• Login
  • Register
Selasa, 15 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Filosofi Resiprokal Hadir dalam Motif Batik Indonesia

Dari sekian banyak motif batik Indonesia yang sangat mengagumkan, ternyata ada beberapa motif batik yang filosofinya mengandung pesan-pesan kesalingan

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
04/10/2021
in Featured, Pernak-pernik
0
Motif Batik

Motif Batik

482
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Seperti yang telah kita ketahui, sejak tahun 2009, setiap 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik oleh UNESCO yang telah memutuskan, bahwa Batik merupakan Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi di Indonesia.

Batik sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu ambathik, amba yang artinya lebar atau luas (ditujukan pada kain yang digunakan untuk membatik), dan nithik yang artinya membuat titik. Pada akhirnya batik pun dikenal sebagai sebuah proses yang menghubungkan titik-titik menjadi gambar atau motif tertentu pada kain luas yang lebar dengan menggunakan malam atau tinta khusus membatik.

Dari sekian banyak motif batik Indonesia yang sangat mengagumkan, ternyata ada beberapa motif batik yang filosofinya mengandung pesan-pesan kesalingan. Berikut adalah motif-motif batik tersebut:

Motif Batik Pring Sedapur

Motif Batik Pring Sedapur berasal dari kota Magetan yang didominasi oleh titik-titik yang membentuk sebuah gambar tanaman bambu. Dari motif batik Pring Sedapur ini, diketahui bahwa maknanya, sebagai manusia, atau makhluk hidup, kita harus belajar untuk hidup rukun dan tentram meski ada tanaman bambu yang tinggi atau sebaliknya.

Baca Juga:

Kala Kesalingan Mulai Memudar

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

Sama seperti manusia, setiap dari kita adalah individu yang berbeda dan beragam tidak sekadar laki-laki dan perempuan, tetapi perjalanan hidupnya berbeda, gendernya berbeda, proses biologis dan pengalamannya berbeda, kebutuhan hidupnya berbeda, minat dan tujuan hidupnya berbeda, tetapi jika kita mampu hidup rukun di negara ini, tentu akan sangat harmonis dan indah seperti motif batik Pring Sedapur.

Motif Mega Mendung

Seperti yang kita ketahui, motif Mega Mendung merupakan motif batik khas Cirebon. Motif ini juga merupakan salah satu simbol yang tertuang dalam logo Mubadalah. Ternyata motif Mega Mendung sendiri memiliki filosofi yang sangat indah yaitu kata “mendung“ diartikan sebagai kesabaran. Jadi, sebagai manusia, hendaknya kita tidak mudah marah, melainkan harus panjang sabar dan berpikir lebih jernih dan kritis dalam melihat berbagai hal agar dapat hidup dengan selaras.

Batik Parang Rusak

Motif Batik Parang Rusak menggambarkan sosok manusia yang senantiasa mampu mengendalikan hawa nafsu dan sifat buruk selama hidup. Ya, manusia bukanlah malaikat yang hanya diberi tugas oleh Allah untuk beribadah dan taat atas perintah-Nya. Perbedaan manusia dan malaikat adalah manusia memiliki hawa nafsu.

Tentu bukan berarti dengan memiliki hawa nafsu kita lantas dapat bertindak sesuka hati, melakukan pelecehan dan kekerasan. Tetapi justru sebagai makhluk yang berakal, kita harus mampu mengendalikan diri dan tidak dikuasai oleh hawa nafsu agar dapat menjadi sosok individu yang menjunjung tinggi nilai-nilai manusiawi.

Motif Sidomulyo

Motif Sidomulyo kerap digunakan oleh para pengantin Indonesia yang mengenakan busana adat ketika mengadakan akad pernikahannya. Motif Sidomulyo memiliki makna agar orang yang menggunakan motif batik ini diberikan kecukupan dan kemakmuran serta selalu memperoleh kemuliaan dan ketentraman.

Sama seperti filosofi resiprokal, dalam sebuah pernikahan yang kesalingan, baik pasangan laki-laki maupun perempuan, harus lah menerapkan prinsip-prinsip kesalingan yaitu mistaqon ghalidzon atau komitmen antar pasangan, mu’asyarah bil ma’ruf atau senantiasa memperlakukan pasangannya secara baik, menganggap pasangannya adalah teman hidup yang setara bukan sosok yang lebih rendah atau konco wingking, saling melengkapi satu sama lain baik dalam suka maupun duka atau hunna libasun lakum, serta saling berkomunikasi secara baik setiap mengambil keputusan apapun dalam berumah tangga agar pernikahan tersebut mencerminkan filosofi motif Sidomulyo yang dikenakan saat akad nikah.

Motif Batik Sekar Nyamplung

Motif Batik Sekar Nyamplung adalah motif batik yang memiliki filosofi sosok perempuan yang sangat menarik namun tangguh dan mandiri. Motif ini berasal dari Bunga Nyamplung yaitu bunga yang kerap ditemui di daerah pesisir dan tumbuh secara berkelompok serta wanginya sangat harum.

Seperti Bunga Nyamplung, pada dasarnya, perempuan merupakan sosok individu yang berhak menentukan jalan hidupnya. Perempuan adalah sosok subjektif yang mandiri dan tangguh bukan sosok individu objektif yang hak hidupnya ditentukan oleh walinya atau pasangannya hanya karena dia adalah perempuan.

Bunga Nyamplung yang tumbuh berkelompok dapat pula diibaratkan sebagai perempuan yang saling mendukung satu sama lain, karena hidup saling mendukung inilah Bunga Nyamplung wanginya sangat harum.

Bayangkan jika antar sesama perempuan tidak lagi mengurus soal mana yang lebih baik apakah ia perempuan yang disibukkan dengan pekerjaan domestik atau nondomestik, atau apakah ia perempuan yang melahirkan secara caesar atau pervaginam tentu hidup akan jauh lebih indah.

Nah, itu dia beberapa motif yang ternyata filosofinya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesalingan. Masih ada banyak motif batik Indonesia beserta filosofinya yang belum disebutkan, namun terlepas dari itu, motif apapun yang kita kenakan baik untuk acara formal maupun nonformal adalah sebagai salah satu bentuk kecintaan kita terhadap batik Indonesia.

Selamat Hari Batik untuk siapapun yang mencintai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi di Indonesia ini, semoga batik Indonesia senantiasa abadi dan dikenal dunia. []

Tags: Batik IndonesiaKesalinganMotif Batik
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui iffiarahman@gmail.com.

Terkait Posts

Hak-haknya Perempuan

Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

14 Juli 2025
Ukhuwah Nisaiyah

Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

14 Juli 2025
Jihad

Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

14 Juli 2025
Perempuan Masa Kini

Ruang Baru Perempuan dalam Kehidupan Masa Kini

14 Juli 2025
Tafsir Keadilan Gender

Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir

13 Juli 2025
Perempuan

Merebut Kembali Martabat Perempuan

13 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Krisis Ekologi

    Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi
  • Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman
  • Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID