• Login
  • Register
Sabtu, 20 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Harapan dan Resolusi di Tahun Baru

Zahra Amin Zahra Amin
03/01/2018
in Aktual, Featured
0
Ilustrasi: Pixabay

Ilustrasi: Pixabay

20
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Resolusi tahun baru adalah tradisi sekuler yang umumnya berlaku di dunia Barat, tetapi juga bisa ditemukan di seluruh dunia. Menurut tradisi ini, seseorang akan berjanji untuk melakukan tindakan perbaikan diri yang akan dimulai pada hari pertama di tahun baru.

Ada persamaan mengenai tradisi ini dalam pandangan agama. Saat tahun baru Yudaisme yang dikenal denan Rosh Hashanah, umat Yahudi merenungkan kesalahan yang telah mereka lakukan sepanjang tahun dan meminta pengampunan. Umat Katolik juga melakukan hal serupa pada masa puasa pra-paskah, meskipun motifnya lebih ke pengorbanan daripada tanggung jawab. Tradisi resolusi tahun baru ini sendiri sebenarnya berawal dari praktik puasa pra-paskah yang dilakukan umat Katolik.

Dalam Islam dikenal dengan istilah muhasabah bin nafsi atau introspeksi diri dengan meluangkan waktu khusus untuk ber-muhasabah diri. Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)”. Dalam hadits lainnya juga disebutkan, “Hamba tidak dikatakan bertaqwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” (HR. Tirmidzi).

Meskipun dalam tradisi Islam, pemilihan waktu untuk melakukan muhasabah diri tidak dibatasi hanya pada momen pergantian tahun baru masehi atau hijriyah, namun bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, namun karena sistem kalender di Indonesia untuk menandai waktu dan kejadian menggunakan kalender masehi, maka resolusi menjelang tahun baru menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat.

Walau demikian, kita harus melihat kebiasaan ini dari sisi yang positif, yakni merubah perilaku dari buruk di masa lalu menjadi lebih baik di masa depan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Syekhul Azhar Ahmad Thayyib: Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan Itu Kurang Akal
  • Perempuan Merdekalah!
  • Ketika Nawaning Menjadi Tumpuan Harapan Perempuan Indonesia
  • Nyai Hannah : Perempuan Merdeka itu Terbebas dari Tirani Manusia

Baca Juga:

Syekhul Azhar Ahmad Thayyib: Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan Itu Kurang Akal

Perempuan Merdekalah!

Ketika Nawaning Menjadi Tumpuan Harapan Perempuan Indonesia

Nyai Hannah : Perempuan Merdeka itu Terbebas dari Tirani Manusia

Sebagaimana dalam maqolah Aswaja NU, “al-muhafazhatu alal qadimis-shalih wal akhdzu bil jadidil-ashlah), menjaga kebiasaan lama yang baik, dan mengambil kebiasaan baru yang baik. Bahkan tidak hanya menjaga dan mengambil, Aswaja NU juga menghendaki produksi dan kreativitas setiap saat dalam hal-hal positif.

Sedangkan dalam perspektif kesalingan atau resiprokal, resolusi tahun baru dijadikan sebagai ajang instrospeksi hubungan antara suami istri, atau relasi individu yang lebih luas, dan secara sosial dengan masyarakat sekitar. Sejauh mana relasi kesalingan itu mampu diwujudkan di kehidupan sehari-hari, dan apa manfaat yang sudah didapat dengan mempraktikkan mubaadalah, baik dalam lingkup keluarga maupun di lingkungan masyarakat, pemerintah, bangsa dan negara.

Harapannya tentu saja, dengan membiasakan prinsip kesalingan akan mengikis perlahan perasaan dan pikiran negatife yang kerap mengganggu keberlangsungan hidup seseorang. Dan menggantinya dengan hal positif dan sikap optimis, untuk menghadapi tahun baru yang lebih baik.

Ini adalah di antara beberapa tujuan popular dalam resousi tahun baru yang bisa penulis himpun, termasuk menyumbang lebih sering kepada fakir miskin, menjadi lebih tegas, atau menjadi lebih peduli pada lingkungan.

Berikut adalah beberapa tradisi resolusi tahun baru yang paling populer :

  1. Meningkatkan kesejahteraan fisik, makan makanan yang sehat, menurunkan berat badan, berolahraga teratur, makan yang lebih bernutrisi, berhenti merokok, berhenti menggigit kuku, dan menyingkirkan kebiasaan buruk yang lama.
  2. Meningkatkan kesejahteraan mental, berpikir positif, lebih sering tersenyum dan tertawa, menikmati hidup bersahaja.
  3. Meningkatkan kesejahteraan keuangan, bebas dari utang, menghemat uang, berinvestasi kecil-kecilan.
  4. Meningkatkan karier, lebih baik dalam pekerjaan saat ini, mendapatkan pendidikan yang lebih baik, belajar sesuatu yang baru (seperti bahasa asing atau musik), belajar lebih sering, membaca lebih banyak buku, mengembangkan bakat, lulus atau wisuda.
  5. Meningkatkan kemampuan diri, menjadi lebih terorganisir, mengurangi stress, mengurangi sifat pemarah dan menjadi lebih pemaaf, bisa mengatur waktu, menjadi lebih mandiri, mengurangi menonton televisi.
  6. Pergi berlibur bersama keluarga atau sahabat.
  7. Menjadi relawan untuk membantu orang lain, mempraktikkan ketrampilan hidup, beramal, bekerja paroh waktu di sebuah organisasi amal.
  8. Bergaul lebih baik dengan orang-orang sekitar, meningkatkan ketrampilan sosial, dan meningkatkan kecerdasan sosial.
  9. Memiliki teman-teman baru
  10. Meluangkan waktu yang berkualitas bersama anggota keluarga
  11. Menikah dan atau mempunyai keturunan.
  12. Mencicipi makanan asing atau menemukan budaya baru
  13. Memperbaiki komunikasi dengan anggota keluarga, terutama dalam relasi suami istri
  14. Beribadah lebih sering, lebih dekat dengan Allah, menjadi lebih taat beragama

Dari sekian hal yang penulis catat, pembaca bisa menambahkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki. Karena resolusi tahun baru sejatinya adalah upaya untuk memperbaiki diri sendiri, agar menjadi manusia yang lebih baik di masa depan. Dengan harapan-harapan baru tersebut, kita siap menyongsong pergantian tahun dari yang lama menuju tahun baru secara optimis dan melangkah pasti.[]

Tags: islamKesalinganMubadalahperempuanResolusiTahun BaruTradisi
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Perempuan merdeka

Nyai Mariatul Asiah : Perempuan Merdeka itu Aman dan Nyaman

20 Agustus 2022
Nyai Rahmi

Nyai Rahmi : KUPI harus Lakukan Terobosan Baru Dalam Berbangsa dan Bernegara

19 Agustus 2022
Nyai Hannah

Nyai Hannah : Perempuan Merdeka itu Terbebas dari Tirani Manusia

19 Agustus 2022
Nyai Rahmi

Nyai Rahmi Kusbandiyah : Perempuan Merdeka itu Bebas yang Bertanggung Jawab

19 Agustus 2022
Nyai Ida

Nyai Ida Nurhalida : Perempuan Merdeka itu Jadi Agen Pembangunan Bangsa dan Agama

18 Agustus 2022
Nyai Mufliha

Nyai Mufliha : Perempuan Merdeka itu Memiliki Otonomi Diri sebagai Makhluk

18 Agustus 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan dalam Pacaran

    Memaklumi Kekerasan dalam Pacaran Atas Nama Cinta, Patutkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Nawaning Menjadi Tumpuan Harapan Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Merdekalah!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Hannah : Perempuan Merdeka itu Terbebas dari Tirani Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Rahmi : KUPI harus Lakukan Terobosan Baru Dalam Berbangsa dan Bernegara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengenal Hukum Kesetiaaan bagi Sang Pecinta Sejati
  • Nyai Mariatul Asiah : Perempuan Merdeka itu Aman dan Nyaman
  • Syekhul Azhar Ahmad Thayyib: Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan Itu Kurang Akal
  • Perempuan Merdekalah!
  • Belajar dari Film Asa; Merdeka Dari Kekerasan Seksual

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist