• Login
  • Register
Selasa, 15 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kerusakan Alam dan Spirit Ekofeminisme

Spirit ekofeminisme menawarkan salah satu solusi dari masalah di dalam kehidupan manusia dengan kerusakan alam yang berangkat dari pengalaman perempuan.

Irfan Hidayat Irfan Hidayat
16/07/2021
in Publik, Rekomendasi
0
Alam

Alam

238
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada tanggal 22 April yang lalu, masyarakat dunia memperingati hari bumi internasional. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian terhadap planet yang kita tinggali ini. Hari bumi dipelopori oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson, pengajar lingkungan hidup pada tahun 1970. Harapannya, semakin banyak orang yang peduli terhadap kelestarian alam, sehingga planet ini semakin nyaman untuk ditinggali.

Hampir tiga bulan setelah peringatan hari bumi, kerusakan alam yang terjadi di dunia, khususnya Indonesia, tidak juga berkurang apalagi berhenti. Beberapa kasus konflik lingkungan semakin meningkat di negara yang kaya akan kekayaan alam ini.

Jika mengadopsi pendapat Françoise d’ Eaubonne (1974), Kerusakan alam dan lingkungan yang disebabkan oleh manusia justru lebih besar dibandingkan kerusakan yang diakibatkan bencana alam. Apabila sudah begini, kerusakan yang dilakukan berpotensi secara terus menerus dan cenderung meningkat jika tidak ada tindakan tegas dari pemerintah dan penegak hukum dalam menjalankan aturan tentang kelestarian alam yang ada di Indonesia.

Selain itu, kurangnya kesadaran manusia akan kepedulian terhadap alam dan lingkungan juga menjadi salah satu penyebab tidak lekas pulihnya kasus kerusakan alam di Ibu Bumi Peritiwi ini. Dewi Candraningrum (2013) menjelaskan kerusakan ini umumnya diakibatkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti perusakan hutan dan alih fungsi hutan, pencemaran udara, pertambangan, air, tanah dan lain sebagainya

Kementerian Lingkungan Hidup mencatat, setiap tahunnya Indonesia kehilangan sekitar 648.000 hektar hutan yang disebabkan oleh pembalakan liar, perambahan hutan, kebakaran hutan dan alih fungsi hutan. Luasan tersebut setiap tahunnya selalu bertambah, sehingga menyebabkan impact yang sangat luas dan juga beragam.

Baca Juga:

Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 99 % kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh aktivitas manusia. Sementara yang diakibatkan oleh faktor alam hanya 1% saja. Banyak diantara kita yang tidak menyadari akan akibat dari kerusakan alam. Contohnya ialah semakin panasnya suhu di lingkungan sekitar kita. Namun sedikit yang menyadari serta melakukan perubahan terhadap perilaku buruk oleh segelintir manusia.

Menumbuhkan Spirit Ekofeminisme

Ekofeminisme sebagai salah satu bagian dari paham feminisme, melihat bahwasanya terdapat hubungan langsung antara penindasan terhadap perempuan dengan perusakan lingkungan hidup. Putnam Tong dalam Feminist Thought menjelaskan bahwa pembebasan salah satu di antara keduanya tidak bisa dipasahkan satu dengan yang lain. Melalui paradigma ekofeminisme, dominasi patriarkis laki-laki terhadap perempuan merupakan bentuk-bentuk dominasi serta eksploitasi yang bersifat hirarkis yang perlu dilawan.

Sejarah penindasan terhadap kaum perempuan sejalan dengan sejarah penindasan terhadap alam dan lingkungan. Memulihkan prinsip feminis merupakan tantangan intelektual dan politik dalam menghadapi pembangunan yang timpang sebagai kuasa patriarki yang juga melibatkan dominasi, kekerasan, perusakan, penundukan, dan pengabaian terhadap kaum perempuan dan alam.

Menurut Francoise d’Eabounne, terdapat kaitan antara penindasan terhadap kaum perempuan dan penindasan terhadap alam dan lingkungan yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Ia memiliki pandangan bahwa perempuan memiliki potensi untuk mengawali perubahan serta revolusi lingkungan hidup, dalam upaya untuk melawan dominasi dan ketidakadilan terhadap gender dan juga lingkungan hidup.

Spirit ekofeminisme menawarkan salah satu solusi dari masalah di dalam kehidupan manusia dengan kerusakan alam yang berangkat dari pengalaman perempuan. Menjadikan pengalaman itu sebagai salah satu sumber pembelajaran dan evaluasi dalam hal pengelolaan dan pelestarian alam lingkungan.

Menurut penulis, berdasarkan penelaahan terhadap beberapa sumber dan realita yang terjadi akhir-akhir ini, ekofeminisme mempunyai potensi untuk menjawab permasalahan lingkungan yang terjadi, khususnya di Indonesia. Perlu kita ketahui bahwasanya konsekuensi dari kerusakan lingkungan yang selama ini terjadi, akan menjadi bencana bagi makhluk hidup itu sendiri, khususnya manusia. Maka dibutuhkan cara berpikir dan sistem kehidupan yang tidak buta akan kesadaran lingkungan. Bisa terjadi dengan mengedepankan keadilan, dan melestarikan alam dalam rangka menjauhkan Ibu Bumi Pertiwi ini dari kehancuran.

Kita sadari bahwa untuk memahami dan mengimplementasikan ekofeminisme dalam setiap kehidupan bukanlah perkara mudah. Permasalahan mengenai ketidakadilan gender yang menjadikan perempuan sebagai korban belum selesai. Perlu juga ditambahi dengan upaya untuk mengembalikan kondisi lingkungan hidup.

Akan tetapi, bukan berarti hal itu tidak bisa dilakukan secara bersamaan. Bukan hanya oleh perempuan namun juga laki-laki. Pada dasarnya keberadaan perempuan dan laki-laki  di duna ini bukan untuk saling menindas, akan tetapi untuk saling bekerjasama. Saling bantu membantu dalam merawat serta mengelola alam semesta beserta isinya. []

Tags: Earth DayEkofeminismefeminismeHari Bumi InternasionalKerusakan AlamLingkungan Hidupmanusia
Irfan Hidayat

Irfan Hidayat

Alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga, Kader PMII Rayon Ashram Bangsa

Terkait Posts

Krisis Ekologi

Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

14 Juli 2025
Merawat Bumi

Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

14 Juli 2025
Disabilitas Mental

Titik Temu Antara Fikih dan Disabilitas Mental

14 Juli 2025
Mas Pelayaran

Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

13 Juli 2025
Perempuan dan Pembangunan

Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

12 Juli 2025
Isu Disabilitas

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

12 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Krisis Ekologi

    Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi
  • Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman
  • Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID