• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Gebrakan Pemikiran Feminisme oleh Para Pembaharu Islam

Para pembaharu Islam yang turut menyumbangkan pemikiran feminisme ini, hadir mengoreksi tatanan yang diskriminatif terhadap perempuan

Hilda Rizqi Elzahra Hilda Rizqi Elzahra
13/06/2023
in Pernak-pernik
0
Pemikiran Feminisme

Pemikiran Feminisme

926
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika aktivis perempuan di Barat menyuarakan hak-haknya kita sebut feminis, spirit yang sama juga bisa kita temukan dalam jiwa-jiwa pemikir dan pembaharu Islam.

Para pembaharu Islam yang turut menyumbangkan pemikiran feminisme ini, hadir mengoreksi tatanan yang diskriminatif terhadap perempuan, seperti hak pendidikan, hak ijbar orang tua, hak pembagian waris, status, poligami dan berbagai hiruk pikuk aturan yang menyelimuti tatanan hidup perempuan.

Mereka adalah Rifa’ah al-Tahtawi, Qasim Amin, Muhammad Abduh dan Tahrir Mahmood

1. Rifa’ah Rafi al-Tahtawi

Rifa’ah Badawi Rafi al-Tahtawi adalah peletak batu pertama kebangkitan Arab Islam modern yang juga kita kenal sebagai sosok yang berani menyuarakan status perempuan. Ia menyatakan bahwa kemuliaan perempuan terletak pada status pendidikannya, bukan pada busananya. Gamis, jilbab, cadar segala atribut yang perempuan kenakan bukanlah tolak ukur kemuliaan. Baginya, agama Islam adalah agama yang memuliakan ilmu.

Menukil pada buku Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir karya M. Fazlurrahman Hadi, cita-cita besarnya adalah mereformasi pendidikan dan melakukan pembaharuan pemahamaan keagamaan. Namun, pada zaman al-Tahtawi, wanita akan mengalami kendala tatkala akan menerima pendidikan.

Baca Juga:

Spiritualitas Perempuan dan Pencarian Lailatul Qadar: Perspektif Mubadalah

Di hadapan Ribuan Jamaah Salat Tarawih di Masjid Istiqlal, Nyai Badriyah Jelaskan Peran Perempuan dalam Sejarah Islam

Maskawin adalah Hak Milik Perempuan

Nabi Saw Menghargai Hak Perempuan untuk Memilih Pasangan yang Dia Sukai

Hal ini karena di Mesir terdapat pandangan bahwa wanita lemah dalam akal dan pemahamannya. Selain itu, adanya kekhawatiran akan terjadi penyalahgunaan jika perempuan menerima pendidikan khususnya dalam bidang baca-tulis, sehingga mereka hanya boleh mengerjakan pekerjaan rumah.

Ia mengatakan bahwa orang-orang Yunani sejak dulu telah memberikan pendidikan bagi perempuan. Hal tersebut berdampak pada masyarakat yang memandang perempuan berpendidikan memiliki kedudukan yang mulia. Maka tak heran, jika di Yunani banyak bermunculan pahlawan perempuan.

2. Muhammad Abduh

Muhammad Abduh ibn Hasan Khayr merupakan salah satu figur penting Islam pada abad ke-20. Di tempat asalnya, Mesir ia dikenal sebagai ilmuwan besar dan seorang pembaharu dalam dunia Islam. Selama masa hidupnya ia menggiatkan modernisme Islam dengan cara mensintesiskan ajaran Islam dengan pemikiran modern.

Melalui artikel-artikel di surat kabar Al-Ahram, di Kairo, gagasan pembaruannya bisa sampai ke telinga para pengajar. Ia secara tegas melarang poligami. Menurutnya, ayat al-Qur’an yang membahas tentang poligami hanya menjelaskan konteks sosiohistoris terhadap budaya jahiliyah di masa tersebut.

Poligami tentunya bertentangan dengan hakikat dari tujuan pernikahan suami istri yaitu sakinah, mawaddah dan wa rahmah. Baginya, syariat Islam tentang poligami harus disesuaikan dengan konteks masyarakat bukan diberlakukan secara menyeluruh tanpa reserve.

Pemikiran Abduh ditunjang oleh beberapa gurunya yang menjadikan Abduh sebagai sosok pemikir yang rasionalis-modernis seperti syekh Darwisy, Hasan al-Tawil dan yang paling berpengaruh dengan dalam pembentukan pola pikirnya adalah Jamaluddin al-Afgani. Darinya, Abduh mulai bersinggungan dengan dunia barat yang modern dengan kebebasan berpikirnya.

3. Qasim Amin

Perempuan harus dimerdekakan, begitulah pemikiran yang Qasim Amin usung. Ia menyuarakan pemikiran feminismenya ke dalam dua buah karyanya yaitu al mar’ah al jadidah dan tahrir al-mar’ah. Gagasannya terpengaruh oleh nuansa pemikiran Muhammad Abduh. Di berbagai tempat ia begitu kritis terhadap Barat sedangkan di tempat lain ia juga mengkritisi kondisi bangsanya sendiri.

Awalnya, Qasim Amin mendapat banyak tantangan karena pemikirannya yang berlawanan dengan kondisi Mesir saat itu. Meskipun mendapatkan banyak tentangan dan kritik, karya-karyanya telah memiliki pengaruh besar dalam rangka kemajuan bangsa Mesir khususnya di dunia Islam pada umumnya.

Buku al-mar’ah al jadidah telah menampilkan ide atau pemikiran pokok dari Qasim Amin tentang kebebasan dan pengembangan daya-daya wanita untuk mencapai kemajuan.

Sedangkan pada bukunya yang ke dua yaitu Tahrir al-Mar’ah, ia menanggapi kritik dan protes terhadap buku pertamanya, dan sekaligus mejadi penegas dan penguat atas ide-idenya. Di dalam buku keduanya inilah ia mengemukakan contoh-contoh konkret perbandingan antara wanita Mesir, wanita Eropa, dan juga wanita Amerika

Dalam menanggapi persoalan di zamannya, ia menekankan teori ilmu pengetahuan modern dan filsafat Barat modern. Qasim Amin juga mengatakan bahwa kemajuan bukanlah berdiri di atas landasan ibadah dan aqidah saj. Aakan tetapi atas penemuan-penemuan ilmiah yang telah berhasil umat manusia ciptakan dalam rangka kemaslahatan bersama.

Abduh berusaha menengahi antara ajaran Islam dan budaya Barat. Untuk tujuan ini ia tak henti-hentinya mendesak para tradisionalis di Mesir. Selain mengusahakan pembaharuan, ia juga berupaya menangkis tulisan para penulis Barat yang menurutnya salah dalam memahami Islam.

4. Tahir Mahmood

Sementara itu, Tahir Mahmood, seorang pemikir Islam modernis, dan menegaskan bahwa hukum Islam adalah buah dari interpretasi yang bias gender dan patriarki.

Ada banyak isu krusial yang harus diubah seperti hak ijbar orang tua, pembagian hak waris, hak kewajiban suami istri, batas usia minimal perkawinan, pembatasan hak talak suami dll.

Dari gebrakan yang dilakukan oleh para pemikir muslim tersebut seharusnya kita sepakat bahwa pemikiran feminisme tidak hanya berkembang di dunia Barat, tetapi juga dunia Muslim. Apa yang diperjuangkan oleh feminisme itu memiliki persamaan dengan apa yang Islam perjuangkan. Yakni sebagai upaya untuk melakukan penyetaraan dan perlakukan yang adil terhadap kaum perempuan sebagai makhluk Allah SWT.

Tentunya, mereka hanyalah beberapa dari sekian banyaknya pemikir yang memperjuangkan hak perempuan . Di mana mereka menyadarkan akan ketimpangan relasi yang ada. Tugas kita adalah melanjutkan estafet pemikiran mereka untuk kita sebarluaskan, agar semakin banyak orang yang sadar akan budaya patriarki. []

Tags: belajar feminismefeminsimeHak PerempuanPembaharu IslamSejarah Islam
Hilda Rizqi Elzahra

Hilda Rizqi Elzahra

Mahasiswi jelata dari Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid, pegiat literasi

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version