• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kasus Sopiyah Meyakinkan Kita bahwa Budaya Patriarki Merugikan Perempuan

Dari kasus Sopiyah ini, kita bisa melihat betapa merugikannya budaya patriarki. Budaya ini sudah sejak lama membuat kotak-kotak pemisah antara laki-laki dan perempuan. Termasuk dalam hal pekerjaan.

Miranti Miranti
03/07/2024
in Publik
0
Sopiyah
1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa waktu yang lalu, For Your Page TikTok ku isinya tentang perjuangan Sopiyah, perempuan asal Indramayu yang melakukan berbagai cara untuk mendapatkan pekerjaan. Bahkan saking kehabisan cara, ia terpaksa untuk menyamar sebagai seorang laki-laki.

Dalam podcastnya di YouTube Dedy Corbuzier, Sopiyah menyampaikan bahwa sudah bertahun-tahun ia mencari pekerjaan, tapi karena dia perempuan, seringkali dia ditolak karena dianggap lemah dan tidak mampu bekerja.

Bahkan karena ia berambut panjang, orang-orang di sekitarnya selalu menganggap bahwa Sopiyah tidak layak untuk bekerja, apalagi bekerja sebagai kuli bangunan. Sebab itu lah, akhirnya ia memutuskan untuk potong rambut dan mengubah penampilannya seperti laki-laki.

Hal ini ia lakukan bukan tanpa alasan, Sopiyah ingin mendapatkan pekerjaan. Karena ia adalah tulang punggung keluarga. Ia harus membiayai ibunya yang sakit dan juga adik-adiknya. Sementara ayahnya sudah lama pergi entah kemana.

Selama berpenampilan seperti laki-laki pada umumnya, akhirnya ia diterima untuk bekerja sebagai kuli bangunan. Setiap hari Sopiayh mengangkat semen dan memecahkan batu besar. Meski beresiko, ia tetap bertahan dan melakukan pekerjaan tersebut, demi memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Patriarki Membuat Pekerjaan Menjadi Berjenis Kelamin

Dari kasus Sopiyah ini, kita bisa melihat betapa merugikannya budaya patriarki. Budaya ini sudah sejak lama membuat kotak-kotak pemisah antara laki-laki dan perempuan. Termasuk dalam hal pekerjaan.

Masyarakat kita sudah terbiasa melekatkan pekerjaan tertentu pada salah satu jenis kelamin. Misalnya, pekerjaan publik (termasuk kuli bangunan) untuk laki-laki, sementaraan pekerjaan domestik (memasak, mencuci, dan lain sebagainya) merupakan pekerjaan perempuan.

Di sisi lain, budaya patriarki juga sudah sejak lama membedakan kekuatan laki-laki dan perempuan. mereka seolah-olah punya kapasitas yang berbeda. Sehingga masyarakat merasa perlu untuk menempatkan perempuan dan laki-laki dalam kotak pekerjaan yang berbeda.

Sebab itu lah, mengapa Sopiyah dianggap lemah dan tidak mampu ketika dia melamar dengan gaya rambut panjang dan pakaian feminim, persis seperti meyoritas perempuan pada umumnya di Indramayu.

Tetapi hal ini berbanding terbalik ketika Sopiyah mengubah penampilannya seperti laki-laki. Bos bangunan dan juga orang-orang yang bekerja di sana, lansung menerimanya untuk bekerja.

Dari sini kita bisa melihat bahwa seolah-olah penampilan fisik yang bersifat feminim (rambut panjang dan pakaian perempuan) merupakan penampilan yang tidak mampu bekerja di wilayah publik, dalam hal ini kuli bangunan.

Hal yang sama juga dialami oleh laki-laki. Ketika ia memutuskan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik, ia akan diragukan kelelakiannya. Singkatnya kayak kurang laki gitu.

Semua Pekerjaan itu Baik

Padahal, semua pekerjaan itu baik dan bisa semua orang baik laki-laki perempuan lakukan, asal ia punya kapasitas untuk melakukannya.

Bahkan dalam hal pekerjaan, dalam beberapa hadis Nabi Saw menyebutkan bahwa: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”.

Itu artinya, Allah Swt sangat mengapresiasi laki-laki dan perempuan yang berjuang mencari nafkah untuk mempertahankan kehidupannya sendiri beserta keluarganya.

Hal yang sama juga Allah Swt sampaikan dalam salah satu firmannya, yaitu al-Qur’an Surat al-Mulk ayat 15 yang berbunyi:

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Artinya: “Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya.” (QS. al-Mulk ayat 15).

Ayat di atas, jelas bahwa Allah memerintahkan pada seluruh makhluknya untuk bergerak mencari rezeki, supaya bisa bertahan hidup. Karena itu, pekerjaan apapun selagi itu halal dan mampu mengantarkan pada jalan kebaikan, laki-laki dan perempuan berhak untuk mengaksesnya.

Jangan halangi keduanya dari akses pekerjaan, apalagi hanya dengan alasan ia terlahir sebagai perempuan. []

Tags: BudayakasusMerugikanPatriakiperempuanSopiyah
Miranti

Miranti

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version