• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Menikah Bukan Hanya Mau Enak Aja

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
25/02/2022
in Kolom, Personal
0
Menikah Bukan Hanya Mau Enak

Menikah Bukan Hanya Mau Enak

57
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pikiran sebagian orang menikah hanya mau cari enak. Padahal menikah bukan hanya mau enak aja, apalagi bagi yang ngebet nikah muda. Nikah muda, nikah dini atau istilah lain sejenisnya, semakin hari semakin marak. Dewasa ini, tidak hanya terjadi di kampung-kampung, melainkan merambah juga ke daerah perkotaan, basis utamanya dari kampus-kampus. Gejala ini tumbuh pesat di kampus-kampus; ITB, ITS, IPB atau kampus lainnya yang notabene menjadi aktivis mahasiswa-i Muslim. Di lain tempat banyak juga dari mereka yang saat ini sedang begitu menantikan momen istimewanya, menikah. Lantaran usianya kini terus menua, ada yang sudah berusia 30 tahun, 40 tahun dan seterusnya. Pikiran dan hati siapa yang tidak kalut ketika meratapi kenyataan di usia semapan itu masih belum nikah. Pusing, pusing dah! Hehe.

[baca: https://mubaadalahnews.com/2016/12/tips-cerdas-menggelar-walimatul-ursy-resepsi-pernikahan/ ]

Saya harus menyampaikan kepada semunya, tentang makna menikah. Menikah itu gampang, bahkan gampang banget. Gratis lagi. Yang bikin ribet itu kamu-kamu sendiri. Hehe. Nikah mesti serba wah. Nikah yang akan mengeluarkan begitu banyak uang. Cetak undangan saja mesti tebal seperti mahasiswa yang cetak skripsi. Hehe. Padahal menikah, hanya sekadar akad ijab kabul di kantor KUA kecamatan setempat. Dan itu, sekali lagi, gratis.

Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan berkenaan dengan konsekuensi daripada menikah. Bahwa menikah itu ibadah adalah benar. Menikah itu membawa rezeki adalah ya. Menikah itu penuh berkah, saya juga setuju. Tetapi mari kita maknai lebih dalam, bahwa menikah meniscayakan pembangunan rumah tangga. Ini yang tidak mudah. Membangun rumah tangga akan penuh masalah polemik, bahkan konflik.

[baca: https://mubaadalahnews.com/2016/11/memaknai-kembali-arti-setara-dalam-rumah-tangga/ ]

Baca Juga:

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

Dinamika Pasangan Suami Istri yang Baru Menikah

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

Biasanya, sebelum saya menulis catatan, saya lebih dahulu melempar pertanyaan kepada beberapa teman. Saya berharap ada yang merespon. Nah, dari respon itulah akan saya jadikan sampel, sekaligus untuk memperkuat argumen-argumen saya. Makanya ketika saya menulis, saya selalu berusaha melakukan riset kecil-kecilan terlebih dahulu. Termasuk bersumber dari kisah-kisah nyata.

Ketika ada orang yang bertanya: “Nikah itu enak nggak sih?” Hampir semua orang yang telah menikah akan menjawab: “Wah, enak, bahkan bukan hanya enak, tetapi nikmat sekali.” Saya malah punya jawaban lain, selain untuk ‘ngetes’ juga untuk memperkuat argumen. Saya biasa jawab: “Nikah itu nggak enak.” Tak berlangsung lama, siapa pun akan merespon dengan nada aneh, mempertanyakan, bahkan ada yang nggak terima, sambil ngomel-ngomel. Hehe.

Kenapa saya bilang nggak enak? Ya karena nikah bukan cari yang enak-enak. Kalau mau cari yang enak ya ke rumah makan. Hehe. Beneran, kalau mau cari enak, saran saya mending kalian jangan nikah. Nantinya malah menyesal. Menikah itu ibadah dan berkah, karena di dalamnya penuh tantangan dan masalah. Menikah menjadi sarana untuk menempa dan pendewasaan diri. Makanya kita akan mudah melihat suami-istri yang bercerai, karena harapan besarnya ‘mau cari yang enak’. Eh setelah menikah ‘yang enaknya nggak ada’ atau kalau ada pun cuma sesaat. Setelah itu bubar. Na’uzubillah.

Jadi, bagi saya, kalau yang dimaksud ‘enak’ itu ‘kebahagiaan’, maka kebahagiaan itu terletak pada hal-hal yang mungkin dianggap tidak enak. Seperti menemukan masalah demi masalah. Jadi di dalam ‘ketidakenakan’ sebetulnya mengandung kebahagiaan. Pasalnya, kalau sepasang suami istri menikah hanya karena mau cari yang enak, nantinya ribuuut mulu.

Sudah ya. Jadi, menikah itu bagian dari cara Allah untuk mendidik dan mendewasakan kita. Mendidik suami untuk menjadi sosok yang rendah hati. Mendidik istri yang juga bisa memahami. Mendidik suami dan istri yang saling memaklumi jika ada masalah, saling mengisi jika di antara satu sama lain terdapat kekurangan, saling menguatkan jika di antara salah satunya sedang melemah. Berikut juga jangan saling menyalahkan. Setiap ada masalah, selesaikan dengan musyawarah. Jangan mau menang sendiri. Ini, insya Allah nikah dan rumah tangga yang berkah. Wallahu a’lam.

Tags: Kalau cuma mau enak jangan menikahmebengun keluargamenikahnikah itu enak
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID