• Login
  • Register
Kamis, 17 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Keluarga: Support Sistem Perempuan Berkarya

Nur Fitriani Nur Fitriani
04/08/2020
in Keluarga, Pernak-pernik, Personal
0
Ilustrasi NBU

Ilustrasi NBU

133
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Bulan syawal telah berlalu, bulan dimana banyak sekali dilangsungkannya pernikahan. Lalu ada apa setelah menikah? Menikah adalah sebuah keputusan hidup yang sakral, karena kamu akan memulai hidup baru dengan pasanganmu, dimanapun kamu tinggal, baik rumah sendiri, kontrakan, kos-kosan, bahkan rumah orangtua, semuanya akan memulai hidup baru.

Coba perhatikan teman-temanmu yang sudah menikah, atau bahkan kamu sendiri sudah menikah? Adakah perubahan yang sangat jauh antara sebelum dan sesudah menikah? Misalnya dulu ketika masih single bisa nongkrong barsama teman-teman, ikut diskusi hingga larut malam, bisa pergi keluar kota, kemudian setelah menikah ada yang tidak diperbolehkan nongkrong sama teman-teman, tidak boleh pergi keluar kota. Semua bisa saja berubah setelah menikah, mengapa hal itu terjadi?

Setelah menikah kehidupan akan berubah, perempuan yang sudah menikah diharuskan memiinta izin pasangan dalam berkegiatan. Selain tentang perizinan, ada juga skala prioritas, bagi kamu yang sudah berkeluarga tentu keluarga mendapatkan skala prioritas tinggi, tapi yang akan kita bicarakan saat ini bukan tentang izin dan prioritas dalam keluarga, tapi bagaimana perempuan masih mempunyai kesempatan berkarya ditengah kehidupan barunya, terlebih praktik patriarkal masing kental di Indonesia.

Jika pasangan meyakini keadilan gender, tapi keluarga patriarkis, yaa masih sulit juga, terlebih jika pasangan yang patriarkis maka akan semakin susah. Ada beberapa dampak praktik patriarkal yang akan dirasakan perempuan ketika sudah menikah, seperti; keharusan mengurus suami mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, menyiapkan pakaian yang akan dipakai, menyiapkan makanan dan lain sebagainya yang harus disiapkan oleh perempuan, lalu jika istri pergi keluar kota dianggap malalaikan kewajiban karena tidak menyiapkan keperluan suami sehari-hari, hal ini tidak akan berlaku jika suami memberikan kebebasan untuk istri.

Tapi jika kamu tinggal bersama dengan anggota keluarga lainnya dan keluarga masih menyakini nilai patriarki, maka kamu tidak akan bisa mengabaikan hal itu. Selanjutnya kewajiban mengurus dan mengasuh anak yang ditanggung sepenuhnya oleh istri, jika anak sakit dianggap ibu nya tidak bisa merawat anak dengan baik, padahal tugas mengasuh dan merawat anak adalah tugas ayah dan ibu.

Baca Juga:

Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

Kemudian keharusan membersihkan dan merawat rumah dibebankan kepada perempuan sepenuhnya, bukankah seharusnya seluruh anggota rumah mempunyai tanggung jawab untuk merawat dan membersihkan rumah karena ikut serta tinggal, lalu kenapa harus dibebankan pada perempuan?

Keharusan itu secara tidak langsung diajarkan sejak kecil, sehingga masih banyak keluarga yang meyakini nilai-nilai patriarki, meskipun pasangan kamu menolak nilai patriarki tapi belum tentu keluarganya bersikap demikian bukan? Itulah beberapa hal yang menghambat perempuan untuk berkarya. Bukankah dalam Al-Quran mengharuskan laki-laki dan perempuan untuk saling bekerjasama dan tolong menolong?

Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, adalah saling menolong, satu kepada yang lain; dalam menyuruh kebaikan, melarang kejahatan, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan dirahmati Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Bijaksana (QS. At-Taubah [9]: 71)

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan atas nama-Nya kamu saling berbagi dan saling menjaga silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu (QS. An-Nisaa’ [4]; 1)

Bekerjasama dan tolong menolong dalam rumah tangga akan sangat membantu baik suami maupun istri, jika keharusan mengurus suami dari bangun tidur hingga tidur lagi dirubah menjadi saling tolong menolong dalam keseharian maka akan berbeda pengaplikasiannya, jika istri dalam kondisi tidak mampu maka tidak ada pemaksaan, maka sebaliknya suami lah yang menolong istri.

Mengasuh dan mengasihi anak secara bersama-sama, tidak hanya dibebankan pada istri. Dengan saling menghargai dan menolong satu sama lain, serta bekerjasama maka baik suami maupun istri akan mempunyai kesempatan untuk tetap berkarya setelah menikah dengan saling memberi dukungan. Terutama bagi istri, dukungan adalah hal yang sangat penting untuk tetap berkarya ditengah kentalnya budaya patriarki.

Maka, kesuksesan perempuan tidak hanya dilihat dari karir, kesuksesan itu relatif tergantung individu masing-masing. Begitupun dengan berkarya, seseorang bisa berkarya di perusahaan tempat bekerja, bisa berkarya dari rumah dan dimanapun, berkarya tidak pernah terbatas ruang dan waktu.

Tapi untuk mencapai itu semua, ditengah budaya patriarki, perempuan harus mendapat dukungan dari keluarga terutama pasangan. Kebebasan dasar yang harus didapatkan adalah kebebasan berpendapat, yakni kamu mampu menyampaikan pendapatmu kepada pasangan tanpa ada beban dan rasa takut, diajak berdialog dua arah dan musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama. []

Nur Fitriani

Nur Fitriani

Nur Fitriani merupakan magister UIN Malang. Gadis asal Pasuruan ini memiliki mimpi yang sangat sederhana, ingin bermanfaat untuk orang banyak, dan ingin ikut andil dalam perubahan yang berkeadilan jangka panjang. Saat ini dirinya menjadi anggota komunitas menulis Puan Menulis.

Terkait Posts

Merendahkan Perempuan

Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

16 Juli 2025
Fitnah

Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?

16 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
trafficking

Trafficking adalah Wajah Baru dari Perbudakan

16 Juli 2025
Trafficking

Trafficking dan Dosa Kemanusiaan

16 Juli 2025
Perkosaan

Mengapa Kasus Perkosaan Terhadap Perempuan Masih Sering Terjadi?

15 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Representasi Difabel

    Dari Layar Kaca ke Layar Sentuh: Representasi Difabel dalam Pergeseran Teknologi Media

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit
  • Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?
  • Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan
  • Trafficking adalah Wajah Baru dari Perbudakan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID