• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Ketika Teks Bukan Segalanya: Kritik Nasr Hamid Abu Zayd terhadap Tafsir Konservatif

Pemahaman kita atas sebuah teks al-Qur'an atau teks-teks keagamaan yang lain seharusnya lebih ditekankan pada aspek logika dan maksud dari teks-teks tersebut dan tidak semata-mata membaca bunyi literalnya.

Redaksi Redaksi
06/04/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Nasr Hamid Abu Zayd

Nasr Hamid Abu Zayd

816
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nasr Hamid Abu Zayd, salah seorang pemikir Islam kontemporer garda depan, menyampaikan pandangan yang sangat krusial. Dia mengkritik sangat tajam pandangan konservatif yang terpaku pada tekstualitas dan mengabaikan realitas sosial yang terus berubah dan berganti. Menurutnya:

“Realitas adalah asal (dasar) dan tidak ada jalan meniadakannya. Dari realitas terbentuklah teks. Dan dari bahasa teks dan tradisinya terbentuklah konsep. Dan dalam interaksinya dengan aktivitas manusia, pemaknaan atasnya terjadi perubahan/pembaruan.”

“Maka realitas adalah yang pertama, yang kedua, dan yang terakhir. Mengabaikan realitas hanya karena mempertimbangkan teks yang statis dan konservatif, hanya akan menjadikan teks sebagai “legenda” (catatan sejarah), karena mengabaikan dimensi yang bersifat manusiawi hanya untuk mempertahankan dimensi yang metafisis.”

Dengan demikian, pemahaman kita atas sebuah teks al-Qur’an atau teks-teks keagamaan yang lain seharusnya lebih ditekankan pada aspek logika dan maksud dari teks-teks tersebut dan tidak semata-mata membaca bunyi literalnya.

Untuk memahami hal ini, realitas sosial dan kenyataan-kenyataan empiris sudah seharusnya menjadikan pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd sebagai sumber pertimbangan dalam penafsiran (pemahaman teks).

Baca Juga:

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Tafsir Sakinah

Menafsir Ulang Perempuan Shalihah: Antara Teks dan Konteks

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

Teks-teks keagamaan selain harus dipikirkan dan dikaji logikanya juga harus selalu didialogkan dengan realitas dan fakta-fakta empiris yang sedang terjadi dan dihadapi.

Ini berbeda dengan teori tafsir. Peristiwa yang melatarbelakangi munculnya teks dan konteks sosio-historis yang menyertainya, menurut teori tafsir, tidak terlalu signifikan. Yang utama dalam pandangan mufassir adalah makna literal teks sendiri dan validitas sumber hukumnya.

Jika kita menghubungkan teori pembacaan teks ini pada dua aliran di atas, maka jelas sekali bahwa aliran konvensional-konservatif lebih cenderung mengambil teori tafsir sebagai cara memahami teks-teks agama. Sementara aliran progresif memilih sebaliknya, mengambil teori ta’wil. Hari ini terminologi ta’wil diidentikkan dengan “hermeneutika”.

Dengan demikian, ta’wil lebih menempatkan teks yang dibaca sebagai teman dialog bagi pembaca dalam menemukan kebenaran yang sedang dicari, dengan mempertimbangkan realitas sekarang yang sedang dihadapi dan realitas yang dulu menjadi konteks di mana teks itu turun. []

Tags: bukanKonservatifkritikNasr Hamid Abu ZaydSegalanyatafsirteks
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kesehatan Reproduksi

Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

9 Juli 2025
Seksualitas

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

9 Juli 2025
Tubuh Perempuan

Mengebiri Tubuh Perempuan

9 Juli 2025
Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID