• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Gusdurian Pekalongan Gelar Ngobrol Maslahat Mengenai Isu Lingkungan Dari Sudut Pandang Agama; Ini Soal Hati Nurani!

Semua agama sepakat, bahwa tuhan mereka menyeru kepada umatnya untuk memiliki welas asih kepada seluruh makhluk hidup termasuk alam semesta

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
03/09/2022
in Pernak-pernik
0
Gusdurian Pekalongan

Gusdurian Pekalongan

294
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Selasa malam Rabu, 23 Agustus 2022 sekitar pukul 19.30 sampai 22.00 WIB di RM. Ayam Kalongan, Gusdurian Pekalongan bersama beberapa tamu undangan yang katanya memiliki kepedulian terhadap lingkungan melaksanakan ngobrol maslahat tentang isu lingkungan.

Acara tersebut dipandu oleh tiga pemuka agama Muslim, Yahudi, dan Kristen. Mereka adalah bagian dari Pelaku 1000 Abrahamic Circles Project yang membawa misi perdamaian. Tema obrolan yang berlangsung adalah Memaknai Kelestarian Lingkungan Dari Sudut Pandang Agama.

Sambil menyantap hidangan makan malam, ngobrol maslahat kita mulai dengan pemaparan singkat oleh Sheikh Alaa Elzokm yang berasal dari Elsedeaq Mosque, Melbourne, Australia. Berlanjut ke Rabi Jeffrey Steven Berger dari Wembley Sephardi Synagoge, London, United Kingdom dan Pendeta Arga yang berasal dari Yogyakarta, Indonesia. Ketiga tokoh agama tersebut menyampaikan tentang konsep kepedulian lingkungan dari sudat pandang agama masing-masing.

Semua agama sepakat, bahwa tuhan mereka menyeru kepada umatnya untuk memiliki welas asih kepada seluruh makhluk hidup termasuk alam semesta. “Tidak ada satupun agama yang mengajarkan monopoli lingkungan” tegas dari Rabi Jeffrey. “Manusia harus menjadi pelindung lingkungan” imbuh Sheikh Alaa.

Menurutnya, walaupun negara sekuler memisahkan agama dengan urusan negara, tapi tanpa disadari bahwa nilai-nilai agama digunakan dalam setiap aspek kehidupan. 80% manusia di muka bumi ini beragama, tapi sedikit dari mereka yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Artinya, berbicara tentang lingkungan adalah soal hati nurani manusia.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia
  • Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan
  • Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria
    • Aksi Nyata Melestarikan Lingkungan
    • Program Rumah Bersama
    • Kembali pada Warisan Agama

Baca Juga:

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

Rabi Jeffrey bercerita sedikit tentang ajaran agamanya dalam upaya menyelamatkan lingkungan. Kaum Yahudi memiliki Hari Saba dalam sepekan, yaitu hari beristirahatnya seluruh makhluk termasuk manusia dan lingkungan agar semua baik-baik saja dan kembali segar.

Aksi Nyata Melestarikan Lingkungan

Dalam jangka setahun, mereka memiliki kebiasaan aksi nyata dalam melestarikan lingkungan dengan gerakan menanam pohon. Melindungi seluruh makhluk hidup tanpa pengecualian, merupakan ajaran semua agama. Menanggapi pernyataan tersebut, Rabi Jeffrey mencontohkan ekosistem burung.

Ketika manusia akan mengambil telur burung, tolong biarkan induknya tetap hidup untuk menjaga ekosistem lingkungan. Bahkan, kalau bisa jangan mengambil keduanya! Jika kalian mendengar ucapan Rabi Jeffrey secara langsung, mungkin hati kalian akan tersentuh karena saking dalamnya harapan tersebut Ia utarakan. Mungkin tapi loh yaa.

Analogi yang disampaikan Rabi Jeffrey tentang kelestarian lingkungan kurang lebih seperti ini bunyinya, bahwa pohon ibaratnya kita, sedangkan tangkainya adalah generasi kita. Jadi, kalau kita memotong tangkai pohon maka sama dengan kita memotong keberlangsungan hidup generasi manusia. Welas asihnya sungguh terasa dari ucapan yang kita sampaikan.

Tak ketinggalan, Pendeta Arga ikut menambahkan obrolan yang sungguh asyik malam itu. Karena Beliau berdomisili di Pekalongan maka beliau mengajak Sheikh Alaa dan Rabi Jeffrey berkeliling Kota Pekalongan untuk melihat kondisi lingkungan yang sesungguhnya.

Sudah kita duga, tentunya Sheikh Alaa dan Rabi Jeffrey sangat kaget dengan realitas lingkungan di pesisir Pekalongan yang sangat terbiasa dengan banjir rob, bahkan ada beberapa wilayah yang terendam rob secara permanen yang memaksa beberapa masyarakat terdampak untuk meninggalkan rumah dan halaman tercintanya.“

Mengapa bisa, mereka hidup dengan kondisi antara hidup dan mati seperti ini?” Tanya Sheikh Alaa dan Rabi Jeffrey dengan sangat iba. Pendeta Arga menjelaskan, bahwa kompleksnya problem ekologi di Pekalongan harus ada kebijakan yang sistemik. Mirisnya, ketimpangan ekonomi memperburuk kondisi ini.

Program Rumah Bersama

Kembali pada sudut pandang agama, kaum kristiani memiliki program “Rumah Bersama”. Latar belakangnya berawal dari konsep penciptaan bumi lebih dulu dari manusia. “Rumah Bersama” kita ibaratkan bumi, jika rumah ini rusak maka manusia akan kehilangan tempat tinggalnya.

Karena ini acara ngobrol komunitas Gusdurian Pekalongan, maka harus ada timbal balik dari para peserta. Setelah waktu dipersilahkan, ada beberapa pertanyaan yang tamu undangan ajukan. Tidak semua pertanyaan akan kita bahas di sini karena pasti tidak akan cukup.

Apalagi ada pertanyaan yang menyimpang dari tema, seperti isu kemanusiaan yang ada di Palestina. Anehnya lagi, pertanyaan terebut ditujukan khusus kepada Rabi Jeffrey selaku pemuka agama Yahudi. Sebelum memanas, mari kita tinggalkan penanya yang salah kamar atau bahkan tidur saat diskusi ini, hehee ..“

Bagaimana mendamaikan konsep ekonomi dengan lingkungan?” pertanyaan dari salah satu peserta. Tidak ada yang bertengkar di sini, sehingga tidak perlu untuk mendamaikan. Bukan seperti itu maksudnya. Mungkin alasan si penanya begini, kadang pemerintah dihadapkan dengan keputusan yang sulit antara menjaga keberlangsungan ekonomi masyarakat atau tetap konsisten menjaga kelestarian lingkungan.

Seperti di Pekalongan, setiap hari sungainya berubah warna sesuai dengan limbah batik yang dihasilkan pada hari itu juga. Katanya jika sungai Pekalongan berwarna, artinya perekonomian berjalan.

Menurut Rabi Jeffrey, perlu ada investigasi lebih lanjut mengenai pembuatan batik di Pekalongan. Setelah menemukan problemnya, maka melangkah kepada solusi. Seperti yang Beliau lakukan di London bersama masyarakat yaitu menekan pabrik yang tidak melakukan pengelolaan limbah secara ramah lingkungan.

Alhasil, pabrik tersebut membuat filtrasi limbah. “Jangan suruh pengarajin batik untuk berhenti beroperasi, karena itu kaitannya dengan ekonomi warga serta batik ini menjadi ciri khas Pekalongan yang sudah diakui dunia” imbuhnya.

Kembali pada Warisan Agama

Menyambung pernyataan kedua dari seorang komunitas pemerhati lingkungan. Bahwa komunitas mereka yang berasal dari akar rumput dan jauh dari keterikatan pemerintah ini telah melakukan aksi kecil berupa merubah sedikit pesisir pantai Pekalongan menjadi destinasi wisata. Selain itu, mereka juga menyulap sampah plastik yang didapat di sekitar bibir pantai menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis. Pada intinya, dia meminta harus ada follow up dari kegiatan malam ini.

Menanggapi pernyataan tersebut, Sheikh Alaa dan Rabi Jeffrey bersedia memberikan uang sebesar 3000 US Dolar Australia dan 1000 Poundsterling setiap tahunnya kepada komunitas lingkungan di Pekalongan untuk menyelamatkan keberlangsungan lingkungan Pekalongan.

Widiih ini namanya aksi nyata bukan hanya omong doang. Mendengar penawaran tersebut, para peserta akan melanjutkan obrolan di lain waktu guna membahas lebih lanjut aksi nyata yang perlu mereka lakukan. Karena tidak mungkin jika mereka bahas malam itu, mengingat keterbatasan tenaga dan waktu.

Sebagai penutup, ketiga pemuka agama Muslim, Yahudi, Kristen tersebut mengajak seluruh peserta untuk kembali kepada warisan agama masing-masing yaitu bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan. Tanpa memandang agama apapun, mari bersama menyebarkan kebaikan kepada seluruh makhluk hidup di muka bumi ini. []

Tags: agamagusdurianIndonesiakeberagamanKrisis IklimLingkunganPekalonganPerdamaiantoleransi
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Jumlah mahar

Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw

2 April 2023
Mahar adalah Simbol

Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

2 April 2023
Tujuan menikah

Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

1 April 2023
Momen Ramadan

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

1 April 2023
Sarana Menikah

Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

1 April 2023
kerja rumah tangga

Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

1 April 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist