• Login
  • Register
Senin, 8 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Jenuh: Refleksi atas Hidup Seorang Anak Perempuan

Suatu waktu saya sadar ketika hidup ini hanya titipan Tuhan, seketika itu saya berpikir bahwa tidak perlu ada yang diperjuangkan mati-matian untuk mengejar dunia, apapun itu

Muallifah Muallifah
28/06/2021
in Personal
0
Hidup

Hidup

119
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Suatu waktu saya sadar ketika hidup ini hanya titipan Tuhan, seketika itu saya berpikir bahwa tidak perlu ada yang diperjuangkan mati-matian untuk mengejar dunia, apapun itu. Barangkali ini juga peringatan bahwa kita tidak akan mati karena kelaparan, sebab Tuhan akan memberikan rezeki pada umatnya, asal kan ia mau dan mampu berusaha.

Seandainya keyakinan itu melekat dalam diri dengan menegasikan usaha/ikhtiar. Barangkali kita sudah ingkar terhadap Tuhan yang sudah memberikan segala kemampuan yang ada dalam diri. Tugas kita berusaha, menggali potensi itu untuk terus survive hidup. Sesederhana itu. Keinginan untuk hidup mewah, kaya dan bergelimang harta itu adalah perkara lain. Ini yang harus diingat.

Ngomong-ngomong persoalan jenuh, setiap diri kita akan mengalami fase ini. Tidak peduli ia adalah orang kaya, miskin, bergelimang harta ataupun tidak, jenuh itu seperti sunnatullah yang dialami setiap manusia. Tapi cara mengusir kejenuhan setiap orang berbeda. Saya misalnya. Seketika jenuh datang, saya harus sibuk, melakukan berbagai kegiatan untuk mengusirnya. Teman saya justru mengusirnya dengan kulineran, ada lagi sahabat saya mengusir kejenuhannya dengan baca buku yang begitu banyak. Apapun itu, yang penting tidak menyakiti orang lain.

Pernah juga suatu waktu ada yang bercerita soal kehidupannya tentang pengalaman menjadi anak perempuan yang lahir di desa. Namanya desa, ya tetaplah desa. Katanya ia jenuh berpetualang menjadi perempuan, padahal karirnya begitu bagus, gajinya lebih dari UMR kota X. Ia berkata, lingkungan ini tidak adil terhadap dirinya sebagai perempuan. Masak iya, seketika ibunya menelpon untuk pulang ke rumah, ternyata dua hari menjelang kepulangan, ada proses lamaran. Ia kaget bukan main, seperti tertabrak mobil tapi tidak berdarah, katanya.

Tapi kesalahan fatal teman saya ini, ia pernah berjanji kepada ibunya bahwa ia siap dinikahi dengan siapapun asal ia diberi kebebasan untuk menempuh pendidikan, bekerja sesuai keinginannya, serta berbagai perundingan lainnya dengan sang ibu. Akhir kisah, hiduplah teman saya ini sebagai perempuan yang berdikari, seluruh kehidupannya ia dedikasikan untuk mengembangkan diri, bekerja sesuai dengan potensi yang dimiliki, alih-alih berdikari, ternyata tetap saja. Sebagus apapun karir perempuan masih dibelenggu persoalan perjodohan ini.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Begini Cara Menghalau Kegamangan Pra Nikah Menurut Bu Nyai Badriyah (1)
  • 3 Tahapan Prosesi Pernikahan Menurut Ulama KUPI
  • Cara Memilih Pasangan Menurut Bu Nyai Badriyah Fayumi
  • 5 Tujuan Utama Pernikahan Menurut Bu Nyai Badriyah Fayumi

Baca Juga:

Begini Cara Menghalau Kegamangan Pra Nikah Menurut Bu Nyai Badriyah (1)

3 Tahapan Prosesi Pernikahan Menurut Ulama KUPI

Cara Memilih Pasangan Menurut Bu Nyai Badriyah Fayumi

5 Tujuan Utama Pernikahan Menurut Bu Nyai Badriyah Fayumi

Usut punya usut, ternyata ibunya kerapkali mendapat omongan tidak baik dari para tetangga, kata mulut tetangga itu, percuma anak perempuan itu sukses kalau belum menikah. Ini aib! Dan pilihan untuk menikahkan anak perempuannya adalah pilihan yang diambil. Saya merasa kasihan jika teringat tentang pembicaraan malam itu dengan teman saya ini. Mau tidak mau, ia menerima pilihan ibunya, kesiapan mental atau batin untuk menjadi istri tidak mudah, jenuh dengan kondisi demikian itu pasti. Untungnya ia tidak bunuh diri, katanya apapun yang menjadi takdir hidup, harus diterima dengan lapang.

