• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

Bila KDM atau institusi militer benar-benar akan menerapkan kebijakan ini pada siswa perempuan, mereka wajib memastikan bahwa aspek keamanan, privasi, dan psikologis benar-benar diperhatikan.

Sukma Aulia Rohman Sukma Aulia Rohman
11/05/2025
in Publik
0
Barak Militer

Barak Militer

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pelajar perempuan yang masuk ke barak militer harus mendapatkan ruang aman dan nyaman selama berada di sana.

Mubadalah.id – Belakangan ini media massa diwarnai oleh berbagai berita seputar kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang kerap disapa KDM.

Sejak dilantik sebagai gubernur, KDM banyak melakukan gebrakan, terutama dalam sektor pendidikan di Jawa Barat. Di antara kebijakan yang di keluarkan adalah larangan study tour, pelarangan perpisahan dan wisuda sekolah, penghentian dana hibah bagi yayasan, dan yang akhir-akhir ini ramai yaitu siswa nakal masuk barak militer.

Rangkaian kebijakan KDM tersebut memicu beragam respons dari masyarakat. Ada yang menilai kebijakan ini sebagai langkah tegas yang akan membawa perubahan positif bagi dunia pendidikan di Jawa Barat. Namun, tak sedikit pula yang mempertanyakan dampak kebijakan tersebut terhadap para siswa, terutama dari sisi psikologis dan pendekatan pendidikan.

Siswa Nakal Masuk Barak Militer

Kebijakan paling menyita perhatian adalah pengiriman siswa nakal ke barak militer. Menurut KDM, langkah ini bertujuan membentuk kedisiplinan dan karakter siswa melalui pendekatan ala militer.

Baca Juga:

Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Para siswa yang dikirim ke barak adalah mereka yang dianggap bermasalah yaitu terlibat tawuran, konsumsi minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan, hingga kecanduan game. Mereka masuk dalam kategori sulit diatur oleh sekolah dan orang tua.

Sebelum kebijakan ini diuji coba, berbagai kritik dan pertanyaan telah muncul, terutama soal efektivitasnya dalam menyelesaikan akar masalah perilaku siswa. Meski pro dan kontra mencuat di tengah publik, pemerintah tetap melanjutkan implementasinya.

Melansir dari Kompas.com, uji coba program siswa nakal masuk barak dimulai pada 2 Mei 2025 di dua daerah: Bandung dan Purwakarta. Sebanyak 39 siswa SMP yang sulit ditangani dikirim ke Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Armed 9, Purwakarta. Sementara di Bandung, 30 siswa lainnya dikirim ke Rindam III Siliwangi.

Di barak militer, para siswa menjalani aktivitas ala tentara: mengenakan seragam loreng, berambut cepak, dan melakukan latihan fisik seperti push-up. Kegiatan belajar tetap berlangsung dengan kehadiran guru yang mereka tugaskan khusus untuk mengajar di lokasi.

Pro dan Kontra

Meski telah berjalan, program ini terus menuai kontroversi. Banyak pihak meragukan efektivitas pendekatan militer dalam menangani perilaku remaja. Sebab, pendekatan keras khawatir justru dapat memperburuk kondisi mental siswa.

Pengamat pendidikan, Doni Koesoema, menyatakan bahwa kebijakan ini bisa menimbulkan stigma negatif bagi siswa yang terlibat. Label nakal yang melekat justru akan memperburuk kondisi psikologis mereka, bukan menyelesaikan persoalan yang ada.

Selain itu, peran orang tua dan guru juga menjadi sorotan. Mereka seharusnya menjadi garda terdepan dalam mendidik dan membimbing anak, bukan justru menyerahkannya kepada sistem militer yang belum tentu cocok dengan konteks pendidikan remaja.

Bagaimana dengan Siswi Perempuan?

Di tengah sorotan terhadap siswa laki-laki yang dikirim ke barak, muncul pertanyaan penting: bagaimana dengan siswa perempuan? Apakah pendekatan serupa juga berlaku bagi mereka?

Jika iya, maka perlu ada perhatian khusus. Dunia militer selama ini identik dengan dominasi laki-laki. Maka, siswi perempuan yang masuk ke barak militer harus mendapatkan jaminan terkait ruang aman dan nyaman selama berada di sana.

Selain aspek keamanan, kebutuhan privasi bagi perempuan juga sangat penting. Ada banyak hal yang bersifat personal dan hanya bisa dilakukan jika mereka memiliki ruang sendiri. Misalnya, bagi siswa Muslimah, mereka membutuhkan ruang tertutup untuk berhijab atau berganti pakaian tanpa khawatir dilihat laki-laki.

Di sisi lain, perhatian terhadap kebutuhan perempuan dalam sistem seperti ini sangat krusial. Dalam masyarakat yang masih patriarkis, kebutuhan dan kenyamanan perempuan sering kali terabaikan.

Oleh sebab itu, jika KDM atau institusi militer benar-benar akan menerapkan kebijakan ini pada siswa perempuan. Maka mereka wajib memastikan bahwa aspek keamanan, privasi, dan psikologis benar-benar KDM perhatikan. []

Tags: Barak MiliterRuang AmanSiswa NakalSiswi Perempuan
Sukma Aulia Rohman

Sukma Aulia Rohman

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Menstruasi

Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

2 Juli 2025
Gaji Pejabat

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

1 Juli 2025
Pacaran

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

30 Juni 2025
Pisangan Ciputat

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

30 Juni 2025
Kesetaraan Disabilitas

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

30 Juni 2025
Feminisme di Indonesia

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID