• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Fear of Love: Takut akan Kehadiran Cinta

Indonesia menjadi salah satu negara yang menjunjung tinggi timeline pernikahan. Tak heran, pertanyaan “kapan nikah” sudah menjadi basa-basi yang lumrah

rahmaditta_kw rahmaditta_kw
13/02/2024
in Personal
0
Kehadiran Cinta

Kehadiran Cinta

782
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika kalian mendengar kata cinta, apa yang terlintas dalam pikiran dan hati ini? Apakah imaginasi kita lari pada sebuah kisah manis layaknya drama korea romantis, ataukah sebaliknya bagaikan film genre thriller misteri yang menyeramkan?

Pengalaman sosial setiap manusia dalam mendefinisikan “cinta” memiliki ragam inteprestasi. Bagi sebagian manusia tersakiti “cinta” bagaikan ruang hampa, gersang tak berpenghidupan. Kehadiran cinta menjadi ketakutan tersendiri bagi seseorang yang merasakan pengalaman traumatis dalam sebuah relasi.

Kondisi tersebut dapat kita definisikan sebagai “Philopobic”. Philo berarti cinta, phobic berarti ketakutan, maka bila kita gabunggkan philophobic adalah ketakutan atau pengalaman traumatis seseorang mengenai cinta.

Kilas Kisah Seorang Philophobic

Ryan adalah seorang lelaki dewasa berusia 37 tahun. Di awal usianya yang menginjak 37 tahun ini, ia masih nyaman hidup dalam kesendirian.

Ia hidup bersama ibunya dan satu adik laki-lakinya. Menjadi anak pertama dari keluarga  yang sudah berpisah (kedua orangtua bercerai) memang tidaklah mudah.

Baca Juga:

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

Perjanjian Pernikahan

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

Saat ini ia menjadi tulang punggung keluarganya dan bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga. Tentu ia menjadi anak yang sangat berbakti pada Ibunya (orangtua yang telah merawatnya sejak kecil).

Namun siapa sangka, sosok Ryan si anak baik dan berbakti,  menyimpan luka dalam masa kecil yang membuatnya tak bisa komitmen dalam menjalankan sebuah relasi percintaan. Hubungan percintaannya dengan perempuan yang ia cintai selalu kandas lantaran ada ketakutan tersendiri tentang “praktik cinta”.

Tepat di usia ke 35 tahun lalu, Ryan memberikan pengertian kepada Ibunya, jika ia akan memilih melajang dan tak menikah. Fokus hidup dan mimpinya adalah membahagiakan keluarganya tanpa adanya kontribusi “cinta pasangan”.

Keputusan ini bukan datang dalam waktu singkat. Ada sosok Ryan kecil dalam dirinya. Sosok yang takut tersakiti, ditinggalkan dan penolakan dari soosok yang ia cintai. Untuk itulah, menginjak usia matang ia memilih melajang selamanya dan hidup tenang dengan memangkas sumber rasa cemas atas ketakutan cinta.

Refleksi Diri Seorang Philopobic

Dari kilas cerita Ryan tersebut, kita dapat mengambil insight sebagai bahan refleksi diri. Tentu ketakutan dan kecemasan Ryan tentang “ kehadiran cinta” bukan hal yang tak berdasar.

Hal ini erat kaitnya dengan pengalaman perceraian orangtuanya. Persepsi tentang kehadiran cinta yang penuh rasa sakit membawa Ryan dewasa memilih jalan untuk hidup sendiri tanpa pasangan.

Mari kita mencoba bertanya pada diri sendiri, Bagaimana imaginasi alam bawah sadar kita menganalogikan sebuah cinta kasih? Apakah kita merasa denial terhadap kehadiran cinta? Bagaimana pendapatmu mengenai sebuah komitmen dalam satu hubungan? Seperti apa respon diri ini dalam mengekpresikan rasa cinta kepada pasangan? Sebarapa penting kontribusi pasanganmu dalam menjalani kehidupan?

Sebuah potongan pertanyaan untuk diri sendiri, sebagai bahan refleksi diri. Bukan sebuah pertanyaan untuk overcritic pada diri sendiri. Tapi ini menjadi sebuah pertanyaan indikator yang akan kita bahas lebih lanjut dalam essay singkat ini.

Hyperindependent adalah sebuah Tanda Philophobic

Tanda bahwa kamu mengalami ketakutan akan cinta yang paling mendasar adalah, hyperindependent. Hyperindependent adalah kondisi seseorang yang terlalu mandiri dalam melakukan segala hal dan aktivitas, seolah tidak membutuhkan bantuan oranglain.

Hyperindependent merupakan kondisi respond terhadap traumatis yang dimiliki seseorang. Hal ini bisa terjadi ketika seseorang dimasa kecil tidak menerima kasih sayang, rasa aman dan juga perlindungan dari orangtua atau orangdewasa lainnya. Hingga tiba di masa dewasa tertanamlah system belive “bahwa ia bisa melakukan apapun sendiri tanpa bantuan dari oranglain”.

Seorang yang mengalami hyperindepent akan sangat sungkan untuk meminta bantuan oranglain. Hal ini karena ia tidak cukup mampu untuk “mengatakan bahwa ia tidak mampu” kepada orang sekitar. Ia takut menerima penolakan dari oranglain atas ketidakmampuannya.

Fear Of Love: Keterpurukan seorang Philophobic  

Pembahasan mengenai wacana “Philophobic” bukanlah hal yang lama. Istilah “Fear Of  Love” pernah dikemukakan oleh seorang psikolog dan penulis populer di tahun 80-han.

Philophobic bukanlah sebuah pobia yang masuk pada kategori Diagnostic and Statistical Manual (DSM). Namun philophobic menjadi salah satu gejala gangguan mental yang dapat menghambat relasi sosial dan membuat seseorang mengalami kecemasan sosial.

Mungkin beberapa orang melihat wujud dari gangguan philophobic adalah perilaku yang tidak rasional, tapi saya pikir  ketakutan ini adalah murni pengalaman emosional, traumatis seseorang yang secara otentik kita alami.

Sebab Belenggu Seorang Philopobic

Ketakutan manusia akan cinta adalah serangkaian pengalaman pilu yang dapat kita tarik benang merah sebab ketakutannya. Berikut sebab yang membelenggu seorang philophobic:

  1. Luka Masa lalu: Inner Child

Hubungan antara inner child dengan philopobia tentu erat kaitannya. Orangtua yang memutuskan untuk berpisah atau bertahan dengan kerangka hubungan keluarga yang kurang sehat, memiliki resiko lebih besar menorehkan luka inner child.

Karena melalui hubungan relasi orangtuanya yang buruk, anak menginteprestasikan bahwa hubungan sepasang adalah sebuah sumber dari luka dan beban.

Maka dari itu, ketika ia tumbuh dewasa  ia merasa sepi dan takut tersakiti karena sebuah  komitmen dalam hubungan. Seolah memangkas sumber dari rasa sakit inner child-nya dengan tidak sama sekali memiliki cinta. Ia seolah tidak membutuhkan validasi dari kekuatan cinta.

  1. Pengalaman Toxic Relationships

Toxic relationships adalah relasi yang menjerat seseorang pada sebuah relasi yang beracun. Dalam hubungan toxic relationships terdapat sosok yang memegang kendali kuasa yang menjadi sumber otoritas dalam sebuah hubungan.

Seseorang yang terjebak dan terpuruk dalam jurang toxic relationships memiliki ketakutan tersendiri ketika mencoba untuk mengawali sebuah hubungan. Tentu saja ia takut jika kehadiran cinta beralih menjadi sumber dari ketidakberdayaannya.

  1. Tekanan Sosial Budaya “Marry Time”

Indonesia menjadi salah satu negara yang menjunjung tinggi timeline pernikahan. Tak heran, pertanyaan “kapan nikah” sudah menjadi basa-basi yang lumrah. Seolah menikah ada ambang batas usia dan menjadi sebuah pencapain.

Standar sosial budaya “Marry time” ini tentu membuahkan tekanan psikologis yang dapat membuat seseorang mengalami “takut akan kehadiran cinta”. Lebih lanjut penuliis akan menuagkan pemikirannya tentang penyembuhan psikologis Philophobic di part II. []

Tags: #PhilophobicCintaKesehatan MentalLajangpernikahantrauma
rahmaditta_kw

rahmaditta_kw

Alumni Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga tahun 2023, Prodi Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam. Sekarang ini aktif sebagai pengajar dan pembelajar bersama anak millenial.

Terkait Posts

Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Negara Inklusi

    Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID