• Login
  • Register
Senin, 12 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Humor Selalu Punya Jalan Pintas

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
27/04/2020
in Personal
0
26
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Jumlah penderita positif Covid 19 di Indonesia kini mencapai angka 8.607. Angka dengan jumlah yang tidak sedikit. Masih banyak pula pihak-pihak yang terus menggaungkan pentingya social atau physical distancing. Bahkan tidak sedikit dari teman-teman komika yang turut andil menyampaikan pesan ini dengan bahasa humor yang tentunya mudah dipahami dan dengan pendekatan yang sederhana agar masyarakat semakin menyadari dan memahami betapa pentingnya menjaga jarak satu sama lain untuk menekan laju penyebaran Covid 19.

Mudah Diterima

Seperti yang dilakukan oleh Bintang Emon seorang komika jebolan Stand Up Comedy Academ 3 tahun 2017. Dalam video Instagram Televisi (IGTV) di akun instagramnya, Bintang menghimbau dengan bahasa yang ringan namun penuh makna dan mudah dipahami oleh penontonnya. “Teruntuk teman-temanku yang masih memiliki kewajiban untuk keluar rumah, mohon untuk tetap berhati-hati dan menjaga kesehatan” himbaunya.

Ia juga menyindir orang-orang yang berprinsip tidak perlu khawatir terhadap pandemi Covid 19 karena takdir ada di tangan Tuhan dengan berkata, “Eh paman Boboho, kalau memang itu prinsip hidup ente, silahkan ente jongkok di tengah jalan tol sambil bilang nyawa kita ada di tangan Tuhan”. 

Sama seperti kita yang masih terus berusaha untuk #dirumahsaja, ia juga berharap orang-orang yang beranggapan dan berprinsip seperti ini dapat berpikir jernih dan “merevisi” prinsipnya untuk tidak bersikap egois di tengah-tengah pandemi yang tidak pasti kapan usainya.

Baca Juga:

Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan

Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Memang benar takdir di tangan Tuhan, tetapi sangat penting bagi kita untuk berikhtiar sebelum bertawakkal. Karena ikhtiar adalah salah satu bentuk tanda syukur terhadap nikmat sehat yang Tuhan berikan kepada kita di tengah pandemi Covid 19.

Agaknya bahasa yang ringan dan pendekatan yang mudah dimengerti memang harus terus diupayakan saat ingin mengubah stigma dan memberdayakan masyarakat. Saya jadi teringat saat saya harus mengikuti Uji Tahap Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat. Saat itu Ibu DR. Hj. Lucky Herawati, S.KM, M.Sc yang menguji saya tentang materi sampah.

Ketika ujian tiba, beliau berperan sebagai masyarakat yang diberikan penyuluhan dan saya sebagai penyuluhnya. Saya ingat sekali ketika diingatkan beliau untuk menggunakan istilah yang awam. Saat itu saya berkata, “Ibu-ibu, jangan membakar sampah karena asapnya dapat menimbulkan efek karsinogenik pada tubuh”.

Beliau langsung menyela sebagai ibu penanya, “Karsinogenik itu apa?”. Saya pun langsung sadar dan mencari alternatif bahasa yang lebih awam, “Karsinogenik adalah  sifat mengendap dan merusak terutama pada organ paru-paru karena zat-zat tertentu sehingga paru-paru menjadi berlubang dan menyebabkan kanker.” Sepele memang namun ternyata menjadi penting dalam hal ini.

Sederhana Namun Mampu Mengubah Stigma 

Dari sini tentu banyak pihak yang semakin sadar betapa bahasa dan pendekatan yang sederhana menjadi hal penting untuk memberdayakan masyarakat agar dapat turut andil menekan laju penyebaran Covid 19. Betapa perlu untuk menjelaskan atau mencari istilah lain yang lebih mudah diterima ketimbang istilah social atau physical distancing bagi kalangan tertentu.

Saya juga jadi teringat materi yang disampaikan oleh Sakdiyah Ma’ruf saat Pertemuan Tahunan WGWC dan Konferensi Nasional Perempuan dan Ekstrimisme Kekerasan yang diadakan di Hotel Akmani pada 9-10 Maret 2020 yang lalu.  Saat itu Sakdiyah ditanya Humor Bisa Apa? (terkait Ekstrimisme Kekerasan).

Sakdiyah menyampaikan materinya dengan sebuah cerita satir yang semua jawaban dan solusinya adalah khilafah, ketika seorang anak perempuan berkata, “Ibu, rambutku kering dan lepek. Badanku juga baunya tak sedap.” Lalu sang ibu menjawab, “Tenang anakku, solusinya khilafah, menyelesaikan segala problem rambut dengan menutupnya selamanya. Bau badanmu juga bisa hilang dengan sabun anti kuman khilafah yang beraroma kasturi dan dapat membersihkan otak perempuan dari keinginan untuk keluar rumah, mengejar karir dan menolak poligami, karena sabun aroma lain hanyalah mengandung fitnah.”

Ternyata justru lewat komedi tunggal yang ditampilkannya, ia bisa mengemukakan ide-ide yang cenderung sensitif dengan santai, penuh gelak tawa dan bisa diterima audiens karena dianggap guyonan belaka. Padahal sesungguhnya saat itu Sakdiyah sedang menjelaskan bahwa baginya khilafah hanyalah merek dagang belaka.

Surviving!

Orang-orang berasumsi bahwa humor adalah sesuatu yang dianggap despair or flaws yang pada akhirnya dianggap menjadi sesuatu yang lucu oleh orang lain sehingga dapat mencairkan ketegangan. Namun ternyata justru karena humor, banyak orang dapat mengubah stigma dan surviving! Ya, humor bahkan mampu menyelamatkan nyawa seperti yang sedang dilakukan oleh Bintang dan teman-teman komedian lainnya.

Bintang juga mengingatkan agar masyarakat dapat mentaati pemerintah untuk menghindari keramaian dan kalau pun ada orang yang batuk disekitar kita jangan lagi ditegur dengan banyolan, “batuk, Pak Haji?”. Alih-alih menyelamatkan nyawa jangan sampai kita meninggal hanya karena sebuah lelucon batuk disaat pandemi. Kini video IGTV tersebut sudah ditonton sebanyak 7.9 juta tayangan dengan tiga puluh tujuh ribu penonton. Ya, humor memang selalu punya cara tersendiri untuk mengubah banyak hal dengan sederhana dan tanpa memaksa. []

Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui [email protected].

Terkait Posts

Membaca Kartini

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

10 Mei 2025
Kisah Luna Maya

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

9 Mei 2025
Waktu Berlalu Cepat

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

9 Mei 2025
Memilih Pasangan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

8 Mei 2025
Keheningan

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

8 Mei 2025
Separuh Mahar

Separuh Mahar untuk Istri? Ini Bukan Soal Diskon, Tapi Fikih

7 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerja Rumah Tangga

    Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?
  • Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia
  • Menyusui adalah Pekerjaan Mulia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version