• Login
  • Register
Senin, 20 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Jalan Menuju Kebahagiaan dalam Ajaran Islam

Jalan menuju kebahagiaan dalam ajaran Islam tidaklah instan. Ada beberapa hal yang harus menjadi kebiasaan dan dilakukan secara ikhlas, tanpa pretensi apa pun.

Redaksi Redaksi
03/05/2022
in Hikmah
0
jalan menuju kebahagiaan

jalan menuju kebahagiaan

61
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jalan menuju kebahagiaan dalam ajaran Islam tidaklah instan.

Suasana hari raya Idulfitri 1 Syawal 1443 Hijriah masih begitu terasa di dalam setiap jiwa umat Islam, baik itu laki-laki maupun perempuan.

Lebaran yang penuh kesucian ini, akan membuat setiap jiwa menjadi tenang, bahagia dan penuh suka cita.

Terlebih, ketenangan dan kebahagian yang masih terasa begitu hangat, diharapkan jangan cepat sirna.

Daftar Isi

  • Jalan Menuju Kebahagiaan
  • Baca Juga:
  • Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam
  • Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad
  • Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan
  • Dunia Islam Menunggu Kelahiran Banyak Ulama Perempuan

Jalan Menuju Kebahagiaan

Menurut penulis buku Qiraah Mubadalah, Faqihuddin Abdul Kodir, untuk menjadi jiwa-jiwa yang tenang, setiap orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan, harus melatihnya dan membiasakan diri.

Baca Juga:

Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam

Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad

Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan

Dunia Islam Menunggu Kelahiran Banyak Ulama Perempuan

Dalam Islam, lanjut Kang Faqih ada lima hal yang bisa membuat jiwa kita tenang dan bahagia.

Pertama, jalan menuju kebahagiaan paling awal adalah keimanan penuh pada Allah Swt, sebagai Tuhan kita yang Esa. Kita adalah hamba-hamba-Nya. Kita diciptakan-Nya, hidup dalam bumi dan rizki-Nya, serta akan pulang kembali kepada-Nya. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Dengan keimanan ini, dimana Allah Swt selalu bersama kita, kita tidak mudah oleng hanya karena kekurangan, juga tidak mudah jumawa ketika menerima banyak kelebihan. Jiwa yang oleng maupun jumawa adalah menyakitkan dan susah bahagia. Sebaliknya, dalam kondisi apapun, kita tetap positif dan jiwa kita tenang, stabil, dan mampu melalui segala sesuatu dengan kebahagiaan.

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

“Orang-orang yang beriman (kepada Allah Swt) dan hati mereka (akan) menjadi tenteram dengan mengingat Allah (yang diimaninya). Ingatlah, dengan (beriman dan lalu) mengingat Allah akan membuat hati (kita semua) menjadi tenteram dan tenang (QS. Ar-Ra’d, 13: 28).

Kedua, membiasakan diri bersyukur pada hal-hal kecil, menerima dan mengapresiasinya, serta merayakannya dengan perasaan suka cita dan bahagia. Misalnya, pagi-pagi bisa bangun dari tidur: alhamdulillah. Bisa shalat subuh: alhamdulillah. Ada makanan di pagi hari: alhamdulillah. Kita sehat bisa berjalan alhamdulillah. Bisa tersenyum alhamdulillah. Bayi kita bisa menangis alhamdulillah. Bisa berjalan, mulai berbicara: alhamdulillah.

Kita masih bisa memandang istri atau suami kita: alhamdulillah. Masih bisa berbicara dan bersenda gurau dengannya: alhamdulillah. Sering-seringlah melihat hal-hal kecil, dan ucapkan dengan suka cita: alhamdulillah.

Rasa syukur, dalam berbagai penelitian ilmiah, adalah modal besar seseorang untuk bisa mengalami kebahagiaan dalam hidup. Kebahagiaan itu bukan dicari-cari, melainkan dirasakan dan dialami. Ada banyak orang mencari bahagia melalui harta, namun ketika kaya justru nestapa. Padahal, rasa syukur adalah pintu terbesar yang mengantar kita pada kebahagiaan. Di sinilah arti keberkahan dari rasa syukur itu.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu sekalian biasa bersyukur, niscaya Aku akan menambah (keberkahan dan pemberian) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (dan tidak mensyukuri), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim, 14: 7).

Orang yang tidak membiasakan rasa syukur, dia tidak akan mengenali kebaikan-kebaikan hidup yang dia terima sehari-hari. Hidupnya akan hampa dan tidak bermakna. Dan ketika tidak bermakna, akan sulit untuk bahagia. Lalu, sebagian besar hidupnya dilalui tanpa rasa syukur, tanpa rasa bahagia yang hakiki. Kelak, akan sulit menjadi bahagia di akhirat, sebagai nafsun muthmainnah, atau jiwa-jiwa yang tenang bersama Allah Swt dan hamba-hamba-Nya yang shalih dan shalihah.

Ketiga, membuat hidup kita bermakna dengan berbagai kebaikan sesama hamba-hamba Allah Swt. Berbuat baik, menolong, tentu saja, seperti permintaan Nabi Saw, tidak menzalimi, menyakiti, dan mendengki. Jika kita tidak mampu berkata baik, minimal diam tidak berkata buruk. Jika kita tidak mampu berbuat baik, tidak merusak. Kebaikan, kata Nabi Saw, akan menenangkan dan menghadirkan kebahagiaan.

الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى الْقَلْبِ وَتَرَدَّدَ فِى الصَّدْرِ (مسند أحمد، رقم: 18284).

“Berbuat baik itu adalah sesuatu yang akan menjadikan hati nyaman dan tenteram, serta jiwa menjadi tenang. Sementara berbuat buruk itu adalah sesuatu yang membuat hati galau dan dada gundah gulana” (Musnad Ahmad, no. 18284).

Kebencian dan kedengkian kepada orang lain itu, sesungguhnya, menyakiti diri sendiri, dan membuat kita justru sulit untuk bahagia. Sebaliknya, bersahabat, bersaudara dan berbuat baik adalah akhlak mulia yang membuat hidup kita bermakna.

Keempat, memiliki ikatan personal yang kokoh, atau mitsaqan ghalizan. Minimal di dalam berkeluarga, sebagaimana disarankan al-Qur’an (QS. An-Nisa, 4: 21), kita memiliki ikatan personal yang kokoh dengan suami atau istri, atau dengan orang tua, atau anak.

Yang penting bukan berapa banyak ikatan persaudaraan atau persahabatan kita, tetapi sekuat apa ikatan itu bisa kita jaga, rawat, dan lestarikan. Sejauhmana kedua belah pihak bersedia memperkuat ikatan tersebut dengan berbagai komitmen kebaikan bersama. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Selalu bersedia ketika dibutuhkan.

Memiliki sejuta followers di media sosial, sekalipun bisa mendatangkan uang, itu rapuh dan belum tentu membahagiakan. Memiliki satu ikatan yang kokoh dan kuat, jauh lebih membahagiakan hati dan jiwa.

Kelima, jalan menuju kebahagiaan yang terakhir adalah semangat hidup yang terus dinyalakan dalam keadaan apapun. Seperti kata Nabi Saw: “Orang beriman itu sangat membanggakan, dia akan selalu bahagia. Pada saat susah akan bersabar dan pada saat suka akan bersyukur. Sabar dan syukur adalah membanggakan dan membahagiakan”. Di antara yang menguatkan semangat hidup kita adalah tentu ibadah-ibadah kita, seperti salat, dzikir, dan puasa, serta munajat doa kepada Allah Swt.

Demikianlah lima jalan menuju kebahagiaan dalam Islam. Yaitu, keimanan yang mengantar pada positif thinking; membiasakan bersyukur pada hal-hal kecil; mengisi makna hidup dengan kebaikan; memiliki ikatan personal yang kokoh (mitsaqan ghalizan); dan semangat yang terus dinyalakan dalam menjalani hidup. Idul Fitri adalah momentum untuk mengalami kebahagian melalui kelima jalan bahagia ini. (Rul)

Tags: bahagiaislamjalantenang
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

tujuan perkawinan

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

20 Maret 2023
Poligami

Cara Al-Qur’an Merespon Poligami

20 Maret 2023
Poligami Perempuan

Poligami Banyak Merugikan Kaum Perempuan

19 Maret 2023
Poligami

Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam

19 Maret 2023
Puasa sebagai Obat

Ngaji Rumi: Patah Hati Dengan Dunia, Puasa Sebagai Obatnya

19 Maret 2023
Al-Qur'an Berbicara Mengenai Gender

Bagaimana al-Qur’an Berbicara Mengenai Gender?

18 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami Perempuan

    Poligami Banyak Merugikan Kaum Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist