Mubadalah.id – Seiring dengan berkembagnya zaman banyak sekali perempuan yang mengambil peran dalam bermacam bidang kehidupan. Tidak sedikit perempuan yang sadar bahwa menjadi pribadi yang mandiri adalah sebuah kebutuhan.
Bagaimanapun jika kita lihat dari berbagai macam kasus KDRT yang bertebaran di media sosial. Misal, perempuan itu sudah disakiti, namun ia tidak berani berbicara. Akhirnya ketika sadar bahwa bakal ada perceraian, tetapi dia kembali berpikir ulang bagaimana jika hidup tanpa seorang suami? Bagaimana dia akan melanjutkan hidup bersama anaknya?
Dari kasus-kasus itu menjadi tamparan keras bagi kita bahwa menjadi perempuan mandiri itu adalah sebuah kebutuhan. Kini, perempuan-perempuan mandiri, berdaya, dan berpotensi tinggi dikenal sebagai “perempuan berdaya.” Terdapat tantangan tersendiri di balik keberhasilan yang mereka raih, terutama dalam menghadapi stereotip laki-laki.
Mengatasi Stereotip Laki-laki
Perempuan yang mandiri harus menghadapi stereotip laki-laki yang menganggap bahwa perempuan yang mandiri itu “terlalu ambisius, terlalu keras” yang dapat mengintimidasi atau mengurangi ketertarikan laki-laki.
Tidak dapat kita pungkiri, hal itu terbukti ketika saya berteman dengan perempuan mandiri dan ia memiliki semangat terus menggali potensi diri, serta cenderung tidak didekati oleh laki-laki. Dan saya pernah bertanya juga kepada teman laki-laki, mengapa perempuan yang mandiri cenderung tidak ada yang mendekati? Jawabannya, “insecure karena terlalu mandiri.”
Jika semua laki-laki memiliki anggapan yang sama akan membuat para perempuan untuk menahan diri dalam mengembangkan potensi diri atau bahkan lebih mandiri.
Seharusnya, jika kita melihat dari sisi kaca sebuah pernikahan atau hubungan dengan memiliki pasangan yang dapat saling berkontribusi, maka akan muncul sebuah ketenangan dan kebahagiaan tanpa adanya tumpang tindih di antaranya. Misal dalam rumah tangga jika kita mengandalkan laki-laki saja dalam urusan mencari nafkah tentu akan keberatan bagi kaum laki-laki bukan?
Tantangan Perempuan Mandiri dalam Hubungan
Tantangan ini dapat memunculkan sebuah pertanyaan sejauh mana individu harus mengorbankan diri memenuhi ekspektasi sosial atau budaya. Dalam agama Islam posisi antara perempuan itu di mata Tuhan sama, yang membedakan adalah ketakwaannya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat:13)
Tafsiran ayat menurut Tafsir Quraish Shihab Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dalam keadaan sama, dari satu asal: Adam dan Hawâ’. Lalu kalian Kami jadikan, dengan keturunan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal dan saling menolong.
Sesungguhnya orang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Allah sungguh Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha Mengenal, yang tiada suatu rahasia pun tersembunyi bagi-Nya.
Inspirasi dan Perubahan
Meskipun menghadapi stereotip laki-laki adalah tantangan tersendiri, banyak perempuan yang menjadikannya sebagai inspirasi dan motivasi. Mereka beranggapan bahwa menjadi perempuan yang mandiri tidak harus mengancam kesejahteraan pribadi.
Dengan demikian banyak perempuan yang memilah dan memilih pasangan hidup yang memiliki visi misi yang serupa. Yang akhirnya memunculkan kesejahteraan dalam bahtera rumah tangga. Perempuan mandiri harus memilih pasangan yang mau tumbuh dan berkembang bersama.
Laki-laki atau perempuan memiliki peran penting dalam perubahan sosial dan budaya. Mereka keduanya memiliki tugas menyingkirkan stereotip yang lama. Sehingga kita harus mempengaruhi anak muda agar mau berkembang dan berambisi dalam merajut asa tanpa memandang gender. Karena dalam mewujudkan masyarakat yang adil secara hakiki perlu adanya sinergi dan kolaborasi antara keduanya.
Dari paparan di atas, saya memiliki pesan untuk para perempuan, di manapun kalian berada, teruslah semangat menjadi pribadi yang mandiri, berdaya, dan memiliki potensi. Jangan khawatirkan tentang pasangan yang akhirnya membuatmu tidak ingin maju. Percayalah dari perempuan yang mandiri akan lahir generasi-generasi yang dapat berkontribusi untuk negeri. []