• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Keragaman Pikiran Berjalan Sangat Dinamis

Para ulama klasik menolak penyeragaman pandangan dalam masyarakat, karena dianggap dapat mematikan kreatifitas dan tidak menghargai orang lain

Redaksi Redaksi
10/05/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Keragaman

Keragaman

506
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada masa klasik Islam, keragaman pikiran berjalan sangat dinamis. Bahkan, penyeragaman pemikiran dianggap sebagai hal tabu yang tidak baik.

Para ulama klasik menolak penyeragaman pandangan dalam masyarakat, karena dianggap dapat mematikan kreatifitas dan tidak menghargai orang lain.

Suatu ketika seorang khalifah Abbasiyah bernama Abu Ja’far al-Manshur meminta Imam Malik bin Anas agar kitab al-Muwatha‘ yang ditulisnya menjadi rujukan yurispudensi bagi masyarakat muslim di seluruh wilayah kekuasaannya. Namun, dengan tegas Imam Malik menolak gagasan tersebut dan menolak penyeragaman.

Imam Malik sangat memahami ragam pandangan masyarakat, dan tentunya keragaman pandangan tersebut memiliki dasar keagamaan.

Beliau tidak berpretensi untuk mengklaim bahwa pandangan keagamaannya adalah kebenaran mutlak dan harus semua orang ikuti.

Baca Juga:

Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

Dalam Keragaman Ada Rahmat Tuhan

Tadarus Shubuh Upaya Kiai Faqih Membangun Keadilan Sejak dalam Pikiran

Kafaah Itu Terbuka dan Dinamis

Ketika berhadapan dengan khalifah ia mengatakan, “Maaf, tuan Khalifah, jangan lakukan itu. Masyarakat di banyak tempat sudah punya pandangan masing-masing, mereka mempercayai hadis dari guru-guru mereka dan menjalani kehidupan berdasarkan ajaran tersebut. Biarkan mereka memilih jalan hidup mereka sendiri.”

Pandangan Imam Malik tersebut juga menjadi pandangan para Imam besar saat itu. Imam al-Syafi’i mengatakan,

“Pendapat saya adalah benar, tetapi mengandung kemungkinan keliru, dan pendapat yang lain keliru tetapi mengandung kemungkinan benar.”

Demikian pula dengan Imam Abu Hanifah yang dengan sangat arif mengatakan, “Ini adalah pendapat saya, jika ada pendapat lain yang lebih baik, saya akan menerimanya.”

Sikap para ulama tersebut menunjukkan betapa mereka saling menghargai pikiran dan pilihan orang lain. Inilah anugerah dan rahmat yang pernah Nabi sampaikan, “Ikhtilafu ummatiy rahmatun,” (Perbedaaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat).

Kehidupan adalah sesuatu yang dinamis, bergerak berubah dari waktu ke waktu dan dari zaman ke zaman.

Manusia tidak bisa melepaskan diri dari dimensi ruang dan waktu dengan segala problematikanya. Keputusan dan pilihan manusia pada masa lalu tidak selalu menguntungkan dan memberikan maslahat bagi manusia masa kini dan seterusnya. []

Tags: BerjalanDinamisKeragamanpikiran
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Nabi Saw

Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

18 Juli 2025
rajulah al-‘Arab

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

18 Juli 2025
Rabi’ah al-Adawiyah

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan dan

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

17 Juli 2025
Menjadi Pemimpin

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

17 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID