• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Menurut Dr. Nur Rofiah, Hajar bukan hanya tokoh perempuan yang menjalankan kehendak Tuhan, tapi juga representasi perempuan sebagai subjek aktif dalam sejarah kemanusiaan dan keimanan.

Andayu Aisyah Putri Andayu Aisyah Putri
07/06/2025
in Publik
0
Siti Hajar

Siti Hajar

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap kali merayakan Iduladha, kita selalu mengenang kembali kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Namun, sering kali kita melewatkan satu sosok penting dalam kisah ini yaitu seorang perempuan tangguh bernama Siti Hajar.

Kisah Siti Hajar bukan sekadar bagian dari sejarah Islam, tetapi juga sumber inspirasi, nilai, dan keteladanan yang tetap relevan hingga hari ini. Terutama dalam memperjuangkan keadilan dan keberdayaan perempuan.

Dalam narasi yang kerap kita dengar, Siti Hajar ditinggalkan oleh suaminya, Nabi Ibrahim, bersama putra mereka, Ismail, di sebuah lembah gersang atas perintah Allah.

Pandangan Dr. Nur Rofiah

Namun, kisah ini tidak bisa dibaca semata sebagai bentuk kepatuhan buta atau sekadar pengorbanan. Karena, jika merujuk pandangan Ibu Dr. Nur Rofiah Bil.Uzm, kita justru melihat perjuangan Siti Hajar sebagai simbol keberdayaan, kecerdasan spiritual, dan ketangguhan perempuan dalam menghadapi ketidakpastian hidup.

Alih-alih pasrah dalam arti pasif, Siti Hajar justru memilih bergerak aktif. Ia berlari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, bukan dalam kepanikan. Melainkan sebagai bentuk ikhtiar dan keteguhan seorang ibu yang sedang mencari sumber kehidupan bagi anaknya.

Baca Juga:

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

Hal bentuk perjuangan perempuan yang tidak hanya kecerdasan spiritual, tetapi juga kekuatan perempuan menghadapi ketidakpastian dalam kehidupan.

Menurut Dr. Nur Rofiah, Hajar bukan hanya tokoh perempuan yang menjalankan kehendak Tuhan, tapi juga representasi perempuan sebagai subjek aktif dalam sejarah kemanusiaan dan keimanan.

Ia mengajarkan kepada kita bahwa menjadi perempuan beriman, berjuang, berpikir, dan bertindak demi kehidupan yang lebih baik. Bahkan ketika ia harus melakukannya seorang diri.

Lebih lanjut, kata Bu Nur Rofiah, kisah Siti Hajar dan Nabi Ibrahim tidak dibaca dalam kerangka superioritas laki-laki atas perempuan. Sebaliknya, kisah ini menghadirkan relasi kesalingan dua sosok yang sama-sama menjalankan perintah Tuhan dengan cara yang berbeda, tetapi sama-sama mulia.

Ibrahim menunjukkan keimanan melalui ketaatan dan pengorbanan, sementara Hajar menunjukkan keimanan melalui perjuangan, keberanian, dan keteguhan hati.

Keduanya mengajarkan bahwa kualitas keimanan tidak ditentukan oleh jenis kelamin. Melainkan oleh kualitas ketakwaan, kesetiaan, dan perjuangan merawat kehidupan.

Menjadi Hajar di Masa Kini

Hari ini teladan “lari-lari antara Shafa dan Marwah” bisa kita temukan dalam berbagai bentuk perjuangan perempuan. Seperti para ibu yang bekerja keras demi anak-anaknya, aktivis perempuan yang gigih memperjuangkan keadilan, buruh perempuan yang menuntut haknya. Hingga para penyintas kekerasan yang berani menyuarakan kebenaran.

Perjuangan mereka mungkin tak selalu terdengar lantang. Namun jika kita mau jujur, pengorbanan dan keteguhan mereka tak jauh berbeda dari apa yang dilakukan Siti Hajar di padang tandus ribuan tahun silam.

Bahkan, dalam konteks kekinian, masih banyak perempuan yang menghadapi berbagai bentuk ketidakadilan struktural, diskriminasi, dan ketimpangan gender.

Maka dari itu, meneladani Siti Hajar hari ini berarti mengakui dan menghargai perjuangan perempuan sebagai bagian penting dari misi keadilan sosial dan spiritual.

Sehingga, kita semua bisa menjadi “Hajar” dalam versi kita sendiri. Yaitu menjadi perempuan yang berani melangkah, tetap yakin meski jalan keluar belum terlihat, dan setia pada harapan meski berada dalam ketidakpastian.

Kisah Hajar adalah pengingat bahwa perjuangan perempuan bukanlah cerita pinggiran, tetapi bagian sah dari narasi iman dan kemanusiaan. Seperti yang Dr. Nur Rofiah tegaskan bahwa:

“Perempuan bukanlah pelengkap, apalagi pelayan dalam sejarah kehidupan. Perempuan adalah pelaku utama dalam mewujudkan keberadaban dan keadilan.” []

Tags: Dr. Nur RofiahkacamatakehidupanLewatmembacaMerawatperempuanperjuangansiti hajarSpiriti
Andayu Aisyah Putri

Andayu Aisyah Putri

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon.

Terkait Posts

Greta Thunberg

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

18 Juni 2025
SIS Malaysia

Berproses Bersama SIS Malaysia

18 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

18 Juni 2025
Raja Ampat

Surga Raja Ampat dan Ancaman Pertambangan Nikel

18 Juni 2025
Dokumen Abu Dhabi

Dokumen Abu Dhabi: Warisan Mulia Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayyeb Bagi Dunia

17 Juni 2025
Ahmadiyah

Penyegelan Masjid Ahmadiyah di Banjar: Negara Masih Gagal Menjamin Kebebasan Beragama

17 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sister in Islam

    Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina
  • Berproses Bersama SIS Malaysia
  • Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia
  • Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID