• Login
  • Register
Selasa, 8 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Jika Orang Tuamu Toxic, Lakukan Tiga Hal Ini!

Diana Manzila Diana Manzila
24/09/2020
in Keluarga, Kolom
0
435
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sering sekali kita denger nasehat “Bersikap yang baik donk, sopan, itu orang tuamu lho” hanya karena kita berbeda persepsi dan mencoba membenarkan pola sikap yang keliru dari orang tua kita, atau juga, “Maklumilah itu orang tua pasti menginginkan hal yang bener, denger aja bentakan-bentakan mereka, yang mereka inginkan baik kok.” Jika kamu para pembaca pernah mengalami hal serupa jangan pernah takut bersikap dan bilang “NO” pada “Toxic Parent” dan keluar dari lingkaran setan.

Apa sih Toxic Parent? Mungkin gak sih orang tua melakukan hal yang disebut Toxic atau racun pada anaknya? Well, pola asuh yang selalu melekatkan kebenaran hanya pada pada orang tua, tidak menghormati dan memperlakukan anaknya sebagai individu, bahkan melakukan kekerasan verbal anak hingga merusak kesehatan mental yang bersangkutan bisa disebut “Toxic Parent”.

 Toxic Parent sering kali ditengarai dengan sikap yang acapkali mencari kesalahan anak, dan jarang memberikan apresiasi pada pencapaian anak. Memiliki hobi marah pada hal-hal sepele, dan yang lebih parah lagi, sering mempermalukan anak di depan umum.

Ciri-ciri umum lainnya, adalah sering membanding-bandingkan dan menjadi “Rentenir”. Rentenir yang di maksud adalah selalu mengungkit jasa-jasa orang tua untuk dibayar atau sebagai tameng kekuatan orang tua guna menggiring cita-cita anak sesuai keinginannya, contoh: “Aku sudah membesarkanmu sampai saat ini, banyak uang yang aku habiskan buat sekolahmu, harusnya kamu… bla bla bla”.

Tentu tidak juga kita menghapus jasa-jasa orang tua dalam membesarkan dan memberi fasilitas yang memadai, namun kita patut waspada dengan dan mengenali sikap “racun” yang diberikan oleh orang tua. Dampaknya sangat buruk jika seseorang yang memiliki “Toxic Parent” lalu tidak bisa berdamai dan masuk ke dalam lingkaran setan.

Baca Juga:

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

Surat yang Kukirim pada Malam

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Apa itu lingkaran setan efek dari “Toxic Parent”? Jika dia seorang penurut, maka dia akan menekan kemauannya sedalam mungkin untuk membahagiakan orang tua dan hal tersebut jelas tidak baik untuk pertumbuhan anak di masa depan . Atau pilihan kedua kelak dia akan menerapkan pola yang sama dan akan menjadi monster pada generasi berikutnya.

Jelas, kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim mana dan oleh orang tua siapa? Namun kita memiliki pilihan untuk memutus mata rantai setan dari dampak “Toxic Parent” dalam lingkungan kita, jika kamu mengalaminya maka lakukan beberapa hal dibawah ini;

  1. Berdamai dengan Keadaan

Depresi yang berkepanjangan akibat hidup dalam lingkungan yang “Toxic” menjadikan kita sulit untuk melakukan hal ini. Berdamai dengan keadaan bukan berarti memaklumi tindakan yang nggak baik, namun menerima orang tua apa adanya akan membuat anak lebih ringan untuk menentukan sikap baik dan buruk. Berusaha untuk mengubah mereka hanya akan membuat pikiran kita lelah dan menguras tenaga pun juga emosi kita. Mengubah seseorang adalah hal yang mustahil dilakukan.

  1. Menyadari Batasan Orang Tua dan Anak

Kendati berasal dari darah yang sama dan lahir dari rahim orang tua, kenali batasan hubungan orang tua dan anak. Orang tua dan anak adalah individu yang berbeda, memiliki pikiran dan kemauan yang tak sama. Kenali batasan dan mulailah menghargai pendapat yang berbeda.

Berani berkata “Tidak” pada pilihan kita sangat penting dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang tua. Berani bertanggung jawab pada pilihan yang dianggap benar. Karena tidak semua hal dalam kehidupan anak harus diatur sesuai kehendak orang tua, keduanya adalah individu yang berbeda.

  1. Mencari Sistem Pendukung

Mencari sistem pendukung atau yang lebih kita kenal dengan supporting system sangat penting dalam kehidupan kita. Mulailah mencari teman atau lingkaran yang baik dan sehat untuk mensupport pilihan-pilihan dalam hidupmu. Sahabat dan lingkungan yang sehat akan meminimalisif efek “Toxic Parents” dengan memberi dukungan yang membuat kita bisa bernafas dan lepas dari lingkaran setan, berceritalah dan saling berbagi apa yang kita alami, agar menjadi tahu apa yang baik dan tidak dalam hidup ini. []

 

Tags: keluargaorang tuapola asuh anakToxic Relationship
Diana Manzila

Diana Manzila

Perempuan yang memiliki dua anak, Pegiat Perempuan Bergerak dan Gubuktulis di Malang

Terkait Posts

Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Ulama Perempuan

    Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kasih Sayang Seorang Ibu
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?
  • Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID