• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Film Unearthing Muarajambi Temples: Menyingkap Kemegahan Nusantara

Film ini juga secara jeli menyoroti bagaimana situs Muarajambi dihidupi oleh bermacam-macam masyarakat dari waktu ke waktu. Alih-alih situs budaya yang statis, Muarajambi merupakan ruang yang sangat hidup

Redaksi Redaksi
02/06/2023
in Featured, Film
0
Film Muarajambi

Film Muarajambi

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Unearthing Muarajambi Temples” (Muarajambi Bertutur) merupakan salah satu film dokumenter garapan Nia Dinata yang merekam cerita sejarah lintas zaman tentang situs candi Muarajambi di Desa Muaro Jambi, akan dirilis perdana pada 3 Juni 2023 ini.

Pemutaran khusus undangan ini dalam rangkaian acara Hari Waisak Nasional 2023 yang akan mereka selenggarakan di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Acara ini didukung oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko.

Situs Muarajambi adalah kompleks percandian Buddha terluas di Indonesia yang berlokasi di tepi Sungai Batanghari, provinsi Jambi, namun selama ini belum banyak kita ketahui. Menurut penelitian arkeologi teranyar, kompleks Candi Muarajambi dulunya berfungsi sebagai mahawihara atau universitas atau semacam pusat pengajaran pengetahuan Buddha pada abad 6-12 M.

Kompleks ini lengkap dengan ruang kelas, ruang tinggal, ruang peribadatan, hingga kanal buatan untuk transportasi. Saat ini ada 11 candi berbatu bata yang telah pugar dan ratusan reruntuhan lain yang sedang dalam proses pemugaran. Perjalanan pemikir Buddha kanon dunia, seperti I-Tsing, Atiśa Dīpankara, serta Serlingpa Dharmakirti mengakar kuat di Muarajambi.

Ajaran yang berkembang di Muarajambi menjadi benih beberapa aliran Buddha, khususnya aliran yang telah mekar di Tibet. Film dokumenter ini merupakan hasil produksi Kalyana Shira Foundation yang mendapatkan dukungan penuh oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia. Riset dan penggarapan film dokumenter ini berlangsung selama tahun 2022.

Baca Juga:

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

Film 1 Kakak 7 Ponakan: Arti Keluarga, Kebersamaan, Perjuangan, Cinta dan Ketulusan

Hayati dan Hegemoni Budaya dalam Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Parameswari: Kiprah dan Peran Perempuan di Lingkungan Keraton Yogyakarta

Proses Pengambilan Gambar

Proses pengambilan gambar dan riset berlangsung di dua negara yakni Indonesia dan India, termasuk di Provinsi Bihar tempat situs Nalanda berdiri serta di Provinsi Himachal Pradesh, kota Dharamsala, tempat pengungsian Dalai Lama ke 14 sejak tahun 1959. India tercantum di film ini sebab Muarajambi memiliki kaitan amat erat dengan Mahawihara Nalanda, pusat pembelajaran Buddha di Bihar, India.

Muarajambi sebagai pusat pengetahuan Buddhisme, melahirkan pemikir-pemikir Buddhist yang akhirnya menciptakan Candi Borobudur di Pulau Jawa, candi yang berbentuk mandala terbesar di dunia.

Tak hanya menyoal warisan budaya masa lampau, film ini juga secara jeli menyoroti bagaimana situs Muarajambi hidup oleh bermacam-macam masyarakat dari waktu ke waktu. Alih-alih situs budaya yang statis, Muarajambi merupakan ruang yang sangat hidup. Seperti arus sungai, narasi film “Unearthing Muarajambi Temples” akan membawa penonton menelusuri sejarah sejak masa lalu hingga kini. Sejak kejayaan Sriwijaya, hingga situasi situs Muarajambi terkini yang jadi ruang hidup masyarakat adat Islam asli Jambi dan segala tradisinya.

Situs Edukasi dan Parawisata

Kini, selain fungsinya sebagai situs edukasi dan pariwisata, kompleks candi juga sebagai tempat peribadatan umat Buddha. Namun di kompleks ini sering komunitas umat beragama lain gunakan dalam melakukan pembelajaran non formal. Hal ini menjadi sebuah gambaran bagaimana ajaran kebaikan dan toleransi terwaris turun temurun, meski menjalaninya oleh masyarakat yang berbeda-beda.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI – Hilmar Faridmenyatakan bahwa: “peradaban Muarajambi ini adalah bagian dari peradaban yang lebih besar, peradaban Batanghari. Dan itu mulai dari hilirnya sampai ke hulunya di Dharmasraya. Sepanjang 800 km itu peninggalannya begitu banyak. Ini yang sekarang ingin kita angkat. Tapi pada saat bersamaan kita tak ingin ini cuma menjadi urusan teknisnya orang Cagar Budaya. Masyarakat tentu harus juga terlibat di level yang lebih spiritual dan kultural.”

Sementara itu, sutradara film juga menambahkan: “sangat kita sayangkan kalau kita tidak tahu apa-apa soal situs Muarajambi. Bahkan saya tidak pernah mengenalnya saat masih sekolah dulu. Padahal itu menggambarkan betapa megah dan majunya peradaban dan pemikiran spiritual nenek moyang kita,” jelas Nia.

Nia juga melanjutkan, “akan banyak isu yang ikut berbicara di film ini. Tapi rasanya toleransi jadi salah satu suara paling kuat. Selama syuting, saya merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat di sana penuh kedamaian dan penerimaan sekaligus menjadi pengingat masyarakat Indonesia saat ini akan indahnya toleransi. ”

Inspirasi Film

Film “Unearthing Muarajambi Temples” terinspirasi dari buku “Mimpi-Mimpi dari Pulau Emas” (Dreams from The Golden Island) yang ditulis Elizabeth Inandiak bersama masyarakat Desa Muaro Jambi. Mengusung semangat serupa. Selama pengerjaan dokumenter ini, tim Kalyana Shira Foundation mengajak beberapa anak muda dari beberapa komunitas desa untuk berkolaborasi.

Dalam konteks praktik sinema, kolaborasi ini bisa kita lihat sebagai usaha tim Kalyana Shira Foundation untuk menghindari mengobjektivikasi masyarakat Muaro Jambi. Alih-alih demikian, film ini bisa dimaknai sebagai karya bersama, antara tim produksi film dengan masyarakat yang kini hidup di sekitar kompleks Candi Muarajambi.

Film ini bisa kita nikmati, tak hanya oleh para pecinta sejarah, namun juga penonton dengan ragam latar belakang. Mengingat nilai universal dari ajaran Buddha yang terwariskan dari situs Muarajambi merupakan asupan pengetahuan serta bahan refleksi penting bagi semua khalayak.

Sedangkan Hilmar Farid juga berharap: “harapan saya untuk warga desa Muaro Jambi tetap memegang peran utama dalam pelestarian candi Muarajambi. Kemudian menjadi bagian dari keseharian mereka untuk memuliakan kembali warisan sejarah juga lingkungan. Dan memastikan akan tetap lestari sampai akhirnya jaman.”

Selain versi feature-length yang perdana tayang tanggal 3 Juni 2023. Kanal Indonesiana TV dalam akan menayangkan karya Nia ini dalam bentuk serial sebanyak 8 episode. Masing-masing episode mendalami berbagai cerita seputar Candi Muarajambi. Seperti menyibak harta karun Muarajambi, sedikit demi sedikit.

Tags: FilmKemegahanMenyingkapNusantaraUnearthing Muarajambi Temples
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Perjalanan Thudong

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

30 April 2025
Nyai Fatmah Mawardi

Nyai Fatmah Mawardi, Mengurai Jejak Ulama Perempuan Madura

26 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version