Jika dipikir-pikir, cerita semacam ini saya juga punya. Sepertinya kisah saya masih lebih baik dengan kehidupan teman saya itu. Suatu waktu saya terlibat perdebatan panjang dengan ibu. Topiknya sama, tentang pernikahan dan perjodohan. Kata ibu, malu sama tetangga punya anak gadis yang selalu ngejar sekolah. Tidak selesai-selesai, sekolah terus, katanya.

Saya masih ingat ketika ibu sempat meneteskan air mata, ketika meminta saya untuk segera menikah. Ah rasanya memang sangat membosankan hidup terlahir sebagai perempuan. Pikir saya. Dengan kejenuhan yang tercipta sebab peristiwa itu, saya masih ingat menyusuri jalan membawa motor beat hitam tanpa helm, di tengah jalan hujan begitu deras, saya menangis begitu serius dibawah hujan dan petir, sembari saya lihat banyak sekali orang-orang berteduh. Saya tidak peduli waktu itu seandainya saya keserempet mobil ditengah hujan, na’udzubillah.

Peristiwa itu mengingatkan saya film-film Bollywood. Sewaktu kecil saya bermimpi untuk mengendarai motor di bawah rinai hujan, sambil menangis supaya tidak terlihat orang. Pikirku kejadian itu asyik, ternyata nggak sama sekali! Mata saya sakit, tubuh kedinginan, dan pulangnya demam berhari-hari. Saya berharap momen itu tidak terulang lagi dalam hidup. Cukup itu saja. Perlahan saya menciptakan komunikasi intens dengan ibu, persoalan pernikahan, rencana ke depan serta rencana-rencana baik lainnya. Saya mengusir kejenuhan itu dengan cara tidak baik, tolong jangan ditiru!

Bagi saya, seorang ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, terkhusus bagi anak perempuannya. Yang terpenting adalah ketika mengalami persoalan pelik demikian, kita tidak kabur. Apalagi sebagai perempuan yang tumbuh dengan pengetahuan, dan mendapat akses penuh pendidikan. Maka menyelesaikan permasalahan, menjadi problem solver dalam setiap persoalan kiranya penting untuk kita lakukan.

Persoalan jenuh dengan berbagai sisi kehidupan yang dijalani, itu pasti. Keluar dari kejenuhan dengan terus mengupayakan hal positif adalah pilihan kita, pilihan sebagai perempuan, dan sebagai manusia yang dipilih oleh Tuhan untuk memilih jalan hidup mana yang terbaik untuk dilalui. []

Tags: Anak PerempuanHidupkehidupanKesehatan MentalmanusiaperempuanPerjodohanpsikologiPsikologi RemajaSelf Love
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Perkawinan Anak

Ketika Perkawinan Anak Terjadi, Kita Bisa Apa?

5 Agustus 2022
Stigma Negatif

Stigma Negatif dan Keberanian Seseorang Datang ke Psikiater

4 Agustus 2022
Warna Kepribadian

Warna Kepribadian: Apakah kamu Cewek Kue, Cewek Bumi, atau Cewek Mamba?

3 Agustus 2022
Menolak Lamaran

Menolak Lamaran Bukan Hal yang Memalukan Bestie!

2 Agustus 2022
kebenaran tunggal tentang perempuan

Kebenaran Tunggal Tentang Perempuan Itu Sudah Dihapuskan

1 Agustus 2022
Lagu Tutur Batin

Lagu Tutur Batin: Aku Tak Perlu Sempurna

30 Juli 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • tujuan pernikahan

    5 Tujuan Utama Pernikahan Menurut Bu Nyai Badriyah Fayumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Santunan Anak Yatim Piatu dan Privasi yang Perlu Kita Jaga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Istilah Extend di Dunia Kerja, dan Payung Hukum yang Menaunginya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cara Memilih Pasangan Menurut Bu Nyai Badriyah Fayumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ekofeminisme dan Tuhan yang Feminin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Begini Cara Menghalau Kegamangan Pra Nikah Menurut Bu Nyai Badriyah (1)
  • Ekofeminisme dan Tuhan yang Feminin
  • 3 Tahapan Prosesi Pernikahan Menurut Ulama KUPI
  • Bagaimana Kita Bisa Menakar Harga Mahar?
  • Cara Memilih Pasangan Menurut Bu Nyai Badriyah Fayumi

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist