• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Gen-Z Emang Lemah dan Nggak Becus Kerja! Katanya

Mungkin, yang perlu kita lakukan adalah berhenti menghakimi dan mulai belajar dari cara Gen-Z menghadapi dunia yang berubah cepat

Fatwa Amalia Fatwa Amalia
06/09/2024
in Personal, Rekomendasi
0
Gen-Z

Gen-Z

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belakangan ini, sering bermunculan konten POV Gen-Z di dunia kerja yang kemudian berujung cibiran bahwa Gen-Z adalah generasi yang lemah, malas, dan nggak becus kerja. Banyak yang bilang mereka terlalu manja dan menuntut kenyamanan, parahnya lagi dibilang nggak bisa kita andalkan.

Stereotip ini sering mencuat dalam percakapan sehari-hari maupun di media sosial, terutama dari generasi yang lebih tua. Padahal, kalau kita telusuri lebih dalam, kenyataan yang Gen-Z hadapi jauh berbeda dari stigma tersebut. Mari kita bongkar mitos ini satu per satu!

Adaptasi Teknologi dan Dunia Kerja

Gen-Z lahir di era digital, di mana teknologi berkembang pesat dan hampir semua aspek kehidupan terhubung dengan internet. Bagi generasi sebelumnya, hal ini bisa menjadi tantangan besar, tapi bagi Gen-Z, teknologi adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan mereka. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang menuntut kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi secara cepat, justru ini menjadikan mereka unggul.

Sudah bukan hal baru ketika perusahaan merekrut anak muda Gen-Z untuk mengelola media sosial, kampanye digital, dan strategi marketing berbasis teknologi. Mengapa? Ya karena mereka yang mengerti tren, punya intuisi tentang cara berkomunikasi dengan generasi mereka sendiri. Selain itu mereka bisa berpikir out of the box. Jadi, tudingan bahwa Gen-Z lemah dan tidak becus dalam bekerja jelas perlu kita hayati kembali.

Mentalitas Berintegritas, Lebih dari Sekadar Loyalitas

Sering dibilang mentalitas rapuh dan tidak berintegritas. Emang eak? Padahal integritas adalah salah satu nilai penting yang Gen-Z pegang teguh. Di tengah pergeseran nilai dan perubahan sosial yang terjadi cepat, banyak dari mereka tetap memegang prinsip yang kuat.

Baca Juga:

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

Jalan Hidup Kaum Buruh: Dicengkeram Kapitalisme dan Ketidakpastian di Era Disrupsi

Antara Reels dan Realita: Dilema Orang Tua Gen Z di Tengah Arus Media Sosial

Mereka bukan sekadar mengikuti arus, tapi kritis terhadap berbagai isu sosial seperti keadilan, keberagaman, ekologi, dan keberlanjutan. Dalam dunia kerja, hal ini tentu bisa kita artikan sebagai sikap profesional yang lebih memilih bekerja di lingkungan yang sesuai dengan nilai-nilai mereka daripada sekadar mencari materi semata.

Ketika Gen-Z resign dari tempat kerja karena kultur tempat kerjanya tidak sesuai dengan visi diri mereka, kritik tentu saja berdatangan.  Ketidakloyalan Gen-Z terhadap perusahaan atau tempat kerja sering muncul, padahal alasan utama Gen-Z tak lain dan tak bukan adalah mereka ingin mencari tempat kerja yang mendukung pertumbuhan diri dan tentu saja yang sejalan dengan visi mereka.

Jika lingkungan kerja tidak memenuhi ekspektasi dalam hal etika, transparansi, dan keadilan, bukankah mencari peluang lain yang lebih baik bukan suatu kesalahan? Ini bukan tanda lemah atau nggak becus kerja, tapi justru bukti bahwa mereka sangat peduli dengan apa yang mereka lakukan.

Tantangan Psikologis dan Sosial yang Dihadapi Gen-Z

Generasi Z tumbuh di masa yang penuh tekanan. Berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka menghadapi tantangan seperti ketidakstabilan ekonomi, perubahan iklim, krisis kesehatan mental, hingga meningkatnya ketidakpastian politik. Banyak dari mereka harus menanggung beban yang jauh lebih besar daripada yang generasi sebelumnya hadapi di usia yang sama.

Jadi, kalau ada yang bilang Gen-Z “lemah,” barangkali ngopinya kurang jauh. Masih banyak di luar sana Gen Z yang pontang-panting hanya demi hidup. Masalah struktural pun makin menggila. Siapa lagi yang meninggalkan warisan itu? Siapa yang lahir duluan, yang justru meninggalkan aturan yang tidak berpihak pada generasi hari ini.

Namun, terlepas dari semua tantangan itu, Gen-Z terus berjuang untuk beradaptasi dan bertahan. Mereka terbukti memiliki daya tahan mental yang luar biasa dan kemauan untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian. Mereka juga lebih terbuka dalam membahas masalah kesehatan mental, yang dulu sering kita anggap tabu. Ini adalah langkah maju, bukan tanda kelemahan.

Budaya Kerja Fleksibel, Efisiensi di Atas Segalanya

Salah satu aspek yang sering disalahpahami dari generasi Z adalah gaya kerja mereka. Bagi banyak orang, Gen-Z dianggap terlalu mengutamakan fleksibilitas dan kenyamanan dalam bekerja. Mereka tidak lagi terpaku pada jam kerja 9-to-5 yang kaku.

Banyak dari mereka lebih suka bekerja secara remote, dengan waktu yang fleksibel, asalkan tugas dapat terselesaikan dengan baik. Hal ini sering kali dianggap sebagai sikap malas, padahal sebenarnya, mereka hanya mengutamakan efisiensi.

Generasi ini mampu bekerja dengan lebih efisien dalam waktu yang lebih singkat karena mereka menguasai teknologi dan memanfaatkannya untuk meningkatkan produktivitas. Mereka tahu bagaimana memanfaatkan tools digital, kolaborasi jarak jauh, dan strategi manajemen waktu yang efektif.

Gen-Z Itu Kuat dan Berintegritas

Alih-alih menganggap Gen-Z sebagai generasi yang lemah, sudah saatnya kita mengakui kekuatan dan potensi mereka. Gen-Z bukan hanya kuat secara mental dalam menghadapi tekanan global yang belum pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya, tapi juga memiliki integritas yang membuat mereka memilih bekerja di lingkungan yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.

Mereka cepat dalam beradaptasi dengan teknologi, bekerja lebih efisien, dan berpikir kritis tentang isu-isu sosial. Mungkin, yang perlu kita lakukan adalah berhenti menghakimi dan mulai belajar dari cara Gen-Z menghadapi dunia yang berubah cepat. Sebab, pada akhirnya, mereka adalah generasi yang akan membentuk masa depan. Betul? []

Tags: Gen ZintegritasinternetMasa DepanmitosstigmaTeknologi Digital
Fatwa Amalia

Fatwa Amalia

Fatwa Amalia, pengajar juga perempuan seniman asal Gresik Jawa Timur. Karya-karyanya banyak dituangkan dalam komik dan ilustrasi digital dengan fokus isu-isu perempuan dan anak @komikperempuan. Aktif di sosial media instagram: @fatwaamalia_r. Mencintai buku dan anak-anak seperti mencintai Ibu.

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version