• Login
  • Register
Senin, 20 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah

Kemampuan Menalar Manusia

Nur Rofiah Nur Rofiah
26/08/2020
in Khazanah, Kolom, Personal
0
123
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Menalar adalah kemampuan khas yang dimiliki manusia sebagai makhluk yang berakal. Akal adalah alat. Menalar adalah fungsinya. Alat tidak berfungsi secara otomatis. Harus diasah dan dijaga agar bisa berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan Penciptanya. Kalau tidak, ia bisa rusak tak berfungsi atau bahkan malfungsi (salah fungsi) sesuai dengan kehendak pemakainya, atau pengendalinya.

Piring dan peralatan pecah belah lainnya tentu dibuat pengrajinnya untuk makan-minum atau keperluan baik lainnya. Apakah ada yang menyalahgunakannya untuk dibanting ke lantai sebagai backsound saat marah? Nyatanya banyak, bahkan tidak hanya ke lantai tapi ke orang yang dimarahin!!!

Begitu pun akal. Ia dikaruniakan oleh Allah pada manusia sebagai makhluk yang memiliki daya untuk menentukan sebuah tindakan. Bandingkan dengan tumbuhan yang tidak punya daya untuk memilih apakah mau diam di tempat atau lari neduh saat kepanasan hingga akhirnya meranggas mati.

Akal diberikan pada manusia biar bisa memilah mana yang baik dan buruk, terbaik di antara yang baik, lebih baik di antara yang buruk, dan terbaik di antara yang buruk. Kemudian sebagai pemegang mandat untuk mewujudkan kemaslahatan di muka bumi, maka setelah memilah manusia diharapkan memilih tindakan yang manfaat untuk diri sendiri sekaligus sesama makhluk Allah di muka bumi sehingga menjadi makhluk yang berakal budi.

Tentu kemampuan (daya) manusia untuk memilih hal yang buruk di samping yang baik adalah tantangan utamanya. Keinginan dan kemampuan untuk memilih yang manfaat sesaat tapi bahaya untuk jangka panjang, manfaat untuk diri sendiri tapi melahirkan penderitaan bagi pihak lain, atau kelompok sendiri walau membahayakan kelompok lain, juga manusia miliki.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

Baca Juga:

Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

Akal kerap mengalami malfungsi atau penyalahgunaan untuk fungsi yang bertentangan dengan tujuan awalnya, baik akal sendiri, maupun akal orang lain, baik secara perorangan maupun kolektif, dan baik secara individual maupun sistemik. Akal yang sudah mengalami malfungsi tentu saja bersifat merusak. Tidak hanya bagi pemilik (hak guna)nya, tapi juga bagi orang atau pihak lain.

Jika malfungi ini telah berlangsung dalam jangka lama bahkan berabad-abad lamanya, maka kerusakan bisa sampai pada sistem nalar atau berfikirnya. Bagaimana mengembalikan fungsi akal? Sistemnya? Tentu dengan membangun tradisi berfikIr kritis yang dipadukan dengan komitmen tinggi pada kemaslahatan bersama sebagai mandat hidup manusia.

Apakah mudah? Hayo tidak!!! Ada banyak nalar yang telah malfungsi, baik nalar perorangan maupun kolektif, dan baik individual maupun sistemik. Termasuk sistem pengetahuan, dan termasuk pengetahuan agama. Sistem pengetahuan agamanya sebagaimana dirumuskan, dipahami, dan dibakukan oleh manusia yang tak seorang pun Mahaadil, termasuk adil gender. Jadi bukan sistem agama sebagaimana diturunkan oleh Allah, Dzat Yang Maha Adil pada semua makhluknya, termasuk seluruh manusia, dan termasuk perempuan.

Tidak mudah, tapi juga tidak mustahil, hanya perlu waktu yang panjang. Mungkin berabad-abad! Tapi nggak usah pusing juga sih. Toh kita hanya dituntut ikhtiyar maksimal lalu tawakkal. Jadi jangan tawakkal sebelum ikhtiyar maksimal apalagi belum ikhtiyar sama sekali. Tapi juga jangan memforsir diri melampaui batas kemampuan. Apalagi kita bukan Rasul, tapi hanya umat yang hidup setelah beliau wafat 1400 an tahun lalu.
Just do the best, and let Allah take the rest! []

Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
tujuan perkawinan

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

20 Maret 2023
Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Poligami

Cara Al-Qur’an Merespon Poligami

20 Maret 2023
Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Poligami Perempuan

Poligami Banyak Merugikan Kaum Perempuan

19 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami Perempuan

    Poligami Banyak Merugikan Kaum Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist