• Login
  • Register
Kamis, 22 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Habibie, Gerakan Perempuan, dan Masa Transisi

Mariana Amiruddin Mariana Amiruddin
12/09/2019
in Publik
0
Habibie dan gerakan perempuan
30
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tahun 1998. Pak Habibie tidak menduga bahwa kepemimpinan bangsa ini akan jatuh ke tangannya dalam situasi krisis. “Tidak mudah memimpin dalam situasi krisis, kita harus cepat membaca situasi dan mengambil keputusan, di sisi lain, ketika mengambil keputusan kita tidak boleh sembarangan, tidak boleh main-main”, demikian curhatnya saat Peringatan Mei 1998 di TPU Pondok Ranggon tempat pemakaman massal korban kerusuhan Mei 1998.

Peringatan ini diselenggarakan oleh Komnas Perempuan (Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan), Pemda DKI Jakarta, dan Komunitas Korban serta berbagai LSM lainnya pada tahun 2017. Pada waktu itu Pak Habibie baru saja datang dan duduk di sofa bersama Bu Saparinah Sadli, Syamsiah Ahmad dan Eyang Sri serta beberapa dari Komnas Perempuan. Saya kemudian menanyakan padanya, bagaimana rasanya menjadi presiden ditengah krisis dan masa transisi?

“Tidak mudah karena dalam situasi krisis dan masa transisi, dimana banyak terjadi konflik, keinginan berpisah dari Indonesia, saya sebagai presiden harus berperan untuk mendengarkan suara rakyat, harus merendah hati dihadapan rakyat, karena suasana masih panas dan sensitif. Pemimpin perlu memiliki kemampuan untuk mendengarkan rakyatnya, sehingga kita tahu apa yang perlu kita putuskan,” demikian tambahnya.

Ketika ditanya soal kerusuhan Mei 1998 dan adanya kekerasan seksual dalam peristiwa tersebut, Pak Habibie menunduk dan berusaha mengingat tentang apa yang terjadi.

“Saya memutuskan untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta, yang terdiri dari unsur pemerintah, dengan melibatkan masyarakat sipil, supaya pencarian fakta ini dapat dilaksanakan secara obyektif.”

Baca Juga:

KB dalam Pandangan Fiqh

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

Terkait dengan kekerasaan seksual pada masa itu, Pak Habibie bercerita bahwa dia didesak oleh kelompok masyarakat perempuan anti kekerasan. Sambil menunjuk ibu Saparinah Sadli yang sedang duduk disampingnya, ia berkata,

”Perempuan-perempuan pemberani inilah yang membuat saya bisa mengambil keputusan, untuk menerbitkan peraturan presiden tentang pembentukan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, terkait kekerasan seksual yang terjadi pada saat situasi kerusuhan Mei 98.”

Ibu Saparinah Sadli saat itu tersenyum dan digandeng oleh Pak Habibie. Menurut beliau, Bu Sap sudah seperti kakaknya, “Usia bu Sap bahkan lebih senior dari usia saya,” katanya sambil tertawa-tawa.

Paska peringatan Mei 98 tersebut tak diduga beredar opini-opini hoax baik di surat kabar cetak maupun online bahwa perkosaan Mei 98 tidak pernah ada. Penyangkalan itu terjadi bertubi-tubi sejak Pak Habibie hadir di TPU makam massal mei 98 Pondok Ranggon. Sementara media-media mainstream lainnya justru menyatakan hal sebaliknya, bahwa pelanggaran HAM masa lalu berkaitan dengan Mei 98 selalu ditutupi, dan terutama penyangkalan tentang kasus perkosaan, yang semua ini menimbulkan tanda tanya besar dalam sejarah bangsa.

Pak Habibie bahkan tidak takut untuk bersaksi bahwa peristiwa itu pernah ada, dan menyatakan minta maaf sebesar-besarnya pada korban, serta memiliki rasa iba pada rakyat miskin yang menjadi korban pembakaran-pembakaran di mall, dan orang Indonesia-Tionghoa yang mengalami penjarahan-penjarahan dan perkosaan. Pernyataan maaf tersebut disampaikan dengan setulus-tulusnya dan dalam suasana duka.

Presiden Ketiga Republik Indonesia ini adalah salah satu presiden yang moderat dan menyatakan bahwa tidak bisa bangsa ini dijalankan tanpa proses yang demokratis. Tidak bisa bangsa ini dipimpin oleh atas nama ras atau agama tertentu. Bangsa ini perlu dipimpin oleh tokoh yang mewakili semua orang, baik ras, agama, suku dan jenis kelamin, karena hanya dengan itulah bangsa ini bersatu dan damai.[]

Mariana Amiruddin

Mariana Amiruddin

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version