Mubadalah.id – Kemarin aku menemukan beberapa postingan di platrform Tiktok, mereka membahas tentang orang-orang yang punya personality Red Flag. Mereka seolah berbangga diri dan merasa keren dengan label red flag tersebut. Bahkan menjadikan golongan yang mereka kategoriksn sebagai tipe ideal pasangan mereka. Namun, apakah orang-orang yang punya personality red flag benar-benar keren?
Akhir akhir ini kita sering mendengar istilah Red Flag yang kerap kali remaja perbincangkan di berbagai media sosial seperti Tiktok, Twitter, Instagram dan media sosial lainnya. Sebenernya kita udah benar-benar tahu belum sih apa itu red flag dan bagaimana dampaknya terhadap relasi pasangan? Yuk kita bahas satu persatu!
Red Flag berasal dari bahasa Inggris yang berarti bendera merah, menurut Syahidah melansir dari laman Sonoria.id bisa kita katakan jika red flag ini merupakan sebuah tanda bahaya yang berasal dari kamus bahasa Inggris Merriam-Webster sebagai sebuah kondisi yang menunjukkan peringatan terhadap suatu bahaya.
Sekarang kita lebih sering mendengar label red flag sebagai bahasa gaul untuk mengidentifikasi seseorang yang berpeluang untuk melakukan toxic relationship. Red Flag merupakan kondisi di mana seseorang yang memiliki kecenderungan sifat dan personality yang toxic.
Biasanya kategori orang yang kita katakan red flag ini sering melakukan manipulasi dalam pola komunikasi yang kurang sehat, sering melakukan tindak kekerasan atau abusive, posesif atau pengekangan berlebih terhadap pasangan. Sering membahas permasalahan yang sebenernya out of context, sering melakukan relasi non concent, bahkan playing victim atau memutar balikkan fakta dalam peranan hubungan berpasangan.
Komitmen Kesalingan
Seharusnya, ketika dua individu sepakat dalam membangun komitmen, maka keduanya harus mengutamakan kesalingan dan tidak ada yang mendominasi dalam sebuah komunikasi.
Mereka biasanya suka memberikan kesan yang manis banget di awal. Tapi akhirnya malah menghilang gak ada kabar. Yap, love bombing! Suka susah banget memberi kejelasan yang pasti dalam sebuah hubungan. Gak sedikit juga mereka yang minim effort dan menunjukkan sikap yang effortless. Sampe korbannya suka mikir, nih orang beneran sayang atau emang cuma main-main aja ya?
Memang harus kita waspadai ketika mereka yang red flag mulai tidak konsisten dalam memberikan kepastian. Karena biasanya orang-orang yang tidak kita kategorikan dalam red flag itu akan tegas dalam mengambil keputusan dan memberikan batasan dalam relasinya dengan orang lain. Bagi beberapa orang memang kondisi seperti ini menjenuhkan, tapi inilah relasi sehat dalam berpasangan yang sebenarnya.
Pola komunikasi yang sehat memang cenderung stabil dan tidak roallercoaster feeling. Tapi kamu akan menemukan kenyamanan yang sebenarnya. Meminimalisir konflik dengan selalu memberikan kepercayaan terhadap pasangan. Mengkomunikasikan setiap permasalahan dan komitmen dengan apa yang sudah terbangun dari kesepakatan yang sudah direncanakan sejak memulai komitmen yang jelas dalam relasi berpasangan.
Tapi, banyak juga kalangan anak muda yang nggak sadar kalau sebenernya membiasakan dan menormalisasi red flag ini menjadi sebuah tipe ideal mereka. Karena selain merujuk pada dominasi pola hubungan yang kurang sehat, juga akan menimbulkan masalah-masalah lain dalam hubungan berpasangan loh.
Membiasakan Komunikasi yang Sehat
Lantas mengapa masih saja banyak yang menggolirifkasi kondisi seseorang yang red flag ini? Biasanya sih, orang orang red flag ini mampu memanipulasi korbannya dengan menjebak mereka dalam hubungan yang tidak jelas. Mampu merayu lawan bicaranya dengan segudang kata kata, dan terhanyut romantisasi hubungan yang sebenarnya sudah berada pada tanda bahaya.
Lalu bagaimana sih caranya supaya kita membiasakan pola komunikasi yang sehat dan tidak menormalisasi kondisi seseorang yang red flag ini?
Pertama, kita bisa memberikan penjelasan secara sederhana untuk menyadarkan seseorang yang kita kategorikan red flag ini, bahwa tindakan dia merupaka tindakan yang kurang sehat. Satu langkah pertama merupakan sebuah usaha untuk memberikan counter dan boundaries terhadap mereka. Bisa jadi karena mereka belum mendapatkan informasi terkait edukasi tentang menerapkan bagaimana hubungan yang sehat.
Kedua, memutus rantai dari lingkungan yang menganggap red flag ini sebagai sebuah tindakan yang cuma buat ajang keren kerenan. Karena akibatnya kamu jadi bakal terjebak dalam toxic relationship. Gak mau kan?
Ketiga, memberikan sebuah sikap tegas kepada orang orang red flag ini untuk tidak bertindak manipulatif dan abusive. Kalau terlalu lama dibiarkan, toxic relationship jadi bad habbit dan melekat pada diri seseorang. Kamu juga akhirnya bukan hanya jadi korban, tapi akan menjadi pelaku selanjutnya! Mengapa? Karna kamu terbiasa dengan pola berpasangan yang toxic.
Kamu dan mentalmu adalah sesuatu yang berharga. Kita semua layak diperlakukan baik oleh siapa pun, berhak untuk bisa mengutarakan sesuatu tanpa ketakutan, berhak untuk sembuh dari segala trauma yang berkepanjangan. []