• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Jodoh adalah ‘Cerminan Jiwa’ Seutuhnya, Benarkah?

Jodoh memang sering hadir sebagai cerminan jiwa, namun terkadang juga hadir sebagai penyempurna kekurangan atau justru cobaan

Moh. Jamalul Lail Moh. Jamalul Lail
04/11/2023
in Hikmah
0
Jodoh

Jodoh

969
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi ‘jodoh’ merujuk pada dua insan yang saling cocok sehingga menjadi sepasang suami-istri. Dalam hal ini, unsur kecocokan menjadi aspek kunci untuk dapat berjodoh. Demikian pula, Islam menganjurkan untuk memilih pasangan yang sekufu/sepadan (kafa’ah). Menurut riwayat shahih dari Abu Hurairah, kesepadanan biasanya terukur dari kekayaan, paras rupa, kedudukan nasab maupun kedalaman ilmu agama.

Lebih jauh, masyarakat Jawa biasa menyebut pasangan dengan sebutan Garwa, akronim dari frasa sigaraning nyawa (belahan nyawa/jiwa). Konsekuensinya adalah bahwa setiap mereka yang berjodoh, berarti identik dalam banyak hal, baik secara lahir maupun batin. Kecocokan tersebut kelak menumbuhkan ketentraman (sakinah) berlandaskan rasa cinta (mawadah) dan kasih sayang (rahmah) dalam berkeluarga. (Lihat: Surah Ar-Rum ayat 21).

Akan tetapi, faktanya pertalian cinta dua orang bisa kandas di tengah jalan karena berubahnya visi yang tak lagi sefrekuensi atau perihal lain yang tak bisa menyatu kembali. Lantas, apakah berarti ujar-ujar ‘jodoh adalah cerminan jiwa’ itu tak sepenuhnya benar? Pasalnya, mereka pernah berjodoh meski dalam tempo waktu tertentu.

Jika berpijak pada Surah An-Nur ayat 26, perempuan keji akan berpasangan dengan laki-laki yang keji. Begitu juga sebaliknya, perempuan baik akan berpasangan dengan laki-laki yang baik pula. Dengan kata lain, jodoh memang cerminan jiwa yang sepadan. Berdalih ayat ini, tak jarang para pemuda berlomba-lomba meningkatkan kualitas diri demi memperoleh jodoh yang sama-sama berkualitas.

Di sisi lain, kita tentu tak asing dengan figur Fir’aun, sosok tiran dari Mesir Kuno yang mengaku sebagai Tuhan. Ia justru beristrikan Asiyah, perempuan salihah yang memegang teguh keimanan pada Allah. Sementara Nabi Nuh, memiliki istri yang ternyata ingkar terhadap Allah. Kisah ketidakselarasan Nabi Nuh dengan istrinya tersebut terekam dalam firman Allah Surah At-Tahrim ayat 10.

Baca Juga:

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

Islam dan Persoalan Gender

Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

Kadang, Jodoh Hadir Sebagai Cobaan

ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَاَتَ نُوْحٍ وَّامْرَاَتَ لُوْطٍۗ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتٰهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا وَّقِيْلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِيْنَ

“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang kufur, yaitu istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah (tanggung jawab) dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu keduanya berkhianat kepada (suami-suami)-nya. Mereka (kedua suami itu) tidak dapat membantunya sedikit pun dari (siksaan) Allah, dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).”

Menurut Imam Al-Mawardi, para mufasir saling berselisih pendapat soal bentuk kekufuran istri Nabi Nuh dan Nabi Luth. Konon, keduanya mengkhianati suaminya (Nuh dan Luth) dalam hal keimanan dengan menjadi kafir atau munafik. Pendapat lain mengatakan bahwa keduanya kerap membocorkan wahyu (yang diterima suaminya) pada kaum musyrik sebagai bahan adu domba.

Sementara ketidakselarasan Fir’aun dengan istrinya terekam pada ayat selanjutnya yang berbunyi;

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ

“Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, yaitu istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”

Secara umum, Ibnu ‘Asyur memandang kedua ayat di atas sebagai simbol keikhlasan beriman dan kekuatan takwa. Di tengah misi dakwah pada umat, istri Nabi Nuh dan Nabi Luth hadir sebagai cobaan atas kerelaan dan keteguhan hati. Sama halnya, kehadiran Fir’aun juga menguji kesabaran dan kekuatan takwa Asiyah hingga terangkat derajatnya.

Beberapa figur dalam ayat tersebut di atas cukup menggambarkan bahwa karakter pasangan tak selalu sepenuhnya identik sehingga diperlukan sikap saling memahami. Jodoh memang sering hadir sebagai cerminan jiwa, namun terkadang juga hadir sebagai penyempurna kekurangan atau justru cobaan. []

Tags: al-quranislamJodohMerebut Tafsirsejarahtafsir al-quran
Moh. Jamalul Lail

Moh. Jamalul Lail

Penikmat dialog soal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Terkait Posts

Perempuan

Merebut Kembali Martabat Perempuan

13 Juli 2025
Narkoba

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

12 Juli 2025
Ayat sebagai

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

12 Juli 2025
Hak Perempuan

Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

12 Juli 2025
Setara

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

12 Juli 2025
Gender

Islam dan Persoalan Gender

11 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ayat sebagai

    Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID