Di tengah pandemi Covid-19 ini,masyarakat di dunia termasuk Indonesia memang sedang dalam keadaan panik luar biasa, ditambah dengan berita-berita yang beredar di media yang seringkali penuh dengan kekhawatiran. Sehingga semakin kita banyak menerima informasi dari media, kita semakin merasa takut dan cemas.
Selain itu, bencana yang tengah kita alami ini memang banyak menimbulkan kekacauan, salah satunya pada bidang ekonomi keluarga. Di kampung saya yaitu di Daerah Garut, tidak sedikit masyarakat yang mengeluh kesusahan harus mencari uang dengan cara apa di tengah pandemi covid-19 ini.
Sebab, yang biasa bekerja berjualan di kota dihentikan sementara, yang bekerja di toko-toko pun diliburkan. Tidak cukup dengan itu, para orang tua juga banyak yang merasa kewalahan dalam membantu menyelesaikan tugas anak-anaknya yang dilakukan dengan cara online.
Kerugian tersebut ternyata bukan hanya dirasakan oleh para orang tua saja, kami sebagai anak milenial juga ikut merasakannya. Sejak pemerintah menganjurkan masyarakat untuk tetap #DiRumahAja guna memutus rantai penyebaran virus corona, membuat kami harus membatalkan beberapa kegiatan kumpul bareng, diskusi, ghibah santuy yang biasanya dilakukan sambil ngopi, nge-bucin dan juga menunda beberapa jadwal sidang di kampus bagi mahasiswa tingkat akhir.
Akibatnya banyak dari kami yang gagal wisuda, gagal sidang serta gagal nikah di tahun ini. kan sakit…
Jujur hal tersebut membuat saya stres. Bagaimana tidak, sebelum negara api menyerang, biasanya saya bebas untuk berlarian ke sana kemari sambil tertawa sekaligus bisa bertemu dengan siapa saja. Namun, ketika covid-19 datang ke negeri tercinta ini, seketika saya harus tetap berada di dalam rumah dan komunikasi hanya bisa dilakukan lewat daring saja.
Ya Tuhan betapa gabutnya hidup ini. Apalagi kita tidak tahu sampai kapan keadaan seperti ini harus kita lalui. Semoga bumi kita cepat damai. Amiiiin Ya Rabbal’alamin..
Dalam menghadapi keadaan dunia kita saat ini, kita memang perlu mencari hiburan agar otak tetap waras dan bahagia. Nah, melalui tulisan receh ini, saya ingin berbagi hal-hal menyenangkan yang telah saya lakukan selama menjalani anjuran untuk #DiRumahAja.
Yaitu, membaca buku-buku yang belum sempat dibaca, menonton acara-acara yang ngakak, mengikuti diskusi online yang diselenggrakan oleh teman-teman aktivis di seberang sana, tetap nge-ghibah walaupun lewat WAG (Whatsapp Grup), rebahan sambil kangen-kangenan, main game cacing sekaligus mendengarkan lagu Aisyah Istri Rasulullah, menata rumah, makan dan hal-hal menyenangkan lainnya.
Di media sosial, saya menemukan ada banyak teman-teman lain yang juga melakukan hal-hal di atas guna mengusir ke gabutannya. Jadi, bagi anda yang sudah mulai badmood karena harus di rumah terus, coba deh lakukan beberapa hal tadi. Biar hati senang, pikiranpun tenang, dan Insya Allah panik pun jadi hilang.
Tetapi, dibalik hal-hal menyenangkan tersebut, ada teman saya dua atau tiga orang yang mulai resah dengan berat badannya yang naik karena selama di rumah aja, dia makan terus. Ya memang sih kalau #DiRumahAja itu bawaannya pengen makan teroos.
Tapi kan, seperti kata Mba Dea Safira dalam tulisannya yang berjudul “Masih Mikirin Berat Badan di Tengah Wabah?”. Makan itu bisa jadi salah satu cara untuk menenangkan seseorang yang dilanda kecemasan terhadap keberlangsungan hidup ditengah pandemi. Dan yang terpenting makanan bisa meningkatkan daya tahan tubuh untuk menangkal virus.
Jadi, tidak usah resah karena berat badan naik ditengah wabah seperti ini, toh kalau naik kan bisa diturunkan lagi, kalau memang mau. Lah, gimana kalau sakit karena terkena virus Corona apalagi sampai meninggal, kan lebih berbahaya dan berabe. Betul apa betul?
Makan juga termasuk salah satu cara bertahan hidup saat ini. Dengan begitu kita juga harus peduli kepada teman-teman lain yang terdampak oleh bencana covid-19, sehingga mereka tidak bisa membeli makanan. Jadi, selain mikirin enaknya makan apa hari ini, kita juga harus peduli dan berbagi dengan orang-orang yang tidak mampu membeli makanan.
Mungkin nasihat dari Pangeran Panjunan atau Ki Buyut Kebagusan yang senantiasa dikenal dengan istilah “Sugih Ora Rerawat, Melarat Ora Gegulat” yang artinya “Kaya tidak pernah merawat/pelit, miskin tetap berusaha mencari selain dengan mengemis/meminta-minta”. Wejangan ini memang sangat pas untuk dipraktikan saat ini, mengingat bantuan dari orang yang kaya, saat ini tengah dibutuhkan oleh orang-orang yang kurang mampu.
Kesimpulan enya-enyo saya kali ini adalah, kita jangan terlalu panik menghadapi virus corona, tetapi kita juga harus tetap waspada dengan cara jaga jarak, jaga kesehatan, kalau mau jajan dan makan terus, silahkan, yang penting jangan lupa berbagi.
Selain itu, kita juga perlu untuk mengkonsumsi berita di media dengan secukupnya saja. Dan jika merasa gabut,cemas berlebihan selama di rumah aja, yuuk coba lakukan hal-hal yang membuatmu senang dan bahagia sesuai dengan hobinya masing-masing, hal tersebut bertujuan untuk menjaga imunitas tubuh tetap kuat dan sehat. Salam sehat untuk semuanya.[]