• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Kesetaraan Hak Tenaga Kerja Lelaki dan Perempuan

Realitas buruh dan pekerja perempuan memperlihatkan dengan jelas praktik-praktik ketidakadilan sekaligus penindasan manusia atas manusia. Ini tentu saja melanggar prinsip-prinsip Islam dan kemanusiaan.

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
08/03/2021
in Hukum Syariat, Rekomendasi
0
Kesetaraan

Kesetaraan

176
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Al-Qur’ân dalam banyak ayat menegaskan bahwa kewajiban bekerja berlaku bagi manusia laki-laki dan perempuan. Ini dikemukakan dalam banyak ayat. Tuhan sama sekali tidak  membedakan antara keduanya. Artinya ada kesetaraan hak tenaga kerja lelaki dan perempuan. Tuhan juga menegaskan kewajiban berbuat keadilan dan melarang tindakan yang bersifat eksploitatif terhadap orang lain.

Al-Qur’ân juga mendesak kaum muslimin, lelaki dan perempuan untuk tidak menahan hak orang lain. “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu bertindak sesuka hati di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Qs. Al-Syu’ârâ’ [26]: 183).

Kesetaraan dalam Islam dibuktikan dengan, seorang buruh/tenaga kerja (laki-laki atau perempuan) sama-sama punya hak untuk memperoleh makanan dan pakaian yang baik dengan ukuran yang cukup, dan tidak dibebani dengan pekerjaan di luar kesanggupan, serta kemampuannya.

Nabi pernah mengatakan tentang komitmen Islam pada kesetaraan dan keadilan ini. : “Jika kamu punya seorang pekerja, maka jika ia perlu isteri, carikan isteri baginya, jika ia tidak punya pembantu, usahakan pembantu untuknya, dan jika ia tidak  punya tempat tinggal, sediakan tempat yang layak”. (HR. Abû Dâwud, Sunan, II/121).

Berbeda dengan apa yang disampaikan al-Qur’ân, kebudayaan masyarakat kita seringkali menciptakan kondisi-kondisi yang tidak adil dan eksploitatif terutama terhadap orang-orang, lelaki dan perempuan yang dipandang lemah atau sengaja dilemahkan.

Baca Juga:

Islam adalah Agama Kasih: Refleksi dari Buku Toleransi dalam Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah (Part 2)

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

Dalam kasus Indonesia mutakhir, banyak perempuan terpaksa  bekerja di luar negeri menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita), menjadi buruh di negeri orang, agar bisa tetap survive. Jumlah mereka jauh lebih besar dari Tenaga Kerja Laki-laki. Ini adalah sebuah pengorbanan yang luar biasa kaum perempuan bagi keluarganya, termasuk untuk suaminya.

Akan tetapi kenyataan menunjukkan seringkali keringat dan pengorbanan mereka dibalas dengan ‘penghargaan’ yang menyakitkan. Terlampau banyak kisah pekerja buruh migran perempuan yang menyayat hati dan melukai perasaan kemanusiaan. Upah yang mereka terima bukan saja lebih rendah dari upah untuk laki-laki melainkan tubuh mereka juga dieksploitasi untuk kesenangan orang lain dan amat sering juga dengan cara-cara kekerasan baik secara fisik, psikis maupun seksual.

Boleh jadi kita kehilangan akal untuk mengerti bagaimana makhluk Tuhan berjenis kelamin perempuan dihinakan, tanpa kesetaraan dan direndahkan sedemikian rupa, padahal belum terbukti  salah. Dan ini harus diproses di pengadilan. Nabi Muhammad saw,sendiri sepanjang hidupnya tidak pernah memukul isteri maupun pembantunya, meski dikecewakan.

Al-Qur’ân menyatakan: “Dan janganlah suatu bangsa merendahkan bangsa lain karena boleh jadi bangsa yang direndahkan lebih baik dari bangsa yang merendahkan. Dan Janganlah kaum perempuan merendahkan kaum perempuan yang lain karena boleh jadi mereka yang direndahkan lebih baik dari mereka yang merendahkan”. (Qs. al-Hujurât: 11).

Realitas buruh dan pekerja perempuan di atas memperlihatkan dengan jelas praktik-praktik ketidakadilan sekaligus penindasan manusia atas manusia. Ini tentu saja melanggar prinsip-prinsip Islam, kesetaraan dan kemanusiaan. Pelanggaran-pelanggaran ini pada gilirannya akan melahirkan krisis sosial lelaki dan perempuan yang jauh lebih luas dan dapat menghancurkan masa depan kemanusiaan sendiri. Maka adalah tanggung jawab kita semua untuk membebaskan ketidakadilan dan penindasan terhadap perempuan tersebut.

“Ada tiga golongan yang akan menjadi musuhku pada hari kiamat: seorang yang mengatasnamakan aku, tetapi mengkhianati, seorang yang mengeksploitasi orang lain untuk keuntungan dirinya, dan seorang majikan yang mempekerjakan orang lain dengan penuh, tetapi tidak memberi imbalan upah yang seharusnya” [Hadis Nabi Saw] []

 

 

 

Tags: Hak Tenaga KerjaHari Perempuan InternasionalislamIWD 2021Pekerja Perempuan
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Al-Ḥayā’

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

29 Mei 2025
Merariq Kodek

Merariq Kodek: Ketika Pernikahan Anak Jadi Viral dan Dinormalisasi

28 Mei 2025
Kafa'ah yang Mubadalah

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

27 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID