Mubadalah.Id– Berikut ini adalah penjelasan terkait kekerasan dalam pacaran. Islam memang tidak mengenal istilah Pacaran, Allah swt menjadikan perbedaan diantara laki-laki dan perempuan sebagai sebuah anugerah agar kita saling mengenal. Hal ini terekam jelas dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Namun menurut beberapa orang, pacaran dijadikan dalih bagian dari upaya untuk saling mengenal.
Dalam pandangan agama, seperti dijelaskan Prof. Quraish Shihab dalam serial Narasi TV Shihab dan Shihab, diterangkan bahwa manusia diperbolehkan untuk mengenal calon pasangannya melalui perkenalan bukan pacaran.
Melakukan pertemuan dengan didampingi keluarga misalnya atau saling mengenal melalui telepon selagi tidak melanggar batas-batas agama. Terlebih lagi pasangan yang dimaksud disini juga sudah jelas, yakni sesorang yang akan dijadikan calon suami atau isteri, bukan pacar yang tidak jelas statusnya.
Pacaran marak dilakukan oleh muda-mudi di usia sekolah dan seringkali melanggar batas-batas agama sehingga menimbulkan lebih banyak mudhorot daripada manfaat. Coba kita tengok berita yang terjadi Agustus 2019, seorang pria asal Flores menganiaya kekasihnya lantaran ia diputus cinta. Selanjutnya di bulan Oktober di tahun yang sama, seorang pria asal Gorontalo memukul pacaranya hingga babak belur karena cemburu buta, serta masih banyak lagi berita mengerikan yang serupa.
Kebanyakan korban kekerasan dalam pacaran adalah perempuan. Diantara mereka yang menjadi korban, banyak yang takut untuk bersuara, entah karena malu atau takut dengan ancaman yang akan datang.
Menurut data Catatan Tahunan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang dirilis pada tanggal 6 Maret 2019 pengaduan kasus kekerasan dalam pacaran ke institusi pemerintah mengalami peningkatan (1750 dari 2073 kasus). Menempati urutan kedua setelah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Relasi dalam pacaran tidak memiliki payung hukum. Hal ini mengakibatkan korban tidak dapat menyelesaikan kasusnya ke jalur hukum. Oleh sebab itu mari kita kenali bersama berbagai bentuk kekerasan dalam pacaran.
Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran meliputi : Kekerasan emosional yang berupa menghina, mencaci maki, mengabaikan perasaan pasangan, berbohong dan membatasi aktivitas pasangan. Kemudian kekerasan fisik seperti memukul, mengguncang, melemparkan barang ke pasangan, menggigit, mendorong dan mengunakan senjata untuk menyarang pasangan.
Tidak hanya itu, bentuk kekerasan dalam pacaran juga bisa berupa kekerasan seksual, yaitu paksaan untuk melakukan hubungan seksual baik dengan menggunakan alat kontrasepsi ataupun tidak.
Jika seseorang memilih pacaran, penting untuk melihat bagaimana relasi dalam hubungan itu. Apakah mereka mengalami kekerasan dalam pacaran tersebut? Mari kita berefleksi diri, rangkul mereka yang mengalami kekerasan, dengarkan ceritanya, berhenti menyalahkan dan berilah kekuatan.
Demikian penjelasan terkait kekerasan dalam pacaran. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Kekerasan dalam Pacaran dan Sulitnya Korban Mendapat Keadilan]