• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Ikrar Jatukrami: Janji Saling Setia dalam Perkawinan Adat Sunda

Neng Eri Sofiana Neng Eri Sofiana
28/12/2019
in Publik
0
Ikrar, Jatukrami

Foto: Tropen Museum

225
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Umumnya ikrar pernikahan atau akad nikah biasa dilakukan antara calon pengantin pria dengan wali perempuan, sehingga sosok laki-laki menjadi lebih dominan. Bahkan tak jarang wanita berada di ruangan lain dan akan keluar jika prosesi ijab qabul telah usai. Ada juga calon pengantin pria yang mengalami gugup dan melakukan pengulangan lafal qabul berkali-kali dalam prosesi tersebut.

Namun, di dalam kelompok adat yang berada di Kampung Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, terdapat ikrar pernikahan yang menjadikan laki-laki dan perempuan memiliki peran aktif dalam pelaksanaannya.

Ikrar pernikahan itu disebut Ikrar Jatukrami yang dibuka oleh pangjejer atau pemangku adat, kemudian disusul dengan 14 pertanyaan yang diajukan oleh pangjejer dan harus dijawab secara serentak oleh kedua calon pengantin. Setelah pertanyaan selesai diajukan, calon mempelai perempuan akan melafalkan Ikrar Jatukrami yang akan direspon oleh wali calon mempelai perempuan dan direspon kembali oleh kedua calon mempelai lalu ditutup dengan pengesahan oleh pangjejer.

Ikrar ini menjadi sebuah janji setia untuk menjalani kehidupan rumah tangga bersama. Menikah seyogiyanya merupakan persatuan antara dua insan, dua keluarga untuk saling melengkapi, menopang, dan menolong untuk terus meningkatkan kualitas hidup kdua belah pihak. Konsep saling bekerjasama dalam mengarungi bahtera rumah tangga telah tergambarkan jelas dalam kekompakan calon mempelai dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pengjejer.

Pertanyaan tersebut terdiri dari kesiapan kedua calon pengantin untuk melakukan rumah tangga, sudah satu keyakinan, suka sama suka, tidak ada yang mengadu, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, sudah paham tentang tujuan dan maksud pernikahan, sudah mencapai usia pernikahan dengan ketentuan laki-laki 25 tahun dan perempuan 20 tahun, kesiapan memimpin rumah tangga, mendidik, mengurus dan mengatur segala hal dalam rumah tangga.

Daftar Isi

  • Baca Juga:

Baca Juga:

Kemudian mendapat persetujuan dari ibu bapak atau wali, tidak ada ikatan perjodohan dengan pihak lain tidak akan berpisah, tidak akan memiliki istri lebih dari satu, tidak akan melakukan hubungan di luar perkawinan, tidak akan menganiaya atau menyakiti satu sama lain dan kesanggupan melaksanakan kewajiban lahir batin selama di dalam perkawinan.

Selain dari konsep kesalingan yang tergambar jelas, Ikrar Jatukrami ini menjadi ikrar yang menjadikan perempuan berperan lebih dominan dan memberi perempuan untuk ikut aktif berperan dalam ikrar pernikahan tersebut. Sehingga dalam praktiknya, tidak hanya calon mempelai pria yan merasa gugup, namun calon pengantin perempuan juga merasakan kegugupan.[]

Tags: Desa AdatPernikahan Adat
Neng Eri Sofiana

Neng Eri Sofiana

Terkait Posts

Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

28 Maret 2023
Tradisi di Bulan Ramadan

Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

28 Maret 2023
Propaganda Intoleransi

Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

27 Maret 2023
Akhlak dan perilaku yang baik

Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

26 Maret 2023
kitab Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Laki-laki dan Perempuan Dilarang Saling Merendahkan

26 Maret 2023
Penutupan Patung Bunda Maria

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

26 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist