anak adopsi adalah sebuah aib, sesuatu yang buruk dengan anggapan bahwa anak tersebut tidak layak untuk hidup bahagia. Kekerasan verbal terutama dalam mengomentari fisik pada bayi yang bahkan dia belum mengerti pada apa yang terjadi padanya.
Lihat saja komentar pedas netizen, yang menulis berkomentar kulit Lily yang berbeda dengan Rafathar dan Rayyanza. Begitu pun komen julid yang menyayangkan kenapa Raffi Nagita tidak melahirkan anak perempuan kandung, menyayangkan keputusan mereka untuk mengadopsi bayi.
Sisi Kemanusiaan Mengadopsi Anak
Jika kita lihat dari sisi kemanusiaan, maka keluarga seperti Raffi-dan Nagita adalah sosok ideal yang memang seharusnya mengangkat anak. Mereka memiliki kecukupan financial dan memiliki keluarga besar yang hangat untuk bisa saling melimpahkan kasih sayang. Sebuah rasa yang harus anak dapatkan untuk tumbuh dan berkembang.
Peristiwa serupa juga dialami pada artis Venna Melinda yang mengangkat bayi kecil perempuan bernama Vania. Komentar awal netizen juga mirip tertulis di kolom komentar pada bayi Lily. Hal ini masih terkait pro kontra mengangkat anak asuh terutama di kalangan artis.
Pasangan artis lainnya adalah Andika Pratama dan Ussy yang mengadopsi anak, saat ini ia menjadi putri sulung mereka. Putri sulungnya juga pernah mendapat kekerasan verbal berupa body shaming di media sosial. Bahkan Ussy melaporkan sebuah akun ke kepolisian dengan pasal UU ITE, hingga menuntut permintaan maaf dari pemilik akun yang ternyata adalah seorang ibu.
Entah apa yang ada di pikiran netizen, sering kali memberikan komentar buruk pada seorang anak yang tumbuh di keluarga angkat. Seolah netizen tidak terima jika seorang anak tumbuh bahagia dengan fasilitas hidup yang baik di keluarga artis. Susah melihat orang senang dan senang jika anak tersebut terluka dari sisi psikis.
Hukum Mengadopsi Anak
Nabi Muhammad SAW sebelum menjadi Rasul, pernah mengambil anak angkat bernama Zaid bin Haritsah, setelah Zaid bebas dari status perbudakannya. Para sahabat memanggilnya bukan Zaid bin Haritsah, namun dengan memanggil Zaid bin Muhammad.
Hukum mengadopsi anak dalam Islam adalah boleh dengan memperhatikan beberapa hal. Di antaranya, pertama tidak mengubah status hukum anak angkat sebagai anak kandung. Kedua, tidak menjadikan anak angkat sebagai ahli waris orang tua angkat. Ketiga, tidak mengubah nasab anak yang diadopsi.
Adopsi anak dalam Islam dianjurkan sebagai cara untuk memberikan kasih sayang, pendidikan, dan perawatan yang sama kepada anak angkat seperti anak kandung. Adopsi juga dapat menjadi kesempatan untuk memberikan cinta dan perlindungan kepada anak-anak yang kurang mampu, yatim piatu, dan anak yang ditelantarkan oleh kedua orang tuanya.
Hal ini juga sesuai dengan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2022 tentang Perlindungan anak. Pada Pasal 27 bahwa anak berhak mengetahui asal usulnya semenjak dilahirkan, bahwa mendaftarkan anak angkat sebagai anak kandung adalah pelanggaran hukum.
Anak angkat tidak bisa menjadi ahli waris orang tua angkatnya, demikian juga sebaliknya. Orang tua angkat tidak bisa menjadi ahli waris bagi anak angkatnya. Dalam hukum kewarisan, sesuai dengan ketentuan pasal 209 KHI kalau orang tua angkat meninggal dunia, maka anak angkat akan mendapat wasiat wajibah.
Untuk melakukan pengangkatan anak, pemeluk yang beragama Islam dapat mengajukan permohonan ke pengadilan agama. Anak tidak membawa akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali mewali dan hubungan waris mewaris dengan orang tua kandungnya, dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah kandung.
Darah Lebih Kental daripada Air, Namun Air Sangat Bermanfaat untuk Orang Banyak
Pada hakikatnya, setiap anak berhak tumbuh menjadi anak yang bahagia terlepas bagaimanapun latar belakang keluarganya. Kalimat yang selalu dijadikan dalih bahwa bersaudara harus saling menyayangi, namun memberi syarat bahwa saudara harus sekandung atau sedarah.
Seolah mengabaikan peristiwa sekitar bahwa ada banyak anak terlantar, yang seharusnya tidak menanggung dosa atau perbuatan buruk dari orang tuanya. Mari melihat dari sisi kemanusiaan, bahwa bayi siapa pun berhak untuk tumbuh dan berkembang di keluarga yang harmonis, berlimpah kasih sayang. Terlepas dia anak kandung, anak sambung atau tanpa ikatan darah sama sekali.
Sebagai masyarakat yang peduli, sebaiknya kita tidak berkomentar jahat, supaya mereka yang tumbuh tidak dalam ikatan darah, tanpa merasa khawatir atas apa yang orang lain pikirkan. Kita sebagai masyarakat tak punya hak menyakiti dan mengkritik.
Kita sebagai orang luar jangan membuat anak tersebut memiliki nyali yang menciut, hingga anak tumbuh dengan rasa rendah diri. Komentar kita di media sosial mungkin kita anggap sepele, namun tanpa kita sadari, bisa menyakiti anak tersebut kelak dewasa dan memahami posisinya.
Tumbuh di keluarga angkat bukanlah sebuah kesalahan, bukan pula sebagai dosa. Jari ketikan kita sangat berdampak pada orang yang menerimanya, termasuk bayi Lily saat dewasa nantinya.
Apabila berkomentar baik maka berdampak baik, jika buruk maka bisa berdampak buruk. Sebagaimana Family by Choice, tentang bagaimana alur hidup ini berjalan, menjadi baik atau buruk adalah pilihan kita semua. Mari menjadi netizen yang menebar kebahagiaan dan kebaikan. []