• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (1)

Keluarga Ibrahim, Hajar dan Ismail terus berjalan dalam semangat berjuang menegakkan agama Allah

Redaksi Redaksi
12/08/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Keluarga Satu Visi

Keluarga Satu Visi

237
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menjelaskan bahwa keluarga satu visi ala Nabi Ibrahim As bukanlah hal yang terjadi begitu saja.

Tetapi, lanjut Bu Nyai Badriyah, ada proses panjang, ada ikhtiar manusia, ada keyakinan kuat, ada perjuangan melawan godaan, dan ada takdir Tuhan di sana.

Lahirnya Ismail, seorang Putra yang “halim” (sangat santun dan sabar) adalah buah dari penantian panjang Nabi Ibrahim. Namun ujian ini rupanya terus Allah berikan.

Saat masih bayi, Bu Nyai Badriyah menceritakan, ayah dan anak mesti terpisah karena keadaan. Hajar dan Ismail pun harus berjuang sangat berat untuk mempertahankan hidup di gurun pasir yang tandus.

Keyakinan sang ayah bahwa kedekatan dengan Baitullah akan menjadikan semua baik-baik saja menjadi api yang terus menyalakan semangat hidup Hajar-Ismail.

Baca Juga:

Surat yang Kukirim pada Malam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Di atas kesamaan keyakinan dan kepasrahan pada Allah itulah kehidupan yang tak mudah terus dijalani.

Keluarga Ibrahim, Hajar dan Ismail terus berjalan dalam semangat berjuang menegakkan agama Allah.

Ibrahim terus membina keluarga kecilnya dengan dua, contoh nyata, dan pelibatan anak dalam perjuangan. Dalam doa-doa Nabi Ibrahim, selalu menyebutnya sebagai anak keturunannya.

Sebagai contoh, mari kita baca al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 124:

وادْبتلى ابرا هيم ربه بكلمة فاْتمهن قال انى دجا علك للناس اما ما قال ومن دْريتى قال لاينال عهدى الظا لمين

Artinya : “Dan ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, kemudian dia dapat menyempurnakannya, dia Allah berkata sesungguhnya Aku Menjadikanmu Imam bagi umat manusia.

Dia Ibrahim berkata dua dan dari anak keturunanku semoga engkau juga menjadikannya Imam. Dia Allah berkata dua janjiku tidak mengenal orang-orang yang dzalim.” (Rul)

Tags: alaislamistrikeluargamenikahNabi Ibrahim ASsatusuamivisi
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID