Jumat, 12 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Data Pengalaman Perempuan

    Nyai Badriyah: KUPI Menegakkan Otoritas Keagamaan Berbasis Data dan Pengalaman Perempuan

    Halaqah Kubra 2025

    Halaqah Kubra 2025 Jadi Titik Konsolidasi Baru Gerakan Ulama Perempuan

    Halaqah Kubra

    Rektor UIN Sunan Kalijaga Apresiasi KUPI Pilih Kampus sebagai Mitra Penyelenggara Halaqah Kubra

    Halaqah Kubra di UIN

    KUPI Gelar Halaqah Kubra, Rektor UIN Sunan Kalijaga Soroti Data Partisipasi Perempuan di Dunia Islam

    pemberitaan

    Tantangan Media dalam Pemberitaan KDRT

    standar kecantikan

    Budaya Pop dan Standar Kecantikan yang Menyempitkan Perempuan

    Pemberitaan

    Media dan Bias dalam Pemberitaan Kekerasan terhadap Perempuan

    Media yang

    Aida Nafisah: Literasi Media Berperspektif Perempuan, Kunci Menghentikan Kekerasan yang Dinormalisasi

    Halaqah Kubra

    KUPI akan Gelar Halaqah Kubra untuk Memperkuat Peradaban Islam yang Ma’ruf dan Berkeadilan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Berbagi

    Berbagi dalam Spiritualitas Keheningan dan Kasih

    Ekologi

    Mereka yang Menjaga Alam, Namun Menjadi Korban: Potret Perempuan di Tengah Krisis Ekologi

    Madrasah Creator KUPI

    Nanti Kita Cerita Tentang Madrasah Creator KUPI dan Halaqah Kubra KUPI

    krisis Laut

    Krisis Ekosistem Laut: Dari Terumbu Karang Rusak hingga Ancaman Mikroplastik

    Laras Faizati

    Laras Faizati: Ancaman Kebebasan terhadap Suara Perempuan

    Haramain

    Haramain dan Wacana Gender: Menimbang Batasan, Akses, dan Partisipasi

    Korban Bencana Alam

    ROI: Mengenal Istilah Penyebab Pejabat Datangi Korban Bencana Alam

    Kekerasan Seksual saat Bencana

    Perempuan, Trauma, dan Kekerasan Seksual saat Bencana

    Media Sosial Anak

    Perlukah Indonesia Batasi Usia Media Sosial Anak?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Data Pengalaman Perempuan

    Nyai Badriyah: KUPI Menegakkan Otoritas Keagamaan Berbasis Data dan Pengalaman Perempuan

    Halaqah Kubra 2025

    Halaqah Kubra 2025 Jadi Titik Konsolidasi Baru Gerakan Ulama Perempuan

    Halaqah Kubra

    Rektor UIN Sunan Kalijaga Apresiasi KUPI Pilih Kampus sebagai Mitra Penyelenggara Halaqah Kubra

    Halaqah Kubra di UIN

    KUPI Gelar Halaqah Kubra, Rektor UIN Sunan Kalijaga Soroti Data Partisipasi Perempuan di Dunia Islam

    pemberitaan

    Tantangan Media dalam Pemberitaan KDRT

    standar kecantikan

    Budaya Pop dan Standar Kecantikan yang Menyempitkan Perempuan

    Pemberitaan

    Media dan Bias dalam Pemberitaan Kekerasan terhadap Perempuan

    Media yang

    Aida Nafisah: Literasi Media Berperspektif Perempuan, Kunci Menghentikan Kekerasan yang Dinormalisasi

    Halaqah Kubra

    KUPI akan Gelar Halaqah Kubra untuk Memperkuat Peradaban Islam yang Ma’ruf dan Berkeadilan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Berbagi

    Berbagi dalam Spiritualitas Keheningan dan Kasih

    Ekologi

    Mereka yang Menjaga Alam, Namun Menjadi Korban: Potret Perempuan di Tengah Krisis Ekologi

    Madrasah Creator KUPI

    Nanti Kita Cerita Tentang Madrasah Creator KUPI dan Halaqah Kubra KUPI

    krisis Laut

    Krisis Ekosistem Laut: Dari Terumbu Karang Rusak hingga Ancaman Mikroplastik

    Laras Faizati

    Laras Faizati: Ancaman Kebebasan terhadap Suara Perempuan

    Haramain

    Haramain dan Wacana Gender: Menimbang Batasan, Akses, dan Partisipasi

    Korban Bencana Alam

    ROI: Mengenal Istilah Penyebab Pejabat Datangi Korban Bencana Alam

    Kekerasan Seksual saat Bencana

    Perempuan, Trauma, dan Kekerasan Seksual saat Bencana

    Media Sosial Anak

    Perlukah Indonesia Batasi Usia Media Sosial Anak?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Keributan Jagat Maya dan Harmonisasi Masyarakat dalam Al-Qur’an

Apabila kajian Al-Quran tidak kunjung beranjak dari ‘debat-kusir’, sebagai Muslim kita akan tertinggal jauh dan dipandang apatis terhadap persoalan genting zaman

M. Naufal Waliyuddin M. Naufal Waliyuddin
25 April 2023
in Publik, Rekomendasi
0
Harmonisasi Masyarakat

Harmonisasi Masyarakat

466
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di era digital ini, kehadiran media baru secara spesifik: media sosial online, dalam banyak kasus turut andil dalam merubah tatanan. Juga sekaligus watak sosio-antropologis masyarakat yang terlibat di dalamnya. Jejaring dunia maya menjadi lahan komunikasi dan bisnis baru yang instan, cepat, dan merambah spektrum cukup luas.

Kontur peradaban online terbilang multidimensi karena berpadu dengan aneka gejala baru yang bernama hoax, era post-truth, artificial intelligence, dan senarai gelombang kontestasi narsisistik antar-penduduknya (netizen). Hal tersebut berjalan seiring dengan budaya konsumerisme dan memunculkan “kultur selebriti” dalam lingkup yang beragam.

Batas-batas ruang dan waktu seakan bisa kita lipat, dan kita ringkas dengan adanya dunia online. Di satu sisi ia mendatangkan manfaat positif untuk harmonisasi masyarakat. Namun di lain pihak juga memunculkan persoalan baru dampak yang negatif.

Ghibah Media Daring

Pergunjingan bertransformasi meluas ke dalam wujud ghibah di media daring. Per-bully-an malih rupa jadi diskriminasi online. Dari twittwar ke twittwar dan bermacam gelagat destruktif lain yang mengakibatkan pecah-kongsi, polarisasi, sampai kehilangan spirit kolektivitas dan kohesivitas masyarakat. Perhubungan intersubjektif semakin kebak dengan segregasi, rasialisme ‘cebong-kampret’, dan dipenuhi eufemisme kultural yang cenderung egosentris dan intoleran.

Sebab di dunia maya, intensitas muwajjahah menjadi teredusir dan isyarat ini akan semakin memperbesar peluang kesalahpahaman, mispersepsi, peyorasi nilai-nilai, yang kelak berpotensi mencapai dosis paling fatal: wabah kebencian, kamuflase kolektif, hingga berujung ke peperangan dan bahkan genosida.

Ungkapan homo homini lupus (manusia bagi manusia lain adalah serigala) dari Thomas Hobbes, filsuf Inggris abad ke-17, jika tetap begitu, tentu akan mengambil wujud nyatanya kembali. Adagium bahasa Latin yang berbunyi “bellum omnium contra omnes” (perang semua melawan semua) juga akan semakin mewujud menjadi realitas tak tertahankan. Hal itu terjadi bila perluasan kebencian di jagat maya ini kita biarkan.

Serangkaian pola-pola tersebut pada gilirannya nanti akan membuahkan “kontravensi” di jagat maya. Dinamika perselisihan kontrapoduktif yang tertandai dengan ketidakpastian pribadi seseorang dan perasaan yang mereka sembunyikan diam-diam. Silang-sengketa kehidupan maya, dengan demikian dan mau tidak mau, akan menuntut wadah tawaran solusi alternatif dalam menjawab problematikanya.

Konteks Indonesia

Dalam konteks Indonesia sendiri, dengan seluruh keragaman suku, bahasa, budaya, dan agama, tentu akan mengalami kompleksitas harmonisasi masyarakat yang khas sekaligus rumit. Apalagi dalam kajian sosiologi, keragaman dari segi alam (natural diversity) dan sosial (social diversity) di Indonesia tidak saja rawan dari bencana alam (natural disaster). Namun juga rentan menuai ‘bencana sosial’ (sosial disaster).

Bertolak dari hal itu, momentum penelaahan Al-Quran tentang harmonisasi masyarakat menjadi tepat sekaligus krusial. Upaya menginisiasi konvensi sosial jagat maya, tata-kelola yang nir-diskriminasi, dan pemberhentian narasi kebencian menjadi beberapa urusan yang perlu kita gencarkan. Asas kebersamaan bagi sesama (altruisme atau ietsār) kita upayakan agar melampaui egosentrisme (ananiyah) dan monopoli.

Terutama jika meyakini Islam yang sejatinya melahirkan kejernihan (clarity) dan kesadaran inklusif. Itulah beberapa bekal utama dalam memformulasikan dan merealisasikan harmonisasi masyarakat, bahkan kosmologis—dalam ungkapan umat Islam: rahmatan lil-‘alamin—yang akan menetaskan trilogi kehidupan yaitu kebenaran, kebaikan dan keindahan. Maka penting untuk mengupayakan kontekstualisasi muatan Al-Quran sesuai dengan fenomena zaman yang sedang berlangsung dan yang akan datang.

Konsentrasi pada Kelestarian Lingkungan

Lebih jauh, umat Muslim perlu berkonsentrasi secara integral dan kolaboratif dengan kelestarian lingkungan, kedamaian dan keadilan hidup umat manusia secara menyeluruh tanpa pandang bulu—meskipun ‘berbeda pendapat’ maupun ‘berbeda pendapatan’.

Aksentuasi sikap dalam merespon gejolak di jagat maya butuh untuk disandarkan pada insiatif kontra-destruksi, semangat toleransi, dan asas kemanusiaan. Sosialisasi spirit cinta kasih yang humanistis perlu kita perluas merambah ke linimasa online—dengan berjenis-jenis aplikasinya; Facebook, Instagram, Twitter, dan Youtube.

Tidak sekadar ‘jalan di tempat’ berkecimpung dalam kompetisi klaim kebenaran masing-masing sementara di Al-Quran sendiri tidak ada fastabiqul-haq, yang ada fastabiqul-khairat. Hal ini penting mengingat manusia modern yang kerap mengalami disorientasi tujuan hidup sehingga berimbas pada komplikasi malpraktek multipotensi yang ia miliki. Sehingga berujung pada disonansi dan disoperasi kehidupan sosial mereka.

Tidak heran jika banyak manusia modern yang mengalami alienasi dan terjerumus ke dalam perangkap pseudo-happiness yang sesaat, khayal kekuasaan temporer, dan ilusi dominasi terhadap liyan (others).

Atas dasar itulah, metadinamika yang akan berkembang memerlukan pendekatan multiperspektif yang tidak parsial. Integrasi kajian Al-Quran dengan berbagai disiplin ilmu menjadi hal yang tidak boleh kita abaikan. Tadabbur Al-Quran online agaknya juga perlu kita beri perhatian dalam menyuguhkan konten-konten berfaedah, mendedah persoalan kontemporer (semisal perubahan iklim tadi) melalui berbagai kanal guna menumbuh-suburkan semangat perbaikan kualitas hidup.

Dengan demikian, anasir demonic yang sedang menjangkit banyak pihak di era disrupsi ini akan secara berangsur-angsur terkikis, sekalipun butuh proses. ‘Syahadat’ demokrasi yang melingkupi tiga aspek penting—liberté, egalité, dan fraternité—yang sempat terkhianati sendiri oleh manusia modern dalam sebagian kasus, kini tidak hanya akan menjadi buah bibir belaka.

Gairah pembebasan, semangat persamaan, dan dorongan persaudaraan akan utopis semata jika tidak kita barengi dengan usaha dari diri manusianya sendiri. Demokratisasi mencakup berbagai lini dan segmen masyarakat akan tidak lagi menjadi wacana selama manusia modern mau dan mampu meredusir keserakahan, kepongahan, dan psikologi kebencian terhadap sesama mereka.

Masyarakat Madani

Dalam rangka menuju masyarakat madani yang berjuang memuhammadkan diri. Jika meminjam istilah Kuntowijoyo, maka “Islam sebagai ilmu” sudah harus kita mulai sejak dalam pikiran apalagi tindakan (praktikal). Semangat humanisme dan gairah kosmopolitan—bahkan kosmologis—sudah harus kita kedepankan dalam kajian Al-Quran. Juga tetralogi profetik yakni shiddiq, amanah, tabligh, fathonah kita rasa perlu menjadi inti dan kompas dari gerak sejarah umat Islam di masa kini.

Keempat anasir mulia tersebut akan dengan sendirinya menggusur potensi korup, kemaruk kepentingan, dan keserakahan struktural dalam kehidupan manusia. Di mana justru melahirkan kegilaaan dan peradaban yang kering spiritualitas. Jika mengingat diskursus ala Michel Foucault, boleh kita sebut madness and (cruel) civilization.

Memang ulasan ini akan terkesan muluk-muluk, terlampau ideal, dan nyaris utopis. Namun jika mindset kolektif setiap orang memilih untuk over-permissive terhadap segala kondisi, dinamika sejarah tentu akan beku dan menjadi stagnan. Sementara realitas menyuguhkan banyak tontonan yang membuat seseorang beralasan untuk menjadi radikal atau sebaliknya: abai dan ‘masa-bodoh’.

Padahal masih seabrek persoalan membutuhkan penuntasan dan bukannya malah terjerumus ke ‘prokrastinasi-kultural’ atau eskapisme sosial. Problem segregasi, persekusi terhadap minoritas, polarisasi politik dan friksi lintas-madzhab, akan menjadi ajang buang-buang tenaga. Selain itu pemborosan nafas dan pemubadziran usia yang sempurna dan efektif jika kita terus-teruskan.

Kontekstualisasi Al-Qur’an

Kontekstualisasi dan teroka kajian integratif Al-Quran di masa depan akan semakin menuai beragam problem. Terutama, menyangkut senarai ‘hibridasi identitas’ generasi Y dan generasi terbaru yang bernama Alpha. Di mana sekitar 2045 dan seterusnya akan menjadi pemimpin masa depan.

Dengan begitu, pertentangan faksional, kontestasi politik kepentingan sebagian kecil umat manusia hanyalah urusan yang tidak primer. Sehingga butuh untuk kita alihwahanakan menjadi semangat pencarian titik-temu harmonisasi masyarakat dalam kehidupan global mendatang. Yakni dengan serangkaian permasalahan yang tak kalah rumit.

Karena apabila kajian Al-Quran tidak kunjung beranjak dari ‘debat-kusir’, sebagai Muslim kita akan tertinggal jauh dan dipandang apatis terhadap persoalan genting zaman. Dalam kadar paling parah, kelak generasi depan yang merasa dirugikan oleh para pendahulunya akibat industrialisasi tak ramah lingkungan, eksploitasi alam sampai rusak dan menjadi tak layak huni karena udara telah tercemari.

Maka, jangan salahkan-balik mereka jika kelak melotot kepada pusara atau potret generasi kita sambil mengutuk seperti ucapan Greta Thunberg: “You are failing us! The eyes of all future generations are upon you. And if you choose to fail us, I say: we will never forgive you!” []

Tags: al-quranharmonimasyarakatmedia sosialPerubahan Iklim
M. Naufal Waliyuddin

M. Naufal Waliyuddin

Redaktur metafor.id. Peneliti swadaya seputar generasi muda dan sosial keagamaan. Alumni Tasawuf Psikoterapi dan Interdisciplinary Islamic Studies. Pegiat literasi dan seni yang kerap menulis dengan nama pena Madno Wanakuncoro.

Terkait Posts

Korban Bencana Alam
Publik

ROI: Mengenal Istilah Penyebab Pejabat Datangi Korban Bencana Alam

11 Desember 2025
Anak Muda
Publik

Anak Muda dan Kerapuhan Sosial Baru

10 Desember 2025
Relasi Difabel
Publik

Relasi Difabel dan Jurnalisme: Antara Representasi, Sensasi, dan Keadilan Narasi

9 Desember 2025
Dunia Digital
Publik

Menguatkan Kesehatan Mental dan Psikososial Anak di Dunia Digital Bersama Para Pakar

9 Desember 2025
Angkie Yudistia
Figur

Kisah Angkie Yudistia sebagai perempuan Penyandang Disabilitas

5 Desember 2025
META Indonesia
Aktual

Pelatihan Digital Literasi bersama META Indonesia agar Aman Berekspresi di Media Sosial

4 Desember 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • pemberitaan

    Tantangan Media dalam Pemberitaan KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mereka yang Menjaga Alam, Namun Menjadi Korban: Potret Perempuan di Tengah Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Hijab dan Kebebasan Perempuan dalam Novel Ratu yang Bersujud

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nnena Kalu Melawan Tiga Sekat: Difabilitas, Perempuan, lagi Kulit Hitam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laras Faizati: Ancaman Kebebasan terhadap Suara Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nnena Kalu Melawan Tiga Sekat: Difabilitas, Perempuan, lagi Kulit Hitam
  • Nyai Badriyah: KUPI Menegakkan Otoritas Keagamaan Berbasis Data dan Pengalaman Perempuan
  • Halaqah Kubra 2025 Jadi Titik Konsolidasi Baru Gerakan Ulama Perempuan
  • Memaknai Hijab dan Kebebasan Perempuan dalam Novel Ratu yang Bersujud
  • Rektor UIN Sunan Kalijaga Apresiasi KUPI Pilih Kampus sebagai Mitra Penyelenggara Halaqah Kubra

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID