• Login
  • Register
Rabu, 4 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Jangan Memanjakan Penyandang Disabilitas!

Segregasi yang timpang dalam hal perlakuan antara penyandang disabilitas dan bukan penyandang disabilitas mesti berakhir.

M. Khoirul Imamil M M. Khoirul Imamil M
13/02/2025
in Publik, Rekomendasi
0
Memanjakan Penyandang Disabilitas

Memanjakan Penyandang Disabilitas

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Barangkali, salah satu kejahatan besar abad kedua puluh satu adalah memanjakan penyandang disabilitas. Pasca berakhirnya Perang Dunia II tahun 1945, isu tentang disabilitas kian menemukan momentumnya. Peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang mengakibatkan banyak orang mengalami kecacatan menjadi titik balik (turning point) krusial.

Kejahatan Perang Dunia II memang telah menyebabkan munculnya penyandang disabilitas baru. Namun, selepas peristiwa itu rampung, kejahatan manusia tidak berarti tandas. Sisi jahat manusia beralih kepada cara men-treatment para penyandang disabilitas sekaligus paradigma yang berlaku.

Semula, umat manusia abad kedua puluh satu memanjakan para penyandang disabilitas sebagai objek program-program karitatif. Artinya, para penyandang disabilitas memperoleh derma dan amal sekadar sebagai bentuk kepedulian sosial.

Cara demikian memang tampak mulia. Namun, berkelindan di baliknya, sebuah kejahatan laten mengancam masa depan para penyandang disabilitas. Yakni, program-program karitatif sekadar memiliki dampak semenjana yang hanya seumur menelungkupnya daun putri malu.  Sekaligus cara-cara tersebut tidak memberdayakan, memuliakan, apalagi mengandung semangat progresivitas.

Memenuhi Hak tanpa Memanjakan

Kebutuhan utama yang sejatinya krusial bagi kalangan penyandang disabilitas adalah terpenuhinya hak. Sebagai manusia, baik penyandang disabilitas maupun bukan penyandang disabilitas sama-sama memiliki hak asasi manusia (HAM).

Baca Juga:

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

Pemenuhan terhadap hak tentu merupakan bagian dari tanggung jawab negara. Sebagaimana merujuk pada pasal 28 hingga 34 Undang-undang Dasar (UUD) Tahun 1945, negara secara eksplisit menyatakan komitmen untuk menjamin keterpenuhan hak bagi tiap individu.

UUD 1945 sebagai konstitusi dasar negara Indonesia memang tidak meyebut eksistensi penyandang disabilitas sebagai subjek hukum. Namun, penggunaan terma “setiap orang” berarti mengandung konsekuensi umum (kulliyah) yang mencakup siapapun tanpa adanya eksepsi.

Namun. pemenuhan hak tidak boleh bermakna memberikan pemanjaan atau pengistimewaan. Penyandang disabilitas tidak semestinya memperoleh stigma sebagai subjek lemah yang tidak memiliki independensi dalam menentukan nasib dan kebutuhannya sendiri.

Prinsip-prinsip KUPI

Di dalam menyikapi realita disabilitas tanpa pemanjaan, masyarakat dapat menerapkan tiga prinsip dasar rumusan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI). Ketiga prinsip tersebut yakni martabah (kehormatan), ádalah (keadilan), serta maslahah (kebaikan bersama).

Seperti penjelasan Faqihuddin Abdul Kodir dalam kegiatan Akademi Mubadalah 2025 pada abu, 12 Februari 2025 di Yogyakarta. Menurutnya, prinsip martabah berangkat dari konsep ketauhidan yang menempatkan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Sementara, segala eksistensi selain Allah (maa siwa Allahu) berkedudukan sebagai makhluk dengan kehormatan setara.

Baik penyandang disabilitas maupun bukan penyandang disabilitas tidak memiliki perbedaan apapun dalam hal kehormatan. Karenanya, keduanya mesti mendapatkan treatment berkeadilan yang jauh dari diskriminasi dan subordinasi.

Terlaksananya prinsip ádalah bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bersama. Artinya, segregasi yang timpang dalam hal perlakuan antara penyandang disabilitas dan bukan penyandang disabilitas mesti berakhir.

Mengakhiri Pemanjaan, Mengedepankan Kemandirian

Sikap memanjakan penyandang disabilitas pada muaranya harus sampai pada kata “akhir”. Kini, masyarakat jamak harus menyongsong arah penyikapan baru yang lebih mengedepankan kemandirian.

Perspektif Mubadalah yang mengedepankan manusia sebagai subjek penuh memandatkan pemosisian manusia sebagai giver sekaligus receiver dalam waktu yang sama.

Namun, upaya untuk mengedepankan kemandirian bagi penyandang disabilitas memerlukan kerja kolaboratif dari semua pihak. Masing-masing elemen masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam membangun ekosistem memadai bagi setiap kalangan.

Pemerintah bertanggung jawab untuk mendesain regulasi yang suportif serta monitoring berkelanjutan. Sementara, kalangan swasta lintas kalangan berdiri sebagai eksekutor lapangan yang mengimplementasikan program yang ada.

Tak ketinggalan, masyarakat kebanyakan selaku pihak yang berinteraksi langsung dengan para penyandang disabilitas mesti menjadi sahabat karib yang menerima dengan tangan terbuka. []

 

 

Tags: DifabelDr. Faqihuddin Abdul KodirKongres Ulama Perempuan IndonesiaPenyandang DisabilitasPrinsip KUPI
M. Khoirul Imamil M

M. Khoirul Imamil M

Pernah nekat menggelandang sepanjang Olomouc-Bratislava-Wina-Trier-Luksemburg.

Terkait Posts

Mitos Israel

Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

4 Juni 2025
Pesan Mubadalah

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

4 Juni 2025
Trans Jogja

Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

3 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Perbedaan Feminisme

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

2 Juni 2025
Teknologi Asistif

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji Pengabdi Setan

    Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Ekonomi dan Sosial dalam Ibadah Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal
  • Ragam Pendapat Ahli Fiqh tentang Aurat Perempuan
  • Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina
  • Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn
  • Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID