Mubadalah.id – Dewasa ini ramai fenomena menunda menikah, terutama bagi kaum perempuan. Fenomena ini kemudian dikenal dengan istilah “waithood”.
Profesor Antropologi Hubungan Internasional di Yale University, Marcia Inhorn, menyatakan bahwa generasi perempuan muda yang berpendidikan menjadi generasi paling banyak yang mengikuti tren ini.
Banyak alasan yang melatarbelakanginya dan apakah masyarakat menganggap tren ini dianggap “baik”?
Faktor yang Melatarbelakangi
Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan para perempuan muda menunda pernikahan antara lain:
Melanjutkan pendidikan
Kaum perempuan saat ini sudah sangat sadar akan pentingnya pendidikan. Mereka tak lagi takut akan stigma “pendidikan tinggi nanti juga bakal mengurus dapur” atau “jangan terlalu pintar nanti susah dapat pasangan”.
Sebaliknya, semakin meningkatkan ilmu dan value, akan semakin memperbesar peluang mendapatkan pasangan yang setara.
Selain itu, perempuan adalah madrasah pertama untuk keturunannya. Seorang ibu menurunkan kecerdasan kepada anak-anak mereka. Sehingga penting untuk memiliki ilmu agar mampu menciptakan generasi yang berkualitas.
Mengejar karir
Banyak yang beranggapan bahwa kaum perempuan tidak perlu mengejar karir terlalu tinggi. Selain itu, sebuah studi pada tahun 2015 juga menemukan bahwa laki-laki cenderung merasa terintimidasi dan terancam di tempat kerja ketika mendapati atasan mereka adalah perempuan.
Namun, penting untuk diingat bahwa karir yang cemerlang akan sangat membantu dalam kehidupan berumah tangga nanti.
Perempuan seharusnya mendapatkan dukungan yang lebih dalam hal mengejar karir yang bagus.
Biaya pernikahan mahal
Kondisi ini tidak terlepas dari budaya pernikahan yang menginginkan acara resepsi yang megah dan mewah. Namun, hal tersebut pastinya memerlukan biaya yang tinggi.
Padahal, banyak generasi muda yang sudah aware dan memilih menikah di KUA setempat. Serta tidak terlalu menginginkan acara pernikahan besar-besaran.
Masyarakat perlu memutus lingkaran budaya toxic seperti ini. Karena pada dasarnya tujuan utama pernikahan adalah untuk ibadah dan seharusnya tidak memberatkan pihak manapun.
Biaya properti rumah
Saat ini, biaya properti rumah semakin tinggi dan tidak sedikit yang menjadikannya alasan untuk menunda pernikahan. Hal ini disebabkan ingin memiliki tempat tinggal layak terlebih dahulu.
Ini penting untuk keharmonisan rumah tangga serta kecakapan tumbuh kembang anak.
Belum mempunyai tabungan dana darurat
Banyak yang ingin memiliki tabungan dana darurat terlebih dahulu untuk kebutuhan yang bersifat tidak dapat dipastikan. Namun, kondisi ini sulit tercapai jika penghasilan perempuan saja selalu lebih rendah daripada laki-laki.
Menghipun data dari Databoks Katadata.co.id, per tahun 2019 memperlihatkan bahwa rata-rata upah perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
Bahkan perbedaan ini tetap signifikan terhadap perempuan yang telah menikah, dengan rata-rata upah sebesar Rp 2.5 juta, sedangkan laki-laki memiliki upah sebesar Rp 3.5 juta.
Stigma Masyarakat
Dalam berbagai budaya, terutama yang masih menganut norma-norma tradisional, ada pandangan bahwa perempuan seharusnya telah menikah pada usia tertentu. Persepsi ini sering kali menciptakan tekanan sosial terhadap perempuan yang belum menikah di usia tersebut.
Masyarakat cenderung menilai perempuan berdasarkan standar konvensional yang menempatkan pernikahan sebagai pencapaian utama dalam hidup mereka.
Seiring dengan berjalannya waktu, pandangan ini dapat menciptakan stigma negatif terhadap perempuan yang lebih memilih fokus pada karir, pendidikan, atau pengembangan diri sebelum pada akhirnya menikah.
Semua Memiliki Pilihan Masing-Masing
Penting untuk diakui bahwa setiap individu memiliki jalannya masing-masing. Menilai seseorang hanya berdasarkan status pernikahan adalah sesuatu yang tidak adil, terutama bagi perempuan.
Oleh karena itu, perlu adanya perubahan persepsi masyarakat terhadap perempuan yang belum menikah di usia 25 tahun ke atas.
Pendidikan dan kesadaran akan pentingnya kebebasan memilih jalan hidup sendiri dapat membantu mengurangi stigma ini dan menghormati pilihan hidup yang beragam. []