• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Keragaman Pikiran Berjalan Sangat Dinamis

Para ulama klasik menolak penyeragaman pandangan dalam masyarakat, karena dianggap dapat mematikan kreatifitas dan tidak menghargai orang lain

Redaksi Redaksi
10/05/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Keragaman

Keragaman

505
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada masa klasik Islam, keragaman pikiran berjalan sangat dinamis. Bahkan, penyeragaman pemikiran dianggap sebagai hal tabu yang tidak baik.

Para ulama klasik menolak penyeragaman pandangan dalam masyarakat, karena dianggap dapat mematikan kreatifitas dan tidak menghargai orang lain.

Suatu ketika seorang khalifah Abbasiyah bernama Abu Ja’far al-Manshur meminta Imam Malik bin Anas agar kitab al-Muwatha‘ yang ditulisnya menjadi rujukan yurispudensi bagi masyarakat muslim di seluruh wilayah kekuasaannya. Namun, dengan tegas Imam Malik menolak gagasan tersebut dan menolak penyeragaman.

Imam Malik sangat memahami ragam pandangan masyarakat, dan tentunya keragaman pandangan tersebut memiliki dasar keagamaan.

Beliau tidak berpretensi untuk mengklaim bahwa pandangan keagamaannya adalah kebenaran mutlak dan harus semua orang ikuti.

Baca Juga:

Dalam Keragaman Ada Rahmat Tuhan

Tadarus Shubuh Upaya Kiai Faqih Membangun Keadilan Sejak dalam Pikiran

Kafaah Itu Terbuka dan Dinamis

Doktrin Kerahmatan Universal Meniscayakan Sikap Penghargaan Terhadap Keragaman

Ketika berhadapan dengan khalifah ia mengatakan, “Maaf, tuan Khalifah, jangan lakukan itu. Masyarakat di banyak tempat sudah punya pandangan masing-masing, mereka mempercayai hadis dari guru-guru mereka dan menjalani kehidupan berdasarkan ajaran tersebut. Biarkan mereka memilih jalan hidup mereka sendiri.”

Pandangan Imam Malik tersebut juga menjadi pandangan para Imam besar saat itu. Imam al-Syafi’i mengatakan,

“Pendapat saya adalah benar, tetapi mengandung kemungkinan keliru, dan pendapat yang lain keliru tetapi mengandung kemungkinan benar.”

Demikian pula dengan Imam Abu Hanifah yang dengan sangat arif mengatakan, “Ini adalah pendapat saya, jika ada pendapat lain yang lebih baik, saya akan menerimanya.”

Sikap para ulama tersebut menunjukkan betapa mereka saling menghargai pikiran dan pilihan orang lain. Inilah anugerah dan rahmat yang pernah Nabi sampaikan, “Ikhtilafu ummatiy rahmatun,” (Perbedaaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat).

Kehidupan adalah sesuatu yang dinamis, bergerak berubah dari waktu ke waktu dan dari zaman ke zaman.

Manusia tidak bisa melepaskan diri dari dimensi ruang dan waktu dengan segala problematikanya. Keputusan dan pilihan manusia pada masa lalu tidak selalu menguntungkan dan memberikan maslahat bagi manusia masa kini dan seterusnya. []

Tags: BerjalanDinamisKeragamanpikiran
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Seksualitas

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

9 Juli 2025
Tubuh Perempuan

Mengebiri Tubuh Perempuan

9 Juli 2025
Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID